Berita Aceh Tamiang

Hari Ini, Mentan Kumpulkan Bupati/Wali Kota di Tamiang Cegah Wabah Penyakit Mulut dan Kuku

Kunjungan itu berkaitan dengan kejadian Penyakit Mulut dan Kulit (PMK) yang menyerang seribuan ekor lembu di kabupaten itu sejak dua pekan terakhir

Editor: bakri
IST
SYAHRUL YASIN LIMPO Menteri Pertanian RI 

Menteri Pertanian (Mentan) RI, Syahrul Yasin Limpo, dijadwalkan berkunjung ke Aceh Tamiang pada Kamis (12/5/2022) hari ini.

Kunjungan itu berkaitan dengan kejadian Penyakit Mulut dan Kulit (PMK) yang menyerang seribuan ekor lembu di kabupaten itu sejak dua pekan terakhir.

Berdasarkan jadwal yang dirilis Bagian Humas Setdakab Aceh Tamiang, Mentan Syahrul Yasin Limpo berangkat dari Jakarta ke Medan menggunakan pesawat komersil.

Lalu, dari Bandara Internasional Kualamamu ke Aceh Tamiang, Mentan berangkat dengan helikopter.

Selanjutnya, dia melakukan rapat koordinasi di Aula Setdakab Aceh Tamiang.

Kabag Humas Setdakab Aceh Tamiang, Azwanil Fakhri, mengatakan, rapat koordinasi dilakukan bersama sejumlah kepala daerah yakni Bupati Aceh Tamiang, Wali Kota Langsa, Bupati Aceh Timur, Bupati Aceh Utara, Bupati Aceh Besar, dan Bupati Bireuen.

"Kunjungan Mentan ini terkait wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada sapi," kata Azwanil.

Seusai rapat koordinasi itu, menurut Azwanil, Menteri Pertanian dan para bupati/wali kota dijadwalan berkunjung atau melihat langsung peternakan lembu milik warga Aceh Tamiang di dua lokasi yaitu Kampung Paya Meta dan Kampung Alur Bemban, Kecamatan Karang Baru.

Diketahui, seribuan ekor lembu di Aceh Tamiang terserang Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sejak dua minggu lalu.

Baca juga: Partai Aceh Data Ternak Terjangkit PMK, Buka Posko Relawan di Seluruh Kecamatan di Aceh Tamiang

Baca juga: 86 Sapi di Langsa Alami Gejala Mirip PMK, Sudah Dilapor ke Dinas, Apakah Tertular dari Aceh Tamiang?

Sejauh ini, penyakit tersebut sudah menyebabkan 11 ekor lembu mati dengan gejala mulut dan hidung berbuih serta kuku copot.

Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan (Distanbunak) Aceh Tamiang sejauh ini sudah melaporkan kasus itu ke pihak provinsi dan Kementerian Pertanian (Kementan) RI.

Salah satu langkah yang dilakukan adalah mengajukan usulan 25 ribu dosis obat untuk dibagikan kepada peternak.

Terpisah, Kadis Peternakan Aceh, drh Rahmandi MSi, mengatakan, kasus kematian sapi di Aceh Tamiang sudah dilaporkan kepada Mentan di Kantor Kementan, Jakarta, pada Senin (9/5/2022).

“Setelah menerima laporan itu, Mentan langsung menyatakan akan berkunjung ke Aceh Tamiang pada hari Kamis, 13 Mei 2022, untuk melihat kondisi sapi yang terserang penyakit PMK yang masih hidup,” jelas Rahmandi kepada Serambi, kemarin.

Untuk pencegahan penularan penyakit itu ke sapi lain, menurut Rahmandi, Mentan memerintahkan dirinya dan pihak Karantina Peternakan di Aceh untuk memblokir sementara lintasan dan pengangkutan ternak sapi dari luar Aceh ke Aceh Tamiang serta sebaliknya.

Larangan itu disampaikan Mentan karena PMK dapat menyebar dengan cepat, serta mengikuti arus transportasi daging dan ternak yang terinfeksi virus PMK.

Sapi yang terkena penyakit PMK, sebut Rahmandi, berat badannya cepat menurun.

Selain itu, pengendalian penyakit tersebut juga sulit dan membutuhkan biaya vaksinasi yang sangat besar.

Karena itu perlu dilakukan pemblokiran sapi-sapi yang sudah terserang.

Langkah lain yang sudah dilakukan Dinas Peternakan Aceh untuk mencegah penyebaran wabah PMK ke daerah lain, sebut Rahmandi, menurunkan petugas lab kesehatan ternak ke daerah yang berbatasan dengan Aceh Tamiang seperti Langsa dan Aceh Timur.

Tujuannya, untuk memeriksa sapi di daerah itu apakah sudah ada yang terinfeksi PMK atau belum.

Hasil pemeriksaannya sudah di kirim ke Lab Kesehatan Ternak di Surabaya, Jawa Timur.

Sebab, hanya Lab Kesehatan Ternak di Surabaya yang bisa memeriksa virus PMK.

“Kita sedang menunggu, jawaban dari Labkes Ternak Jawa Timur,”ujar Rahmandi.

Sapi-sapi warga yang mengalami gejala PMK, sambungnya, terus diobati oleh petugas Lab Kesehatan Ternak Dinas Peternakan Aceh dan mantri hewan yang ada di kabupaten/kota agar ternak itu tidak mati.

“Jumlah sapi yang diduga terserang PMK cukup banyak, makanya kita butuh petugas yang banyak,”ucapnya.

Saat bertemu Mentan di Jakarta, tambah Rahmandi, ia meminta bantuan peralatan penanganan PMK.

“Pak Menteri setuju, peralatan dan obat-obatan yang dibutuhkan untuk penyembuhan sapi-sapi yang sudah terinfeksi virus PMK di Aceh segera dikirim,” lanjut Rahmandi.

Ditanya apakah PMK bisa menular kepada manusia yang mengonsumsi daging sapi yang terserang penyakit tersebut, Kadis Peternakan Aceh mengatakan, info yang diterima dari Kemenkes, WHO, dan Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) yang sudah melakukan penelitian berkai-kali menyatakan bahwa PMK hanya menular pada hewan, tidak kepada manusia.

“Namun begitu, kita juga perlu waspada,” kata dia.

Rahmandi mengungkapkan, sapi yang sudah sembuh 100 persen dari PMK baru diizinkan untuk dipotong agar memberi jaminan bahwa daging itu sehat dan higenis bagi manuisia.

Sapi yang sedang mengalami PMK dilarang untuk dipotong dan dagingnya dilarang dijual kepada masyarakat.

“Makanya, kita harapkan peternak dan pedagang daging harian yang ingin memotong sapi, kerbau, kambing, dan jenis ternak potong lainnya, tolong kesehatan sapinya diperiksa lebih dulu sebelum dipotong,” ajaknya seraya menyatakan di wilayah Aceh Besar juga sudah ditemukan kasus PMK pada sapi. (mad/her)

Baca juga: Antisipasi PMK, Personel Polres Lhokseumawe Turun ke Sejumlah Gampong Sosialisasi kepada Peternak

Baca juga: Cegah Wabah PMK, Polres Pidie Gandeng Distanpan Sosialisasi hingga Antisipasi Penjualan Hewan Murah

Baca juga: Mobil Angkut Sapi Dipaksa Putar Balik, Polisi Sekat Perbatasan Aceh-Sumut

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved