Opini
Gowes Pakaian Ketat Permainkan Syariat
Gowes sebenarnya sudah lama menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat Aceh khususnya yang notabene telah lama menerapkan syariat Islam

Hal ini juga berlaku bagi kaum laki-laki yang masih mempertontonkan auratnya di depan umum.
Semakin banyak kita temui laki-laki yang bergowes ria dengan menggunakan celana pendek yang menampakkan auratnya.
Mungkin ini terlihat sepele bagi yang tidak mempunyai ilmu agama yang mumpuni.
Namun sebenarnya sangat fatal akibatnya dalam agama Islam.
Kata aurat yang diambil dari Bahasa Arab “aurah” yang berarti cacat atau aib, tentu saja sangat logis kita cermati bahwa Sesuatu yang apabila terlihat atau terbuka akan membuat kita malu.
Sama halnya jika ada aib yang terbuka tentu saja akan membuat merasa malu dan membuat harga diri kita jatuh dan terhina.
Maka sebagai hamba Allah yang hanya sementara menempati dunia fana ini untuk menjaga harga diri dengan sepatutnya.
Sebenarnya bukan hanya kali ini kita melihat cara berpakaian yang sedikit demi sedikit sudah mulai menjauh dari norma-norma berpakaian Islami.
Sekarang dengan mudahnya kita bisa menemukan orang tidak sempurna menutup auratnya, baik di pasar, kantor pemerintahan dan bukan hanya di kota-kota namun juga di perkampungan.
Baik di dunia nyata terlebih di dunia maya, apalagi sejak menjalarnya aplikasi Tik Tok sebagai ajang pamer aurat dan menarinari di depan kamera tanpa sedikit pun tersisa rasa malu dalam hatinya.
Terakhir kita harapkan hendaknya kejadian ini bisa menjadi pelajaran dan renungan bagi penggemar gowes khususnya.
Mari sama-sama kita menjadikan saja gowes ini menjadi tren yang berdampak baik pada lingkungan kita bukan hanya untuk sekedar bisa berfoto dan menguploadnya ke akun media sosial untuk mendapatkan pujian dari orang lain.
Dan ternyata ini membuat manfaat gowes itu menjadi sekedar harapan yang jauh dari kenyataan sebenarnya.
Menurut studi yang digagas oleh Brunel University London, orang yang menikmati perhatian publik ketika mereka mengunggah foto makanan sehat dan foto ketika sedang berolahraga di media sosial cenderung memiliki kelainan mental.
Sikap narsistik yang berlebihan membuat seseorang mempunyai hobi setelah melakukan kegiatan di dunia nyata kemudian mengunggah foto mengenai pencapaian hidup mereka dan berharap mendapat pujian dari warganet.