Internasional
Sri Lanka Kembali Aktifkan Status Darurat Nasional
Presiden Sri Lanka mengumumkan keadaan darurat untuk kedua kalinya dalam lima minggu, memberikan kekuasaan besar kepada pasukan keamanan
Kekurangan mata uang keras juga menghambat impor bahan mentah untuk manufaktur dan memperburuk inflasi, yang melonjak menjadi 18,7 persen di Maret.
Ketika harga minyak melonjak karena konflik Rusia-Ukraina, stok bahan bakar Sri Lanka hampir habis.
Pihak berwenang telah mengumumkan pemadaman listrik di seluruh negeri yang diperpanjang hingga 7 1/2 jam sehari, karena mereka tidak dapat memasok bahan bakar yang cukup ke stasiun pembangkit listrik.
Jutaan pekerja tidak bekerja pada Jumat (6/5/2022) dalam pemogokan, yang diselenggarakan oleh gerakan serikat pekerja negara itu.
Layanan kereta api dan bus milik negara terganggu.
Pekerja industri berdemonstrasi di luar pabrik mereka dan bendera hitam dikibarkan di seluruh negeri sebagai ekspresi kemarahan terhadap pemerintah.
“Kita dapat menunjukkan dengan tepat kesalahan kebijakan presiden yang menyebabkan keadaan ekonomi kita yang sangat menyedihkan ini,” kata pemimpin serikat buruh Ravi Kumudesh.
Bulan lalu, Sri Lanka mengumumkan bahwa mereka gagal membayar utang luar negeri 51 miliar dollar AS.
Menteri Keuangan Ali Sabry memperingatkan minggu ini bahwa negara itu harus menanggung kesulitan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya setidaknya selama dua tahun lagi.
Rumah sakit kekurangan obat-obatan vital dan pemerintah telah mengimbau warga di luar negeri untuk memberikan sumbangan.
Krisis ekonomi Sri Lanka terjadi setelah pandemi virus corona memukul pendapatan dari pariwisata dan arus kiriman uang dari luar negeri.(kompas.com)
Baca juga: Sejumlah Delegasi Walk Out dari Acara G20, Sri Mulyani: Ini Tidak Mengherankan
Baca juga: Sri Lanka Bangkrut Pembelian BBM Dibatasi, Motor 4 Liter Mobil 19,5 Liter