Berita Banda Aceh
Naskah Aceh Umumnya Ditulis di Kertas Eropa
Manuskrip merupakan suatu tulisan tangan berupa kitab, lembaran kertas ataupun sesuatu yang ditulis di atas media seperti kertas
BANDA ACEH - Manuskrip merupakan suatu tulisan tangan berupa kitab, lembaran kertas ataupun sesuatu yang ditulis di atas media seperti kertas, kulit kayu dan lain sebagainya.
“Naskah-naskah aceh ini umumnya ditulis di atas kertas eropa yang bisa ditandai dengan tanda air ketika kita menerawang pada cahaya,” kata Direktur Pedir Museum Aceh, Masykur Syafruddin S Hum saat menjadi narasumber dalam talkshow dengan tema ‘Rempah Aceh dalam Manuskrip’, yang disiarkan langsung melalui Radio Serambi FM 90,2 MHz, serta live Facebook Serambi FM, Rabu (22/6/2022).
Kegiatan yang dipandu Host, Maghfirah ini juga menghadirkan narasumber lainnya yaitu Dosen UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Hermansyah MTh MHum.
Masykur mengatakan Aceh secara umum paling banyak menggunakan kertas eropa yang dieskpor dari luar negeri, dan ada watermark-nya.
“Dari watermark ini kita bisa mendefinisikan dari Eropa bagian mana, ada yang dari Belanda, Austria,” katanya.
Dikatakan, begitupun juga dengan naskah tentang rempah-rempah, seperti obat-obatan baik yang ditemui di Aceh maupun luar Aceh.
Sementara Dosen UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Hermansyah MTh MHum menyampaikan jalur rempah aceh tidak bisa dilupakan karena sejak awal sudah bergelut dengan rempah-rempah.
“Kalau kita melihat sebelum ada Kerajaan Aceh itu sendiri, pada Kerajaan Samudera Pasai sudah sangat jelas peranan Samudera Pasai di jalur internasional terkait rempah-rempah.
Baca juga: Disdikbud Bireuen Gelar FGD Bahas Manuskrip Sejarah Hingga Situs Sejarah
Baca juga: PKS Banda Aceh Sambangi Rumoh Manuskrip Aceh
Ada naskah-naskah yang menyebutkan salah satunya itu surat zainal abidin yang menyebut tentang perlakuan orang portugis di Selat Malaka,” jelasnya.
Bahkan dikatakannya, disitu juga disebut beberapa jenis rempah didalamnya.
Di era Kerajaan Aceh sendiri, perdagangan atau hubungan rempah itu sangat erat bahkan itu bukan hanya pada media pengobatan, tetapi juga jadi media diplomasi Aceh dengan negara luar, misalnya dengan Turki, Inggris.
“Rempah di Aceh itu menjadi bagian penting bagi masyarakat Aceh bahwa kita punya potensi yang sangat luar biasa yang mungkin selama ini terabaikan atau terpinggirkan,” sebut Hermansyah yang juga Ketua Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) Komisariat Aceh.(una)
Baca juga: Terancam Usang Dimakan Usia, Perpustakaan Nasional Lestarikan Manuskrip Kuno Milik Cek Midi
Baca juga: Meudrah Naskah Kuno di Rumoh Manuskrip Aceh