Berita Luar Negeri

4 Dampak Mengerikan Bagi Indonesia Bila Amerika Serikat Resesi, Apa saja?

Ada 4 dampak mengerikan bagi Indonesia bila Amerika Serikat mengalami resesi, mulai dari pelemahan nilai tukar rupiah hingga membengkaknya biaya impor

Penulis: Sara Masroni | Editor: Muhammad Hadi
via kontan
Ilustrasi - Ada empat dampak mengerikan bagi Indonesia bila Amerika Serikat mengalami resesi, mulai dari pelemahan nilai tukar rupiah hingga membengkaknya biaya impor. 

SERAMBINEWS.COM - Ada empat dampak mengerikan bagi Indonesia bila Amerika Serikat mengalami resesi.

Mulai dari pelemahan nilai tukar rupiah hingga membengkaknya biaya impor.

Empat dampak mengerikan bagi Indonesia bila Amerika Serikat mengalami resesi disampaikan pengamat sekaligus Direktur CELIOS.

Seperti apa dampak mengerikan bagi Indonesia bila Amerika Serikat mengalami resesi?

Dikutip dari Tribunnews.com, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengungkapkan dampak ekonomi terhadap Indonesia, jika Amerika Serikat mengalami resesi.

Baca juga: Gawat! Amerika Serikat Berpeluang Terkena Resesi Ekonomi, Ini yang akan Dilakukan The Fed

Diketahui ekonomi AS berpotensi mengalami resesi.

Hal ini mengacu pada Federal Reserve AS atau The Fed menaikkan suku bunga 75 basis poin untuk menekan lonjakan inflasi.

Bhima memaparkan sejumlah dampak resesi AS terhadap Indonesia.

Pertama, keluarnya modal asing di pasar surat utang karena spread antara Yield SBN dan Yield Treasury di tenor yang sama semakin menyempit.

Baca juga: Presiden Bank Dunia Sebut Semua Negara Harus Bersiap Hadapi Resesi Global, Jerman Jadi Contoh

Investor asing cenderung mengalihkan dana ke aset yang aman, memicu capital outflow di emerging market.

"Pelemahan nilai tukar rupiah hanya salah satu dampak turunan dari sinyal resesi AS," ujar Bhima saat dihubungi Tribunnews.com, Senin (4/7/2022).

Kedua, penyempitan likuiditas karena bank dalam posisi mengejar pertumbuhan kredit yang tinggi paska pandemi melandai tapi terhalang oleh kenaikan tingkat suku bunga.

Kenaikan tingkat suku bunga ini baik di dalam negeri maupun global.

Perebutan dana antara pemerintah dan bank dalam menjaga tingkat pembiayaan defisit anggaran akan membuat dana deposan domestik berpindah ke Surat Berharga Negara (SBN).

"Crowding out sangat membahayakan kondisi likuiditas di sektor keuangan," imbuh Bhima.

Baca juga: AS Nunggak Utang Rp 400.000 Triliun, Negeri Paman Sam Terancam Resesi Jika Gagal Bayar

Ketiga, kenaikan suku bunga The Fed rentan diikuti kenaikan tingkat suku bunga di negara berkembang.

Menurut Bhima, tidak semua konsumen dan pelaku usaha siap menghadapi kenaikan bunga pinjaman.

Imbasnya proyeksi permintaan konsumen rumah tangga bisa kembali menurun dan pelaku usaha akan terganggu rencana ekspansinya.

"Kredit perumahan dan kendaraan bermotor sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga," kata Bhima.

Baca juga: CSIS: Kebijakan Airlangga Dinilai Sukses Bawa RI Keluar dari Resesi

Keempat, imported inflation akibat membengkaknya biaya impor bahan baku dan barang konsumsi.

Situasi ini, ucap Bhima, dipicu pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

Indeks dollar mengalami kenaikan 9.19 persen secara year-to-date menjadi ke level 105 per 2 Juli 2022.

"Beban biaya produksi terutama bagi perusahaan yang bahan bakunya bergantung pada impor dapat berisiko melemahkan PMI manufaktur," terang Bhima.

Baca juga: 60 Lembaga Internasional Serukan Bantuan ke Negara Miskin, Covid-19 Ciptakan Resesi Ekonomi

Sebelumnya, Departemen Perdagangan AS menunjukkan inflasi mungkin telah mencapai puncaknya.

Tekanan harga tetap cukup kuat untuk menjaga Federal Reserve pada jalur pengetatan kebijakan moneter yang agresif.

Bank sentral AS bulan ini telah menaikkan suku bunga.

Baca juga: Ekonomi Indonesia Masih Alami Resesi, Sektor Ini yang Bikin Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Minus

Presiden Jokowi Sebut 60 Negara akan Ambruk Ekonominya

Presiden Jokowi juga sebelumnya pernah menyampaikan, dunia saat ini dalam keadaan yang sangat-sangat sulit di mana hantaman krisis yang bertubi-tubi.

Krisis mulai pandemi, perang Rusia-Ukraina hingga merembet ke mana-mana.

"Terakhir baru kemarin, saya mendapatkan informasi 60 negara akan ambruk ekonominya, 42 dipastikan sudah menuju ke sana," ungkap Jokowi saat membuka Rakernas II PDIP yang digelar di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa (21/6/2022) lalu.

"Siapa yang mau membantu mereka kalau sudah 42? Mungkin kalau satu, dua, tiga negara krisis, bisa dibantu dari lembaga-lembaga internasional," tambahnya.

Baca juga: Bandingkan Harga BBM Singapura 4 Kali Lipat RI, Jokowi Ingatkan 60 Negara Akan Ambruk Ekonominya

Presiden Jokowi mengimbau agar berhati-hati mengenai persoalan ini karena Indonesia dan negara global lainnya sedang tidak berada pada posisi normal.

"Saya kira kita tahu semuanya sudah satu, dua, tiga negara yang mengalami itu. Tidak punya cadangan devisa, tidak bisa beli BBM. Tidak punya cadangan devisa, tidak bisa beli pangan, tidak bisa impor pangan, karena pangannya, energinya impor semuanya," kata Presiden RI itu.

"Kemudian terjebak juga kepada pinjaman utang yang sangat tinggi, karena debt ratio-nya terlalu tinggi. Jadi sekali lagi, ngeri saya kalau lihat angka-angkanya," tambahnya.

Presiden Jokowi bercerita, saat Indonesia menyetop batu bara pada Januari lalu, ada lima presiden/perdana menteri yang menelponnya memohon-mohon dikirim batu bara.

“Presiden Jokowi, mohon kita dikirim batu baranya ini segera, secepatnya. Kalau ndak, ini mati kita, listrik kita mati, industri kita mati," ujarnya menirukan.

"(Kondisi ini membuat) kita menjadi tahu, kekuatan kita itu ada di mana," tegas Jokowi.

Baca juga: Arab Saudi Bantu Warga Terkena Dampak Kenaikan Harga Kebutuhan Pokok, Dampak Perang Ukraina-Rusia

Ia juga menyampaikan untuk mulai berani menyetop ekspor bahan mentah dan mengolahnya terlebih dahulu menjadi barang jadi.

"Setop ekspor bahan mentah kemudian kita buat barang jadi, ada industrialisasi, ada hilirisasi di situ," katanya.

"Itulah sebetulnya kekuatan besar kita, sehingga nilai tambah itu ada di dalam negeri, lapangan kerja itu ada di dalam negeri," tambahnya.

Baca juga: Harga Emas Turun, Segini Harga Emas Per Mayam dan Per Gram Hari Ini, Senin (4/7/2022)

Jokowi berujar, kalau kirim barang mentah yang dapat nilai tambah negara lain, yang dapat lapangan pekerjaan dan dapat pajak juga negara lain.

"Kalau industrinya ada di sini, PPh dapat kita, PPh badan, PPh karyawan, PPh perorangan, PPh badan dapat, pajak dapat, bea ekspor dapat, biaya keluar dapat," harapnya.

"Besar sekali yang kita dapat," tambahnya.

Demikian empat dampak mengerikan bagi Indonesia bila Amerika Serikat mengalami resesi, mulai dari pelemahan nilai tukar rupiah hingga membengkaknya biaya impor serta peluang RI bertahan karena kekuatan besar sumber daya alamnya.

(Serambinews.com/Sara Masroni, Tribunnews.com/Dennis Destryawan)

Baca juga: Kisah TKW Cantik di Hongkong, Dijatahi Makan Tulang Ikan Oleh Majikan

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved