Berita Subulussalam
Ketua Apkasindo Subulussalam Sebut Harga TBS Kelapa Sawit Dipatok di Bawah Penetapan Pemerintah.
“Tapi fakta di lapangan harga yang ditetapkan Pemerintah Aceh tidak pernah digunakan dalam pembelian TBS kelapa sawit di Subulussalam, penetapan...
Penulis: Khalidin | Editor: Nurul Hayati
“Tapi fakta di lapangan harga yang ditetapkan Pemerintah Aceh tidak pernah digunakan dalam pembelian TBS kelapa sawit di Subulussalam, penetapan harga terkesan kurang dihargai pihak pabrik. Kalau begini di mana wibawa pemerintah, makanya harus ada segera ketegasan,” ujar Netap.
Laporan Khalidin I Subulussalam
SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM – Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kota Subulussalam, Netap Ginting menuding adanya permainan tidak sehat Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) dalam mematok harga Tandan Buah Segar (TBS) di sana.
Penegasan itu disampaikan Netap Ginting kepada Serambinews.com Jumat (3/6/2022), terkait harga TBS kelapa sawit yang terus anjlok di daerah ini dan dipatok jauh di bawah penetapan pemerintah.
Netap yang juga mantan Ketua Komisi B DPRK Subulussalam periode 2009-2014 ini memenjelaskan tender Crude Palm Oil (CPO) di KPBN per tanggal 2 Juni 2022 Excld PPN. Franco Belawan dan Dumai Rp 12.986 per kilogram.
Atas hal itu, kata Netap sejatinya harga TBS kelapa sawit di Kota Subulussalam pada tingkat pabrik bertenger di Rp 2.597 per kilogram.
Harga ini sesuai rumus perniagaan CPO dan TBS dengan asumsi rendemen 20 persen.
Selain itu kata Netap, juga berdasarkan penetapan harga TBS oleh Pemerintah Aceh melalui DInas Perkebunan Aceh 25 Mei 2022.
Baca juga: Harga TBS Kelapa Sawit di Subulussalam Terus Menurun
Penetapan pemerintah, harga TBS usia tanaman tujuh tahun ditetapkan sebesar Rp. 2.666 per kilogram.
Sedangkan harga TBS untuk usia tanaman kelapa sawit 10-20 tahun ditetapkan sebesar Rp 2.860 per kilogram.
“Tapi fakta di lapangan harga yang ditetapkan Pemerintah Aceh tidak pernah digunakan dalam pembelian TBS kelapa sawit di Subulussalam, penetapan harga terkesan kurang dihargai pihak pabrik. Kalau begini di mana wibawa pemerintah, makanya harus ada segera ketegasan,” ujar Netap.
Netap pun memastikan, jika kondisi harga TBS kelapa sawit di Kota Subulussalam tak kunjung membaik, maka akan ada pergerakan dari masyarakat petani.
Petani kelapa sawit, ujar Netap merasa dirugikan akibat penetapan harga di pabrik yang tidak sesuai penetapan pemerintah dan harga CPO.
Jika pihak pabrik tidak memperhatikan keluhan masyarakat, Netap mengaku petani lah yang akan bergerak.
Sebagaimana diberitakan, harga Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit di Kota Subulussalam kini semakin parah bahkan dikuatirkan mencapai titik terendah.
Baca juga: Harga TBS Sawit Tingkat Petani di Aceh Timur Rp 1.750 per Kilogram, Harga CPO di Sumut Turun
Hal itu disampaikan Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kota Subulussalam, Netap Ginting dalam rilisnya terkait harga TBS kelapa sawit di daerah ini, Jumat (3/6/2022).
Sejak sepuluh hari terakhir, harga TBS kelapa sawit di Kota Subulussalam terus mengalami penurunan setelah sempat naik beberapa kali.
Tidak diketahui pasti, penyebab penurunan itu.
Pasalnya, pemerintah sebenarnya sudah membuka kran ekspor minyak mentah kelapa sawit atau CPO ke luar negeri.
Selain itu, tender CPO sejauh ini juga dikabarkan masih stabil.
Namun fakta di lapangan, harga TBS kelapa sawit di Kota Subulussalam justru merosot setiap hari.
Berdasarkan informasi yang dibagikan Ketua Apkasindo Kota Subulussalam Netap Ginting, harga TBS di Subulussalam setiap hari turun antara Rp 30 per kilogram hingga Rp 50 per kilogram di semua Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS).
Baca juga: Harga TBS Sawit Tingkat Petani Rp 1.750 per Kg, Harga CPO Turun
Sejauh ini, harga TBS di PMBKS berkisar Rp 1.800 – Rp 1.890 per kilogram.
Harga ini pun dikhawatirkan akan terus anjlok, karena setiap hari terjadi penurunan.
Harga tersebut di atas merupakan pembelian di tingkat pabrik, sementara supplier dan agen membeli lebih rendah ke petani.
“Setiap hari terjadi penurunan, lagi-lagi pihak pabrik tidak mengindahkan penetapan harga TBS oleh pemerintah, kita harapkan petani harus kompak untuk mempersoalkan masalah ini,” kata Netap.
Di sisi lain, warga petani kelapa sawit mengaku kondisi harga sawit yang makin anjlok dan tak kunjung membaik membuat perekonomian di sana terseok.
Alasannya, mayoritas masyarakat Subulussalam selama ini mengandalkan pendapatan dari TBS karena komoditas ini satu-satunya paling banyak digeluti penduduk Kota Sada Kata itu.
Baca juga: Harga TBS Sawit di Nagan Raya Mulai Merangkak Naik, Berikut Harga Tampung Hari Ini di PMKS
Apalagi, anjloknya harga TBS bukan hanya berdampak pada petaninya, namun ada sejumlah kalangan terimbas karena terkait dengan kegiatan tersebut.
Di sisi lain, harga sarana produksi pertanian khususnya kelapa sawit kini makin melambung.
Harga pupuk NPK mutiara, pupuk KCL, herbisida dan lainnya tak terkendali karena naik sejak beberapa bulan lalu.
Menurut Netap Ginting, keadaan ini sangat menyulitkan petani sawit
Apalagi harga kebutuhan pokok terus meningkat, ditambah lagi kebutuhan biaya anak sekolah.
Padahal, kata Netap, Subulussalam termasuk salah satu penghasil TBS terbesar di Aceh karena hampir 80 persen masyarakat kota Subulussalam menggeluti komoditi tersebut.
Namun, lanjut Netap, dengan harga yang anjlok dan dikhawatirkan akan ke titik nadir ini, kondisi masyarakat sangat merana.
Baca juga: Harga TBS Kelapa Sawit di Subulussalam Terus Menurun
Netap pun mendesak pemerintah bersama DPRK Subulussalam, turun tangan mencari solusi.
Dia mengingatkan, Pemko Subulussalam tidak tinggal diam atas kondisi yang dialami masyarakatnya.
Lebih jauh, Netap meminta pemerintah dan DPRK bertindak dengan meninjau langsung pabrik penampung buah kelapa sawit di Kota Sada Kata itu.
Sebab, kata Netap keberadaan pabrik sesuai harapan saat akan dibangun beberapa tahun lalu untuk menjaga stabilitas harga TBS.
"Maka ini harus pantau ke pabrik jangan ada yang mempermainkan harga,” tegas Netap
Lebih jauh dikatakan, kondisi harga TBS yang anjlok setiap habis lebaran kerap melanda petani kelapa sawit.
Dia pun tidak tah,u mengapa harga TBS anjlok setiap momen Lebaran, sehingga imbasnya kepada masyarakat petani.
”Mengapa harus masyarakat petani yang menanggung harga yg sangat rendah ini,” keluh Netap. (*)
Baca juga: Pemkab Nagan Raya Surati 11 Pimpinan PMKS Soal Harga TBS