Salam

Perlu Dukungan Luas Misi Damai Rusia dan Ukraina

Presiden Joko Widodo bertolak ke Jerman menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 serta membawa misi perdamaian ke Ukraina dan Rusia

Editor: bakri

Presiden Joko Widodo bertolak ke Jerman menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 serta membawa misi perdamaian ke Ukraina dan Rusia.

Dari Jerman Jokowi menuju Ukraina bertemu Presiden Volodymyr Zelenskyy untuk meminta kesediaan membuka ruang dialog dengan Rusia guna menghentikan perang.

Karena perang memang harus dihentikan dan rantai pasok pangan harus diaktifkan kembali.

" "Dari Ukraina saya akan menuju Rusia untuk bertemu Presiden Vladimir Putin.

Sekali lagi dengan misi yang sama, saya akan mengajak Presiden Putin membuka ruang dialog dan sesegera mungkin melakukan gencatan senjata dan menghentikan perang," tutur Jokowi.

Bukan hanya Indonesia yang sebetulnya menginginkan berakhirnya perang Ukraina vs Rusia.

Akan tetapi banyak negara di berbagai belahan bumi ini menginginkan perang itu segera berakhir.

Baca juga: Setelah Terbang Selama 13 Jam, Presiden Jokowi Tiba di Jerman untuk Hadiri KTT G7

Baca juga: Volodymyr Zelensky Bicara dengan Jokowi, Klaim Diundang ke KTT G20

Jalan untuk menghentikan bukan dengan membuat Ukraina lebih kuat dengan memasok berbagai mesin perang untuk melawan Rusia, namun yang paling bisa diterima nalar sehat adalah mengajak kedua negara yang sedang bertikai itu ke meja perundingan.

Makanya, Presiden Jokowi mengambil bagian untuk membawa Rusia dan Ukraina ke meja perundingan, meskipun di dalam negeri ada ketakutan tentang keamanan Jokowi dalam kunjungan ke dua negara yang sedang berkecamuk perang.

Karena ini misi kemanusiaan, tentu banyak yang berharap bisa berhasil.

Apalagi, yang mengajak Ukraina dan Rusia buka hanya Indonesia, tapi banyak negara dan organisasi kemanusiaan juga sudah melakukannya secara terbuka dan sebagian diam-diam.

Legenda Menteri Luar Negeri Uni Soviet, Andrey Gromyko, pernah mengatakan, ‘lebih baik 10 tahun berunding daripada 1 hari berperang’.

“Slogan ini jadi kurikulum wajib calon diplomat," kata dosen Program Studi Sastra Rusia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran (Unpad), Supian MA PhD.

Dengan pemikiran itu, Andrey Gromyko mampu mencegah perang nuklir di Kuba melalui meja perundingan.

Dan, di mata Supian, negara Rusia dan Ukraina sebetulnya memang sangat berpeluang untuk diajak ke meja perundingan.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved