Jurnalisme Warga
Lapak Baca dan Wisata Literasi Masyarakat Bireuen
Mengemudikan mobil operasional sekolah yang telah siap dengan ratusan judul buku di bagasi belakang, saya meluncur ke Alun- Alun Meuligoe Kota Bireuen

OLEH FACHRURRAZI, M.A, Direktur Sekolah Sukma Bangsa Bireuen dan Anggota FAMe, melaporkan dari Bireuen
SEBAGAIMANA biasa di hari Minggu pagi ada agenda rutin yang kami gelar, yakni Lapak Baca.
Dengan mengemudikan mobil operasional sekolah yang telah siap dengan ratusan judul buku di bagasi belakang, saya meluncur ke Alun- Alun Meuligoe Kota Bireuen ditemani mentari pagi yang mulai bersinar.
Saya segera memarkir mobil dan menurunkan alas berupa terpal bekas spanduk kegiatan sekolah.
Sesuai perkiraan saya, cukup sulit bagi saya menggelarnya seorang diri, tapi akhirnya berhasil.
Saya bergegas menurunkan buku karena saya sadar datang agak telat pagi ini.
Saya khawatir memangkas waktu membaca para langganan kami.
Karena biasanya jika hari sudah mulai panas, maka para pembaca akan segera beranjak dan pulang ke rumah masing-masing.
Biasanya paling lama kami hanya punya waktu dua jam untuk kegiatan literasi ini.
Baca juga: Mahasiswa KKM Umuslim Dirikan Lapak Baca untuk Tingkatkan Minat Baca Anak di Aceh Utara
Baca juga: Serambi Indonesia di Antara Minat Baca dan Topik Diskusi di Warung Kopi
Saya bergegas memajang semua buku dan sambil saya bekerja para tamu kami langsung bergerak cepat mengambil buku favorit mereka dan langsung larut dengan bacaan masing-masing.
Saya menikmati momen itu dan bertambah bersemangat memajang buku-buku lain.
Sambil mengamati para pengunjung Lapak Baca pagi ini, mayoritas yang datang memang pengunjung tetap kami.
Namun, ada beberapa wajah baru yang hadir, saya gembira karenanya.
Lantas, saya mengambil sebuah buku dan duduk di belakang lapak, ikut larut dalam dimensi lain.
Sesekali saya melihat para pengunjung dan menikmati wajah semringah mereka menikmati petualangan yang sedang mereka jalani dengan buku di tangan.
Saya kembali berjanji, semoga komitmen saya dengan kegiatan Lapak Baca ini tidak pernah pudar, bahkan saya ingin terus meningkatkannya.
Saya ingin memberikan lebih banyak pelayanan literasi kepada masyarakat melalui Lapak Baca di “Kota Juang” ini.
Hari ini, sebagaimana biasa, sejak hampir setahun terakhir Perpustakaan Sekolah Sukma Bangsa Bireuen menggelar Lapak Baca di Alun-Alun Tugu Meuligoe Bupati Bireuen.
Kegiatan ini berlangsung pukul 06.30 hingga 08.30 WIB setiap hari Minggu.
Baca juga: Meningkatkan Minat Baca Melalui Storytelling & Layanan Pusling
Tujuannya adalah untuk memfasilitasi kegiatan literasi masyarakat khususnya di sekitaran Kota Bireuen.
Dengan menyediakan ratusan judul buku terkini, Lapak Baca Perpustakaan Sekolah Sukma Bangsa Bireuen (LBP-SSBB) diharapkan akan meningkatkan minat baca para pemula dan anak-anak sekaligus memajukan kelas literasi bagi para senior agar bisa melanjutkan ke literasi menulis, tentunya dengan dibekali buku-buku bagus dari berbagai koleksi Perpustakaan SSB.
Bagi para balita yang belum bisa membaca, panitia menyediakan media gambar dan pensil warna agar mereka bisa tetap menikmati suasana literasi di Lapak Baca bersama anggota keluarga lainnya.
Dengan demikian, harapan kami Lapak Baca bisa menjadi salah satu tempat alternatif wisata keluarga di pagi hari, sambil berliterasi ditemani mentari pagi.
Kegiatan Lapak Baca adalah agenda utama Perpustakaan SSB Bireuen sejak pertama kali diluncurkan awal tahun ini.
Mulai saat itu agenda ini telah dilaksanakan setiap Minggu pagi dan dikunjungi puluhan warga Bireuen.
Rata-rata pengunjung memulai pagi dengan jogging, senam, atau olahraga ringan sambil menunggu matahari terbit.
Setelah sang mentari terbit dan keringat pun deras mengucur, para ‘early risers’ ini memilih beristirahat di Lapak Baca sambil membaca buku favorit mereka.
Baca juga: Tingkatkan Minat Baca Siswa, Dinas Arpus Bener Meriah Programkan Perpustakaan Keliling
Kalangan bapak-bapak rerata memilih buku bertema sejarah, politik, biografi, dan umum.
Para ibu dan remaja putri biasanya menyukai buku-buku cerita dan novel.
Mereka duduk sambil menceritakan kisah yang barusan mereka baca dari sebuah buku kepada yang lain.
Anak-anak usia sekolah putra dan putri biasanya membaca buku-buku populer remaja seperti buku ilmu pengetahuan, sains, novel, dan komik.
Buku-buku yang lebih 'advance' seperti buku tentang pendidikan, agama, dan biografi tokoh-tokoh nasional dan internasional juga kerap diminati.
Seterusnya, untuk anakanak yang baru belajar membaca, panitia menyediakan ratusan judul buku anak dan komik yang bisa dibaca sepuasnya sampai nanti matahari mulai menyengat.
Tidak ada kendala berarti dalam kegiatan ini setelah hampir sembilan bulan berlangsung, selain kendala cuaca.
Namun, dalam beberapa kesempatan kami juga sempat khawatir dengan jumlah pengunjung yang terbatas.
Pengunjung Lapak Baca sampai saat ini adalah orangorang yang sama dari waktu ke waktu.
Jikapun ada pengunjung baru, itu pun hanya satu dua orang saja.
Karena itu, muncul juga keinginan dalam hati agar ada penambahan jumlah pengunjung yang signifikan dari minggu ke minggu agar kegiatan ini bisa memberi manfaat untuk lebih banyak orang.
Baca juga: Tips Minat Baca, 14 Langkah Tumbuhkan Minat Baca Menjadi Kebiasaan Seumur Hidup
Literasi di Bireuen Dari beberapa dialog ringan dengan para pengunjung setia kami, mereka sampaikan bahwa minat baca memang agak kurang di kalangan masyarakat Bireuen.
Hal ini disebabkan kurangnya budaya baca di kalangan para intelektual, mahasiswa, siswa, maupun masyarakat umum.
Jika ingin digali lagi, eventevent literasi pun amat jarang diinisiasi sehingga kampanye literasi untuk masyarakat kian surut.
Ada apresiasi yang baik dari para pengunjung atas diselenggarakan kegiatan Lapak Baca ini.
Usaha seperti ini diharapkan bisa memangkas beberapa alasan yang membuat orang malas membaca seperti tidak punya uang membeli buku atau malas meminjam ke perpustakaan.
Tentu saja masih ada kalangan yang belum mau untuk ikut terlibat dalam usaha kampanye literasi ini.
Padahal, menurutnya, membaca adalah salah satu syarat mutlak untuk belajar dan menjadi lebih baik.
Tanpa membaca mustahil seseorang bisa mengubah nasib buruknya.
Namun, tetap saja kegiatan Lapak Baca yang didesain dengan konsep “Perpustakaan yang datang kepada Anda dan Anda bisa membaca dengan gratis sepuasnya”, masih belum begitu menggembirakan hasilnya.
Jika program ini bisa didukung dan dikampanyekan lebih massif, maka impian untuk meningkatkan minat baca dan menambah gaung literasi di Kabupaten Bireuen bisa terus dimajukan.
Dan, jika mungkin Pemkab Bireuen bisa menyelenggaralan program Sehari Literasi dengan mengundang seluruh perpustakaan di sekolah dan instansi di Kabupaten Bireuen untuk hadir dan membuka lapak baca masing-masing di Alun- Alun Kota Bireuen.
Kemudian, panitia bisa mengundang seluruh masyarakat Bireuen sambil menyelenggarakan program car free day (CFD) dan menyediakan 'door prizes' menarik untuk para pengunjung.
Program-program terobosan seperti itu barangkali bisa menjadi sebuah daya jual tersendiri bagi Kota Bireuen.
Bireuen yang sudah sukses menabalkan dirinya sebagai Kota Santri bisa mulai beralih untuk menjadi Kota Literasi.
Selanjutnya, jika hal ini bisa dikembangkan dan dibuat masif maka di masa depan Kota Bireuen bisa menawarkan paket wisata literasi bagi para pelancong.
Mungkin bisa sejajar dengan Banyuwangi Ethno Carnival yang merupakan karnaval kostum budaya berkelas internasional di Banyuwangi, Jawa Timur.
Pemerintah bisa mengundang semua penerbit dan pelaku usaha di bidang literasi untuk memamerkan produk mereka di Bireuen.
Kegiatan ini sangat berpotensi untuk menjadi sebuah ekspo literasi atau 'book fair' jika didukung oleh semua pihak.
Hal ini tentu akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Bireuen sekaligus bisa menjadi kampanye efektif untuk meningkatkan minat baca dan literasi masyarakat di Kabupaten Bireuen.
Wallahu a’lam. (*)
Baca juga: Ada Lapak Baca Setiap Minggu Pagi di Lapangan Hiraq Lhokseumawe, Ayo Bawa Anak Anda
Baca juga: Mahasiswa KKM Umuslim, Kini Anak-anak Matangkuli Miliki Lapak Baca