Jurnalisme Warga
Bertualang Mencari Murid ke Barat Aceh
Kami sepuluh orang berangkat dari Pidie hari Selasa pagi, 24 Mei 2022, dan tiba kala senja di Kota Teuku Umar, Meulaboh, sebagai destinasi pertama

Semua sangat layak mendapat beasiswa.
Ada beberapa kisah sedih di perjalanan kami.
Ada seorang siswa tinggal bersama adik dan abangnya di tempat neneknya, sedangkan ibunya menikah lagi di Malaysia dan kemudian diikuti juga oleh ayahnya.
Tim lain juga mendapati banyak siswa kurang mampu, yatim piatu dan keluarga lain yang berminat bersekolah ke Pidie.
Kami juga bertemu anak yang ditimpa musibah, yakni ayah dan ibunya diinjak gajah saat mencari nafkah di kebun beberapa tahun lalu.
Pengasuhnya, setelah orang tuanya meninggal, juga telah dipanggil oleh Yang Mahakuasa sehingga dia harus menumpang di rumah saudaranya.
Ada juga keluarga tak mampu dan cobaan mereka bertambah ketika ibunda meninggal tersengat listrik.
Ayahnya sudah tua dan menderita penyakit saraf terjepit dan baru bisa kembali berjalan setelah lama menjalani pengobatan.
Yang sangat menyedihkan, ada keluarga yang sering berpuasa akibat tidak sanggup mencukupi makan sehari-hari akibat orang tuanya lari dari tanggung jawab dan menikah lagi.
Mereka berdua masih usia sekolah dan harus tinggal bersama neneknya.
Sang nenek pun lumpuh sehingga mereka harus bergiliran menjaga dan merawat nenek sembari bersekolah.
Peristiwa unik terjadi di Bukit Jaya.
Agus, anak yatim piatu tinggal bersama abangnya.
Saat kami mewawancarai orang tua siswa lain di gampong itu, sang ayah anak ini teringat seseorang yang lebih layak mendapatkan bantuan pendidikan ini.
Lalu lewatlah Agus dengan sepedanya di depan rumah.