Salam
Mendesak, Optimalisasi Fungsi Bandara SIM
Gubernur Aceh meminta Pemerintah Pusat segera membuka kembali Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM) sebagai entry point
Bagi Aceh, Bandara SIM saat ini memiliki peran yang jauh lebih penting dari sekadar tempat beroperasinya maskapai penerbangan.
Peran bandara telah bergeser menjadi pintu gerbang perekonomian, penunjang kegiatan pariwisata, perdagangan, serta simpul dalam jaringan transportasi.
Kendati demikian, sangat kita sayangkan hingga saat ini Bandara SIM yang berstatus international airport hanya boleh melayani penerbangan domestik.
Itu pun jumlah flight sangat terbatas dan dengan harga tiket yang mencekik.
Jadi, Bandara SIM itu sudah tiga tahun tidak dapat menjalankan fungsi sebagai pintu gerbang perekonomian.
Sebetulnya, penerbangan internasional bagi masyarakat Aceh adalah bisa terbang langsung dari Bandara SIM ke Kuala Lumpur atau ke Penang, Malaysia, secara lancar setiap hari.
Sebelum pandemi Covid, masyarakat Aceh bisa terbang langsung ke Kuala Lumpur dalam dua kali penerbangan setiap hari menggunakan maskapai AirAsia yang tiketnya sangat terjangkau.
Lalu, bisa juga terbang langsung dari Bandara SIM ke Bayan Lepas Airport, Penang, dengan maskapai Firefly juga dengan tarif tiket yang sangat terjangkau.
Selain untuk melancong dan urusan bisnis, kebanyakan masyaraat Aceh ke Kuala Lumpur dan Penang adalah untuk berobat.
Dan, turis-turis mancanegara yang masuk ke Aceh umumnya melalui Kuala Lumpur.
Makanya, ketika penerbangan dari dan ke Malaysia dari Aceh tidak segera dibuka, sektor pariwisata Aceh sangat sulit bangkit!
Nah?!
Baca juga: CJH Aceh Berangkat via Bandara SIM, Isu Terbang Melalui Kualanamu Hoaks
Baca juga: Angkasa Pura Kargo dan Garuda Resmikan CSC di Bandara SIM