Internasional

Wanita Mantan Pemberontak Kurdi Jadi Anggota Parlemen Swedia, Erdogan Sebut Teroris

Amineh Kakabaveh, seorang wanita mantan pemberontak Kurdi telah menjadi anggota parlemen Swedia.

Editor: M Nur Pakar
AFP
Amineh Kakabaveh, seorang wanita mantan pemberontak Kurdi yang menjadi anggota Parlemen Swedia. 

Kakabaveh, yang dibesarkan di sebuah rumah Kurdi miskin di Iran barat, mengatakan saat berusia 13 tahun pada akhir 1980-an bergabung dengan pejuang Peshmerga.

Dia ikut memberontak melawan rezim Ayatollah Ruhollah Khomeini.

Di kantor parlementernya di Stockholm, dia menunjukkan foto dirinya saat remaja di pegunungan terjal antara Iran dan Irak, dengan sebuah Kalashnikov tersampir di bahunya.

Pemberontak berperang melawan rezim Iran dan rezim Presiden Irak Saddam Hussein, yang menggunakan senjata kimia melawan desa-desa Kurdi.

Kakabaveh mengatakan banyak rekannya dan beberapa kerabatnya terbunuh.

Dia menangis ketika mengingat kontras antara hidupnya di Swedia dan kesulitan yang dia tinggalkan.

Selama bertahun-tahun setelah dia tiba di Swedia sebagai pengungsi pada tahun 1992, deru helikopter membuatnya secara naluriah ingin lari mencari perlindungan.

Baca juga: Swedia dan Finlandia Tolak Permintaan Erdogan Untuk Ekstradisi Teroris

Sebagai seorang sosialis, Kakabaveh melanjutkan aktivisme politiknya di Swedia, bergabung dengan Partai Kiri dan mengkampanyekan kesetaraan gender di komunitas imigran.

Aktivismenya melawan budaya kehormatan segera membuatnya berselisih dengan rekan-rekan partai yang khawatir pekerjaannya menstigmatisasi Muslim.

Setelah bertahun-tahun mengalami ketegangan, dia meninggalkan partai pada 2019 dan sejak itu menjabat sebagai anggota parlemen independen di Parlemen dengan 349 kursi.

Sosial Demokrat yang memerintah pada November 2022 mencapai kesepakatan dengan Kakabaveh untuk bekerja lebih erat dengan otoritas otonomi Kurdi di Suriah utara, yang dipimpin oleh partai politik PYD.

Lengan militer PYD, YPG, dengan dukungan AS memainkan peran kunci dalam perang melawan militan ISIS.

Turki tidak membedakan antara kelompok Kurdi di Suriah dan PKK, atau Partai Pekerja Kurdistan, yang telah memimpin pemberontakan bersenjata melawan negara Turki sejak 1984.

Puluhan ribu orang tewas dalam konflik tersebut. Kelompok ini dianggap sebagai organisasi teroris di Turki, Eropa dan AS

Kakabaveh telah menyerukan untuk menghapus PKK dari daftar teror, yang tidak luput dari perhatian di Turki.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved