Ulang Tahun Kota Sabang ke-57, Ini Sejarah Penamaan Sabang, Berasal dari Kata Bahasa Arab
Berdasarkan informasi yang ditulis di situs resmi Pemerintah Kota Sabang, disebutkan bahwa nama Sabang berasal dari bahasa Arab.
Penulis: Yeni Hardika | Editor: Amirullah
"Mungkin dahulu kala masih banyak gunung berapi yang masih aktif di Sabang, hal ini masih bisa dilihat di gunung berapi di Jaboi dan Gunung berapi di dalam laut Pria Laot," tulis Pemerintah Kota Sabang seperti dilansir dari situs resminya.

Lebih lanjut diceritakan, sekitar tahun 301 sebelum Masehi, seorang Ahli bumi Yunani, Ptolomacus berlayar ke arah timur.
Ia kemudian berlabuh di sebuah pulau tak terkenal di mulut selat Malaka, pulah Weh!
Kemudian dia menyebut dan memperkenalkan pulau tersebut sebagai Pulau Emas di peta para pelaut.
Lalu pada abad ke 12, Sinbad mengadakan pelayaran dari Sohar, Oman, jauh mengarungi melalui rute Maldives, Pulau Kalkit (India), Sri Langka, Andaman, Nias, Weh, Penang, dan Canton (China).
Sinbad berlabuh di sebuah pulau dan menamainya Pulau Emas, pulau itu yang dikenal orang sekarang dengan nama Pulau Weh.
Berbeda dengan Sabang yang diambil dari Bahasa Arab, nama Pulau Weh berasal dari kata dalam bahasa Aceh, “Weh” yang artinya pindah.
Namun sejarah dari penamaan pulau ini, berbeda menurut beberapa sumber.
Disebutkan Pemko Sabang di situs resminya, menurut sejarah yang beredar, Pulau Weh pada mulanya merupakan satu kesatuan dengan Pulau Sumatra.
Baca juga: Sandiaga Uno Kunjungi Sejumlah Potensi Wisata Sabang, Minta BPKS dan Pemko Gelar Even Internasional
Namun karena sesuatu hal akhirnya Pulau Weh, "me-weh-kan" diri ke posisinya yang sekarang.
"Makanya pulau ini diberi nama Pulau Weh," tulis Pemerintah Kota Sabang.
Sementara itu, berdasarkan sejarah penuturan dari warga di Gampong Pie Ulee Lheueh, Pulau Weh sebelumnya bersambung dengan Ulee Lheue.
Ulee Lheue di Banda Aceh sebenarnya adalah Ulee Lheueh (yang terlepas).

Beredar kabar juga Gunung berapi yang meletus dan menyebabkan kawasan ini terpisah.
Seperti halnya Pulau Jawa dan Sumatera dulu, yang terpisah akibat Krakatau meletus.