Internasional

Harga Bahan Bakar di UEA Sempat Lebih Murah dari Minuman Mineral, Kini Sebaliknya, Naik Setiap Bulan

Harga bahan bakar kendera beberapa tahun lalu lebih murah daripada air minum kemasan di Uni Emirat Arab yang kaya minyak.

Editor: M Nur Pakar
AP/Kamran Jebreili
Mobil harus antre saat mengisi bahan bakar di sebuah pompa bensin di Dubai, Uni Emirat Arab pada 10 Juli 2022. 

SERAMBINEWS.COM, DUBAI - Harga bahan bakar kendera beberapa tahun lalu lebih murah daripada air minum kemasan di Uni Emirat Arab yang kaya minyak.

Sekarang, sebaliknya, antrean panjang mengular di luar SPBU pada malam kenaikan harga setiap bulan.

Harga bahan bakar di produsen utama OPEC, yang ditetapkan sejalan dengan patokan harga minyak global, telah melonjak lebih dari 70 persen sejak invasi Rusia ke Ukraina.

Sehingga, menonjolkan perbedaan dengan negara-negara bagian tetangga yang mensubsidi bensin secara besar-besaran.

Kontras tersebut telah memicu keluhan di antara warga Emirat yang menerima kesejahteraan dari awal hingga akhir tahun.

Dimana, mendorong pemerintah untuk meningkatkan pengeluaran sosial bagi warga berpenghasilan rendah.

Pelonggaran subsidi bahan bakar UEA pada 2015 telah merugikan pemerintah miliaran dolar AS.

Menempatkan negara itu di garis depan reformasi fiskal yang telah lama tertunda di kawasan itu karena harga minyak merosot.

Baca juga: Presiden Sri Lanka Telepon Vladimir Putin, Minta Dikirim Minyak ke Negaranya

Bahkan sekarang, para penguasa Teluk Arab yang mendapatkan rejeki nomplok dari harga minyak setinggi langit tahu itu tidak bisa bertahan selamanya, karena ekonomi dunia menjauh dari bahan bakar fosil.

“UEA benar-benar menonjol,” kata Monica Malik, kepala ekonom di Abu Dhabi Commercial Bank.

"Fokus kebijakannya tetap tegas pada reformasi," jelasnya kepada AP, Selasa (12/7/2022).

Harga saat ini $1,23 per liter, sekitar Rp 18,4 ribu atau $4,66 per galon setelah kenaikan harga Juli 2022.

Biaya bahan bakar yang belum pernah terjadi sebelumnya di UEA tetap di bawah rekor suram yang dicapai di Amerika Serikat dan Inggris karena perang di Ukraina.

Sehingga, melepaskan kejutan komoditas terbesar itu dalam beberapa dekade terakhir ini.

Tapi warga kawasan itu sudah lama menganggap bahan bakar murah sebagai hak lahir.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved