Kupi Beungoh

Reni, Gadis Cantik dari Aceh Besar yang Kuliah Sambil Mencari Nafkah

Sejak duduk di kelas 3 SMKN Darul Kamal, Reni membuka usaha menjahit di rumah orangtuanya di Desa Blangkiree, Kecamatan Darul Kamal.

Editor: Amirullah
For Serambinews
Wahyuni Muslim Mahasiswi Prodi Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh 

Oleh: Wahyuni Muslim*)

SERAMBINEWS.COM -- Orangtua Reni Maulana (19) menyadari bahwa anak-anak butuh keterampilan jika ingin mendapatkan pekerjaan atau menghasilkan uang. Itulah sebabnya orangtua Reni menyekolahkan anaknya ke SMK Negeri I Darul Kamal Kabupaten Aceh Besar.

Di SMKN Darul Kamal itu, Reni mengambil jurusan tata busana. Perlahan-lahan Reni menjadi terampil dalam urusan menjahit aneka pakaian hingga menata dan memotong bakal pakaian.

Sejak duduk di kelas 3 SMKN Darul Kamal, Reni membuka usaha menjahit di rumah orangtuanya di Desa Blangkiree, Kecamatan Darul Kamal. Sejak saat itu Reni sudah menjadikan aktivitas menjahit sebagai sumber pendapatannya.

Reni terlihat sangat mendiri dalam mencari penghasilan. Kini, dia bekerja sambil melanjutkan kuliah S1 pada Fakultas Pertanian Universitas Abulyatama (Unaya) Aceh Besar.

Dia membiayai sendiri segala kebutuhan kuliah, mulai membayar iuran SPP, BBM sepeda motor, jajan dan kebutuhan lainnya. Dibanding teman-teman kuliah lain, Reni tergolong berduit.

Baca juga: Miris, Pencarian Cara Bunuh Diri Ramai, Berikut Tips Cegah Perbuatan Dilarang Keras dalam Islam Ini

Gadis Gigeh dari Blangkiree

Reni menggunakan separuh waktu kuliah, terutama pagi hari. Sementara sore hari dia menjahit pakaian orderan teman, tetangga, dan masyarakat luas.

Reni sangat pandai dalam membagi waktu. Pada malamnya ia sempat pergi ke pengajian di rumah teungku gampong. Dia adalah sosok gadis cantik yang gigeh (gigih, ulet) dan baik budi.

Apabila menjelang lebaran, masyarakat mulai mendatangi rumah Reni untuk mengantar bekal kain guna dijadikan baju. Dalam usahanya, Reni memiliki satu orang pekerja yang berusia seumuran dia. Hebat, masih belia sudah memiliki karyawan.

Dalam sehari Reni dapat menyelesaikan hingga 6 baju. “Itu kalau baju standar, baju biasa . Kalau baju dengan model agak ruwet memakan waktu lebih lama, dapat kami selesaikan dalam satu hari 3 atau 4,” kata Reni.

Pengakuan masyarakat setempat terhadap jahitannya sangat memuaskan. Orang-orang mengaku hasil jahitan Reni sangat rapi, selain tidak harga yang tak mahal.

Harga yang ditawarkan Reni sangat bervariasi, tergantung model peminat. Harga jahit baju mulai Rp.80.000 sampai Rp. 300.000 per baju.

Baca juga: Potensi Wisata Melimpah, Aceh Butuh Sentuhan Pengusaha Visioner

Membantu Ekonomi Keluarga

Dari hasil usahanya itu, Reni mampu membeli satu unit sepeda motor untuk transportasi perkuliahannya. Dikarenakan kondisi orang tuanya yang tidak mumungkinkan untuk tidak bekerja lagi karena faktor usia, maka Reni ikut membantu kebutuhan keluarga.

Reni adalah anak yang baik dan berbakti. Jika anak lain yang seusia Reni rata-rata masih meminta uang SPP kuliah dan uang jajan pada orangtua, maka Reni justru telah ikut membantu ekonomi keluarga.

Saya kira, dalam hal ini Reni patut diapresiasi. Pemerintah daerah dan DPRK Aceh Besar kiranya perlu mengunjungi tempat usaha Reni untuk selanjutnya diberikan dukungan pengembangan yang memadai.

Reni dalam menggapai impiannya tidaklah mudah. Ia memulai usaha dalam perjuangan yang sulit. Ia tak memiliki modal keuangan. Ia pertama kali mencoba usaha menjahit dengan bahan dan mesin jahit seadanya.

“Saya mengalami kesulitan dalam belajar menjahit ini. Sebab saya tidak memiliki bakat dan tidak mengerti dasar-dasar dalam menjahit. Selain itu saya tak punya modal untuk memulai usaha,” kata Reni.

”Saya kesulitan dalam membeli bahan untuk praktek, sehingga saya bertekad untuk berjualan mie goreng ketika masih duduk di bangku SMK,” kenang gadis cantik ini dengan mata berkaca-kaca.

Bahkan ia mengaku kesulitan untuk transportasi ke sekolah. Kalau pagi dia pergi numpang sama kawannya. “Terkadang saya pulang sekolah dengan jalan kaki berkilo meter di bawah terik matahari,” cerita Reni.

Baca juga: Rindu Thimpan di Paris

Usaha Tidak Sia-sia

Akhirnya perjuangan Reni selama di SMK ternyata tidak sia-sia. Tetapi untuk mengembangkan usaha saat ini sangat terkendala di segi modal. Hasil yang dia dapatkan dari menjahit dia gunakan untuk kuliah sambil membantu keluarga.

Reni berharap bantuan modal usaha dari pemerintah daerah Aceh dan kabupaten Aceh Besar untuk dapat mengembangkan lagi usahanya, seperti ketersediaan lapak yang bagus untuk menjahit, pengadaan mesin jahit dan peralatan lain.

Reni bercerita, dalam menjahit harus mempunyai keterampilan dan kesabaran, kreatif dan selalu dinamis. Keterampilan menjahit itu bagi keberlangsungan hidup.

Bagi orang yang tidak ahli menjahit kesulitan untuk mendapat hasil jahitan yang lurus dan rapi saat menjahit. Memiliki skill menjahit juga membuat kita lebih hemat karena tidak payah kita menyuruh lagi pada orang lain.

Pada saat mendengar kata menjahit cenderung orang terfikir kepada perempuan, padahal keterempilan menjahit yang banyak ditekuni oleh kalangan pria juga. Lihat contohnya Suryadi Bukhari yang sukses menjadi pengusaha konveksi yang dia rintis sambil kuliah di USM (Lihat Hasan Basri M. Nur, Berkat Kerja Sambil Kuliah, Kini Suryadi Jadi Toke di Banda Aceh, Serambinews.com, edisi 8/2/2022)

Baca juga: Meski Jarang Menginfeksi Manusia, Virus Hendra Dinilai Lebih Mematikan Ketimbang Covid-19

Peluang Bisnis

Manfaat menjahit adalah menghasilkan baju, merancang baju, dan menjual baju. Beruntunglah kalau mempunyai hobi menjahit karena di samping mencari pemasukan, sekaligus menjalankan usaha rumahan bahkan punya pekerja.

Pakaian sudah bukan sekedar kebutuhan, tetapi juga sebagai bagian penting untuk menunjang penampilan seseorang agar lebih percaya diri dan terlihat modis. Pakaian juga biasanya digunakan untuk menunjukkan status sosial.

Modelnya yang semakin bervariasi memunculkan peluang bisnis baru, mulai dari bisnis berjualan pakaian jadi, hingga peluang usaha menjahit baju sesuai dengan ukuran dan model yang diinginkan pelanggan.

Pada kenyataannya memang bisnis yang berkaitan dengan pakaian ini tidak pernah sepi, karena seumur hidupnya, manusia akan selalu membutuhkan pakaian. Selalu ada orang-orang yang membutuhkan jasa menjahit, tidak sekedar membeli pakaian jadi.

Selain modal untuk membeli peralatan menjahit, yang dibutuhkan untuk usaha ini adalah kemampuan menjahit dan membuat pola. Terlebih kalau kita selalu update mengenai trend fashion terbaru dan menjaga kualitas hasil jahitan, usaha jahit kita berpeluang untuk disenangi banyak pelanggan.

Terlebih lagi, untuk jenis pakaian khusus misalnya kebaya dan setelan formal, orang biasanya lebih suka menggunakan jasa penjahit. Terkadang ada pula orang yang sulit menemukan ukuran yang pas dari baju-baju yang dijual di pasaran.

Karenanya, mereka pasti akan membutuhkan jasa penjahit. Peluang usaha menjahit memiliki prospek yang bagus pada musim-musim tertentu, seperti pada saat menjelang lebaran, menjelang tahun ajaran baru atau jika hendak ada acara penting seperti pernikahan dan yudisium di kampus.

Setiap menjelang lebaran, banyak orang yang menggunakan jasa penjahit untuk membuat baju lebaran, yang biasanya dibuat seragam untuk sekeluarga. Sedangkan pada saat tahun ajaran baru, para orang tua juga mendatangi para penjahit untuk menjahitkan seragam sekolah anak mereka.

Banda Aceh, 31 Mei 2022

Penulis, Wahyuni Muslim Mahasiswi Prodi Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh, email: 200405011@student.ar-raniry.ac.id

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved