Berita Lhokseumawe
Identitas Pemuda Turun Mobil Minta Sedekah di Lhokseumawe, Ternyata Bukan dari Aceh, Ini Asalnya
Setelah ramai diperbincangkan, barulah belakangan pihak yang melakukan penggalangan dana melalui para pemuda tersebut muncul memberikan klarifikasi.
Penulis: Yeni Hardika | Editor: Agus Ramadhan
"Gitu proyek mencari sedekah, dari mobil turun pakai baju preman, pakai baju koko, pakai peci, pakai sarung, udah jadi anak pesantren.
Ambil tong satu orang satu, entah dari mana anak pesantren ini sampai.
Coba kita lihat apa yang dibuka dari dalam mobil, ada cewek di dalam mobil.
Cewek di dalam mobil, ganti baju di dalam mobil, persiapan.
Mana ada anak dayah cewek-cewek di dalam mobil.
Pasukan mana ini?
Anak dayah, anak dayah entah dari mana ini ganti baju gamis turun dari mobil.
Proyek-proyek.
Bagi job dulu, loading-loading.
Nah udah diturunkan karyawan minta sedekah.
Ini cewek di dalam mobil.
Pakai baju di pinggir jalan, pakai koko, peci, buka baju reman celana jeans, ambil tong satu orang satu minta sedekah, nah ini proyek.
Ini sebelum minta sedekah entah sudah shalat entah belum," ujar si pengunggah video.
Ulama Aceh ikut memberi respon
Viralnya video aktivitas sekelompok pemuda yang turun dari mobil kemudian mengganti baju dan membawa kota sumbangan di depan Kantor Dinas DLHK Kota Lhokseumawe ini juga mendapat perhatian dari ulama Aceh.
Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Lhokseumawe, Tgk H Abubakar Ismail (Abati) berharap pihak berwenang mengusut tuntas kasus tersebut.
Abati mengatakan, karena dari dulu di Aceh sudah ada dinas pendidikan dayah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, itu berarti dayah-dayah di seluruh sudah ada perhatian khusus dari pemerintah.
Karena itu, menurut Abati, pemerintah jangan lagi memberi izin atau peluang kepada pesantren untuk mencari sumbangan baik di lampu merah atau ke rumah-rumah.
"Dengan adanya pihak pesantren mencari sumbangan berarti pihak ketiga bisa masuk.
Baca juga: Ulama Minta Pencari Sumbangan Ganti Baju Diusut Tuntas
Bisa mengatasnamakan pesantren, bahkan ada yang mengatasnamakan masjid, panti asuhan, dan sebagainya," jelas Tgk Abubakar, Sabtu (23/7/2022), seperti diberitakan Serambinews.com.
Bila tidak ada lagi pesantren yang meminta santrinya untuk mencari sumbangan ke rumah-rumah atau ke lampu merah, lanjut Abati, tentu orang-orang itu tak bisa masuk.
Masyarakat pun sudah tahu bahwa yang mencari sumbangan tersebut bukan pihak pesantren.
Karena pihak pesantren tidak lagi mencari sumbangan ke luar.
Kepada masyarakat yang ingin menyumbang, Abi berharap bisa memberi sumbangan dengan langsung datang ke pesantren yang dia mau.
"Jadi, seperti itu cara untuk mengantispasi. Kalau tidak, kasus seperti ini bakal terus menerus terjadi di Aceh," katanya.
Pada saat ada ketegasan dari pemerintah untuk melarang pesantren mencari sumbangan, lanjut Abati, tentu pesentren-pesantren juga harus mendapat perhatian lebih serius dari pemerintah.
"Jangan nanti saat dilarang cari sumbang, tapi pemerintah tidak memberi bantuan kepada pesantren. Ini jadi masalah juga. Ini harus jadi perhatian serius," timpal Abati.
Abati juga berharap pemerintah lebih selektif dalam memberi izin pendirian dayah.
Menurut Tgk Abubakar, adanya pihak-pihak yang mengatasnamakan pesantren untuk mencari sumbangan sudah terjadi sejak dulu.
Bahkan, ada pesantren yang menjadi korban.
"Saya sendiri pernah jadi korban. Ada orang yang mengatasnamakan pesantren kita mencari sumbangan. Sedangkan kita tidak tahu dan sumbangan yang dikumpulkan tidak pernah diberikan kepada kita," ungkapnya.
Khusus terkait video yang viral itu, Abati menyatakan, pihaknya tidak bisa terus menuduh.
Tapi, perlu diperiksa oleh pihak berwajib terlebih dulu.
Orangnya sudah jelas, mobilnya sudah jelas, dan tempatnya sudah jelas.
Karena itu, pihak berwajib bisa memanggil orang tersebut.
"Kalau kita tuduh itu palsu, kadang-kadang itu benar utusan dayah. Kalau kita bilang utusan dayah, kadang-kadang orang itu memanfaatkan kondisi. Jadi, kita tidak bisa berandai-andai," papar Abati.
Namun, hal seperti itu tidak bagus.
Baca juga: Ganti Baju Gamis sebelum Beraksi, Mobil Bawa Pemuda Minta Sedekah di Lhokseumawe Ternyata Ada Wanita
"Karena di mobil ada perempuan. Kalau benar utusan pesantren, mana ada perempuan dalam mobil,"
"Kemudian, tidak ada dalam mobil pakai baju preman dan saat turun baru pakai jubah. Tidak ada orang pesantren begitu. Kalau jubah di mobil, ya jubah di luar juga. Ini kan mencurigakan.
"Makanya, pihak berwenang harus memeiksa agar semuanya bisa jelas," pungkas Abati.
Permintaan hampir sama juga disampaikan Pimpinan Pesantren QAHA (Qari Hafizh) Ukhwatul Quran, Tgk Jamaludin H Kadir, dan Ketua Ikatan Muslimin Aceh Meudaulat (IMAM),Tgk Muslem At-Thahiri.
Polres Lhokseumawe minta lakukan penertiban
Sementara itu, Kapolres Lhokseumawe, AKBP Henki Ismanto mengatakan, bahwa pihaknya hanya bisa meminta kepada dinas terkiat (Satpol PP dan dinas sosial) untuk menertibkan pengemis atau peminta sumbangan.
Sebab, menurutnya, pemerintah kabupaten/kota sudah ada qanun tentang hal tersebut yang di dalamnya turut diatur sanksi bagi yang melanggar.
Henki juga meminta pihak pesantren agar selektif dalam memberikan surat permohonan bantuan untuk pembangunan pesantren tersebut.
“Dalam hal ini perlu ada surat tembusan ke Forkopimda, sehingga dapat mengetahui giat itu,” jelas Henki Ismanto seperti dikutip dari Serambinews.com, Minggu (24/7/2022).
Agar kasus seperti itu tak menjadi polemik di kalangan masyarakat, menurut Kapolres, dinas terkait bisa membuat spanduk dan imbauan di tempat keramaian yang isinya tidak menerima sumbangan dalam bentuk apa pun.
Sementara itu, Kasatpol PP dan WH Lhokseumawe Zulkifli, mengakui dirinya pagi tadi (pagi beredarnya video-red) juga menerima menerima kiriman video tersebut dari warga melalui pesan WhatsApp (Wa).
"Lokasinya memang pas di depan DLK Lhokseumawe," katanya.
Menurut Zulkifli, dirinya sudah mengerahkan semua personel untuk mengintai keberadaan pria-pria yang ada dalam video tersebut.
"Kalau masih ada di Lhokseumawe akan diproses sesuai hukum," tegas Zulkifli.
Ditanya apakah mereka berpeluang bukan dari kalangan santri, Zulkifli sangat meragukan bahwa mereka benar-benar santri.
"Kalau kita lihat sepintas lalu, mobil yang mereka guna adalah pelat BK.
Kemudian mengganti pakaian di luar mobil.
Kalau santri kita, tidak begitu," ucap dia.
Pada tahun 2021, sebut Zulkifli, pihaknya sudah mengimbau kepada santri yang mencari sumbangan ke jalan raya, wajib melaporkan ke Satpol PP.
"Sedangkan pria-pria yang ada di video tersebut, tidak pernah melapor ke kita," pungkasnya.
(Serambinews.com/*)
BERITA KANAL NANGGROE
BACA BERITA LAINNYA DISINI