KUPI BEUNGOH
Antara Iman dan Trauma: Tantangan Bicara Kesehatan Mental di Aceh
Tekanan sosial bukan hanya kalangan bawah yang mengalaminya, dia tidak memandang usia serta siapa.
Oleh: Miftahul Jannah, SKM.,MKM *)
فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا ٥ إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا ٦
Artinya: Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Q.S Al-Insyirah ayat 5-6.
DI tengah hiruk pikuk kehidupan sebagian orang mungkin yang hampir menyerah dengan keadaan. Baik orang tua yang memikirkan keluarganya. Seorang ayah yang keluar mencari nafkah dengan ketidak pastian apa yang akan di bawa pulang. Ada jiwa ibu yang selalu mengusakan yang terbaik untuk anaknya semua.
Dia rela mengorban waktu tanpa istirahat, dan anak yang sedang berjuang menempuh pendidikan di era gempuran dengan tuntutan yang tinggi tapi masih minim dukungan.
Dan mungkin ada sebuah keluarga yang sedang membutuh iuran tangan demi keselamatan dirinya dan anaknya dari sebuah kekerasan rumah tangga. Bukan hanya sebuah keluarga, tetapi banyak di luar sana mengalami hal yang serupa tapi beda alur cerita.
Coba kita perhatikan di balik layar sebuah lembaga yang sedang berjuang memenuhi berbagai target dan tingginya tuntutan di tengah efisiensi anggaran, sebuah intitusi yang seharusnya menjadi tempat tumbuh justru berubah menjadi mesin tekanan.
Ambisi untuk mencapai hasil seringkali mengorbankan sisi kemanusia, karyawan yang kelelahan, relasi kerja yang renggang, hingga hilangnya empati di antara sesama. Mungkin kisah ini bisa mewakili isi hati para karyawan.
Tekanan sosial bukan hanya kalangan bawah yang mengalaminya, dia tidak memandang usia serta siapa.
Dia hadir ketika realita tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Secara tidak lansung, perlahan demi perlahan akan masuk ke dalam jiwa seseorang akan mengubah isi pikiran.
Mulai dari kebiasaan, perkataan, rasa bersalah terhadap diri sendiri, serta tidak sedikit yang berujung kematian di semua kalangan.
Kesehatan Mental
Kesehatan mental bukan hanya isu baru saat ini. Di Aceh semenjak terjadi Tsunami tanggal 26 Dember 2004 silam, semua mempengaruhi mental masyarakat Aceh akibat bencana yang melanda.
Baca juga: Mengungkap Realitas LGBTQ di Banda Aceh, Pernikahan yang Terkoyak Homoseksual
Baca juga: HIV/AIDS Meningkat Signifikan, Didominasi Seks Sesama Lelaki
Tidak ada dalam bayangan bencana sebesar itu terjadi di tanah rencong. Hampir semua keluarga kehilangan sanak saudara, kehilangan harta benda.
Bencana itu membuat hampir semua masyarakat Aceh mengalami ketakutan atau trauma yang mendalam terhadap kehilangan dampak dari bencana.
Banyak negara yang terlibat membantu pemulihan pada saat itu, baik dari sektor kesehatan, pangan, ekonomi, properti, bahkan masih banyak lainnya.
Miftahul Jannah
Opini Miftahul Jannah
Opini Kupi Beungoh Miftahul Jannah
Opini Kesehatan Mental di Aceh
Menegakkan Marwah Kekhususan Aceh dalam Bayang-bayang PP Nomor 39 Tahun 2025 |
![]() |
---|
DEA dan Arah Baru Pembangunan Ekonomi Aceh |
![]() |
---|
Membaca Kearifan Tambang dalam Hadih Maja dan Syair Langgolek |
![]() |
---|
Dr. Hanifah Nurdin: Akademisi Perempuan Muda di Aceh yang Menginspirasi Lewat Kajian Media & Konten |
![]() |
---|
Jejak Doa di Jalan Ilmu: Dari Perjuangan Pendidikan hingga Kursi Rektor UIN Ar-Raniry |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.