Berita Aceh Besar
Pemerintah Dukung ISBI Buka Tiga Prodi Baru, Salah Satunya Prodi Bahasa Aceh
Diskusi ini berlangsung di ruang pertemuan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Aceh Besar yang dihadiri kalangan akademisi dan peme
Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Mursal Ismail
“Kalau bisa ISBI Aceh menjadi leader untuk jurusan ini dan kredit-kredit yang telah disusun saya kira sudah sesuai.
Intinya, Prodi Desain Interior ini wajib ada dan kita nanti juga bisa bekerja sama dengan konsultan-konsultan yang ada di Aceh dalam mendidik mahasiswa.
Namun, perlu juga ditekankan dalam visi misinya bahwa mahasiswanya nanti memiliki semangat entrepreneurship,” ujar Izziah yang tak lain adalah istri dari Mirza Irwansyah, Rektor ISBI Aceh.
Baca juga: HAkA dan ISBI Gelar Bu-Moe Fest, Tunjukkan Keprihatinan Perdagangan Ilegal Satwa Liar Melalui Seni
Sementara itu, terkait wacana Prodi Bahasa Aceh, mendapat beberapa masukan kritis di antaranya dari Prof Dr Mohd Harun MPd dari FKIP USK.
Kehadiran prodi ini, menurut Harun, perlu disambut baik karena selama ini pelajaran bahasa Aceh di sekolah-sekolah masih diajarkan sebatas muatan lokal.
Artinya belum menjadi mata pelajaran sebagaimana halnya bahasa Sunda di Jawa Barat.
Di FKIP USK sendiri, katanya, pernah dirancang rencana pembukaan Jurusan Pendidikan Bahasa Aceh, tetapi sampai sekarang belum terealisasi.
Selama ini, menurut Harun, yang mengisi kelas-kelas muatan lokal bahasa Aceh tersebut tidak memiliki latar belakang pendidikan kebahasaan yang mumpuni.
"Maka dalam hal ini, ISBI Aceh perlu mengambil ruang tersebut untuk mengisi kekosongan, termasuk guru bahasa Aceh di Aceh," ujar mantan wartawan Harian Serambi Indonesia ini.
Terakhir, berkaitan dengan Prodi Kajian Sastra dan Budaya sebagaimana disampaikan oleh narasumber ketiga, Dr Yusri Yusuf MPd, merupakan penyeimbang terhadap kurikulum-kurikulum yang ada di ISBI Aceh yang masih menitikberatkan pada kurikulum seni.
"Khusus untuk prodi ini sebelumnya sudah pernah dilaksanakan FGD untuk mengetahui pandangan dan animo masyarakat terhadap prodi tersebut," kata Yusri Yusuf.
Bahkan, pihaknya juga sudah pernah melakukan studi banding ke beberapa perguruan tinggi, seperti Universitas Airlangga dan Universitas Sebelas Maret, untuk mendapat masukan potensi hadirnya prodi tersebut di Aceh.
“Bisa dikatakan bahwa prodi ini adalah menyatukan dua kapling besar, yaitu budaya dan sastra. Secara nomenklatur prodi ini hadir berdasarkan pertimbangan apa yang cocok kita buka untuk pasar dan selaras dengan lapangan pekerjaan,” ujar mantan wakil rektor Bidang Akademik ISBI Aceh ini.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Akademik ISBI Aceh, Dr Wildan MPd, dalam kesempatan itu menyampaikan, berbagai pendapat dan masukan dari para narasumber, dan sambutan positif pemerintah, akan menjadi bahan bagi pihak ISBU untuk melengkapi draf naskah kurikulum yang telah disiapkan.
Di tahap awal rencana pembentukan prodi baru tersebut, kata Wildan, ada prodi yang tadinya direncanakan untuk sarjana atau diploma.