Jurnalisme Warga

Sekolah Sukma Bangsa dan Sedekah Surya Paloh

16 TAHUN lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan Sekolah Sukma Bangsa (SSB), tepatnya pada 14 Juli 2006

Editor: bakri
IST
ZUBIR, Direktur Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe, bergiat di FAMe, melaporkan dari Kota Lhokseumawe 

Dody Wibowo melanjutkan, ‘no cheating’ mengingatkan warga sekolah untuk mempraktikkan kejujuran dalam semua tindakan.

Murid berlaku jujur dan tidak berbuat curang ketika mengerjakan tugas dan ujian, guru dan warga sekolah yang lain menerapkan praktik kerja yang transparan dan akuntabel.

‘No bullying’, mengingatkan warga sekolah untuk tak melakukan tindak kekerasan langsung dalam bentuk apa pun (verbal, fisik, dan psikologis) juga tidak membuat kekerasan struktural dan melanggengkan kekerasan kultural.

Warga sekolah juga tidak diperkenankan melakukan perundungan yang merendahkan martabat manusia melalui tindakan, tulisan, maupun ucapan terhadap siapa pun.

Kesalahan direspons dengan konsekuensi yang konstruktif, bukan dengan hukuman fisik.

‘No smoking’, mengingatkan warga sekolah dan untuk tidak merokok, terutama di lingkungan sekolah.

Warga sekolah didorong untuk menerapkan dan mempromosikan gaya hidup sehat dan mewujudkan lingkungan yang sehat, untuk diri sendiri maupun orang lain.

‘No littering’ mengingatkan warga sekolah mengadopsi kebersihan sebagai salah satu nilai hidup dan mempraktikkannya di dalam dan luar sekolah.

Warga sekolah juga didorong untuk ingat, peduli, dan aktif menjaga keberlangsungan Bumi tempat mereka tinggal.

Dalam proses penanaman budaya sekolah, kami menghadapi banyak dinamika.

Kami menyadari bahwa untuk membentuk sebuah ‘produk’ yang bernilai di masyarakat— mampu menyelesaikan ragam masalah, harus teguh pada prinsip-prinsip idealisme.

Untuk membentuk karakter jujur (no cheating) misalnya, kami pernah memecat sebelas siswa di Pidie pada 2012 dan tiga siswa di Lhokseumawe pada 2014, yang kala itu heboh tak berkesudahan.

Berpegang teguh pada prinsip sekolah, SSB pernah diberi penghargaan oleh Menteri Pendidikan kala itu, Anies Baswedan, sebagai sekolah jujur (indeks integritas sekolah).

Sedekah Surya Paloh

Dalam beberapa diskusi dengan wali murid dan tokoh masyarakat, kepada kami sering ditanyakan, kenapa seorang Surya Paloh—yang tokoh nasional dan kaya raya- -menjadikan Sekolah Sukma Bangsa sebagai ladang bisnisnya? Karena SSB berbayar, dasar itulah yang dijadikan sebagai sebuah kesimpulan prematur.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved