Kisah Pemuda Desa yang Kelola Server di Berbagai Negara, Jarang Keluar Rumah Dikira Kerja Gaib
Kisah pemuda desa di Kulon Progo ini menjadi salah satu yang menginspirasi. Mengelola hingga 50 server di berbagai negara dari rumahnya.
Penulis: Sara Masroni | Editor: Amirullah
"Tidur enam jam itu sudah luar biasa," kata Nur.
Pemuda ini mengakui, pekerjaan seperti ini sedikit banyak mempengaruhi kesehatannya.
Selain itu, ia jadi hampir tidak keluar kamar. Tidak bersosialisasi dengan tetangga.
Warga Kulon Progo menjunjung tinggi adat kerukunan dengan saling silaturahmi dalam banyak kegiatan, Nur mengaku tidak sempat melakoni hal serupa.
“Keluar kamar atau rumah karena menghilangkan lelah saja,” kata Nur.
Paling tidak ia baru bertemu warga ketika shalat Jumat. Kebetulan masjid ada di ujung jalan rumahnya.
Baca juga: Kisah Pria yang Punya Gaji Rp 541 Juta per Bulan Tapi Malah Pilih Resign, Alasannya Karena Bosan
Pergunjingan
Pekerjaan yang tidak biasa ini membuat Nur sering jadi pergunjingan.
Mulai dari disebut pengangguran, tukang begadang bahkan disebut asosial karena tidak pernah ikut kerja bakti dan gotong royong kampung.
Gunjingan itu ia rasakan karena dari keluarga miskin.
Dikiranya, anak miskin seperti dia hanya berkurung diri dalam rumah, tidak cekatan bekerja keras, tidak berpeluh dan berbau matahari, lebih kelihatan sebagai penganggur, dan tidak membantu orangtua yang berat menjalani hidup.
Untuk mengurangi gunjingan, Nur sesekali ikut pertemuan para pemuda belakangan ini.
"Sampai dikira kerja ghaib," katanya.
Sebaliknya, pekerjaan Nur dimaklumi Sanikem, ibunya. Ia tahu kalau sehari-hari anaknya hanya main komputer, tidak keluar rumah.
Menurut dia, itu hal biasa, yang penting main komputer tetap bisa menghasilkan uang.
“Tahunya Nur itu ya main-main internet gitu saja,” kata Sanikem.
Ia bersyukur anaknya bisa menghasilkan uang sendiri.
Bahkan, dengan kemampuannya bisa membantu merenovasi rumah. Uang dari Nur dan bantuan pemerintah dipakai untuk membangun rumah mereka.
Dulunya, rumah itu gedhek dan kayu lapuk. Mereka masih sempat merasakan lingkungan rumah yang lembap.
Rumah renovasi berdiri meski baru separuhnya dari batako pada 2021.
Namun, sebagian rumah bambunya masih dipertahankan sebagai dapur.
“Rumah ini usaha Nur juga. Dapat bantuan pemerintah untuk bedah rumah, tapi tidak bisa seperti ini kalau tidak ditambahi Nur,” kata Sanikem.
Demikian kisah Nurohman, pemuda desa di Kulon Progo yang kelola server di berbagai negara, jarang keluar rumah dikira pengangguran dan kerja gaib. (Serembinews.com/Sara Masroni)