Pupuk Subsidi
Stok Pupuk Subsidi NPK di Aceh Menipis
Kenapa petani padi lebih suka menebus pupuk subsidi jenis NPK pada musim tanam musim rendeng maupun gadu, menurut
Penulis: Herianto | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Herianto l Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Stok pupuk subsidi untuk jenis NPK di Aceh, memasuki musim tanam gadu tahun ini, sudah mulai menipis, termasuk yang non subsidi. Pihak Distanbun Aceh menyatakan, stok NPK subsidi tinggal 16.811,20 ton lagi, dari 42.932 ton kuota yang diberikan Kementan untuk daerah ini. Sementara masa tanam padi, masih ada dua kali musim tanam lagi, yaitu masa tanam gadu bulan Juli - September dan musim tanam rendeng, Oktober – Desember 2022.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Ir Cut Huzaimah MP yang dikonfirmasi Serambinews.com, Rabu (20/7/2022) terkait telah menipisnya stok pupuk subsidi jenis NPK untuk Aceh mengatakan, kuota pupuk subsidi yang diberikan pemerintah pusat untuk seluruh daerah, jauh di bawah kebutuhannya, atau baru mencapai 40 persen dari kebutuhannya, jadi wajar, kalau stok pupuk NPK subsidi, pada bulan Juli ini sudah menipis. Alasannya, minat petani untuk menebus pupuk subsidi jenis NPK, pada musim tanam rendeng lalu cukup tinggi.
• Pembelian Pupuk Subsidi Dibatasi Hanya untuk Sembilan Komoditi Pangan, Agar Distribusi Tepat Sasaran
• Petani Menjerit karena Pupuk Subsidi Menghilang, Kementan Siapkan Asuransi untuk Petani
Kenapa petani padi lebih suka menebus pupuk subsidi jenis NPK pada musim tanam musim rendeng maupun gadu, menurut Cut Huzaimah, karena petani menilai, pupuk NPK sudah mengandung tiga unsur yaitu nitrogen (15 persen), fosfor (15 persen) dan kalium (15 persen), yang dibutuhkan tanaman padi.
Fungsi ketiga unsur itu bagi tanaman, sebut Cut Huzaimah, untuk penyuburan tanaman padi, penguatan batang padi dan pembentukan buah padi. Sementara pupuk urea, kandungannya lebih banyak nitrogen mencapai 56 persen, yang berfungsi untuk penyuburan dan penghijauan tanaman.
Bagi petani padi yang sudah memahami sistem pemupukan berimbang, kata Cut Huzaimah, di awal tanam padi, ia akan menabur lebih dulu pupuk urea dan baru pada minggu keempat, kelima dan keenam, saat tanaman padi sudah tumbuh hijau dan anakan padinya banyak, baru ditabur pupuk NPK, untuk penyuburan tanaman padi, penguatan batang padi dan pembentukan buah padi.
Petani padi yang memiliki keterbatasan keuangan, kata Cut Huzaimah, dari awal tanam padi, mereka langsung menabur pupuk NPK, yang mengandung unsur nitrogen sebesar 15 persen, fosfor sebesar 15 persen dan kalium sebesar 15 persen.
Fungsi dari menabur pupuk jenis NPK, pada awal tanam padi, menurut Cut Huzaimah, tidak salah. Untuk efisiensi dan kerja praktis petani saja, dalam penggunaan pupuk sebagai pendorong peningkatan produktivitas buah padi, makanya permintaan pupuk NPK sangat tinggi di awal musim tanam padi, sehingga daya serap pupuk subsidi jenis NPK, di kios-kios pengecer pupuk subsidi di ibukota kecamatan sangat tinggi.
Ibnu, penyalur pupuk subsidi di Pasar Lambaro, Kecamatan Inggin Jaya Aceh Besar yang dimintai keterangannya Rabu (20/7) mengatakan, diawal musim tanam padi, permintaan pupuk urea maupun NPK, belum begitu banyak.
Permintaan pupuk jenis urea dan NPK, katanya, baru akan terjadi dan melonjak, biasanya memasuki minggu kedua sampai minggu keenam, setelah tanam padi. Permintaannya per hari bisa mencapai 10 – 20 sak.
“Setelah pupuk subsidi habis, baru kami pedagang membeli pupuk membeli pupuk non subsidi. Bila permintaan pupuk NPK non subsidi di luar Aceh sedang tinggi, kita juga kesulitan untuk mendapatkan pupuk NPK non subsidi, yang banyak dibutuhkan petani,” ujar Ibnu.
Harga jual pupuk urea subsidi, sebut Ibnu, sangat murah Rp 2.250/Kg atau Rp 112.500/sak (50 Kg), begitu juga dengan pupuk NPK hanya berkisar Rp 2.300/Kg atau Rp 115.000/sak (50Kg). Pupuk urea non subsidi, harganya bisa mencapai Rp 295.000 – Rp 350.000/sak dan NPK lebih mahal lagi Rp 700.000 -Rp 800.000/sak.
Yang anehnya lagi kata Ibnu, meski harga pupuk NPK non subsidi mahal, petani padi tetap membelinya, setelah jatah pupuk NPK subsidinya habis di kios pengecer pupuk subsidi.
Kuota pupuk NPK subsidi, yang diberikan kepada petani padi sangat rendah, makanya, ketika kuota jatah pupuk NPK subsidinya habis, petani padi mengalihkan ke pupuk NPK non subsidi.
Menggunakan pupuk NPK non subsidi, menurut petani padi, bisa meningkatkan produktivitas bulir padi. Kalau gunakan pupuk NPK, produksi padi bisa mencapai antara 5 – 6 ton/hektar. Jadi, jika waktu panen padi, harga jual padinya kering panen (GKP) Rp 4.700/Kg, pendapatan kotor petani bisa mencapai Rp 23,5 juta – 28,2 juta/hektar.