Jurnalisme Warga
Gunung Es Talasemia di Aceh
Talasemia adalah penyakit kelainan darah yang diturunkan dari orang tua yang juga memiliki riwayat penyakit talasemia

Keempat kabupaten dan satu kota ini merupakan lima besar daerah yang memiliki jumlah penderita talasemia yang cukup tinggi di Aceh.
Penyakit keturunan Bagaimana penyakit ini dapat diturunkan dari orang tua ke anak-anaknya? Penyakit talasemia dibagi menjadi dua, talasemia mayor dan talasemia minor.
Talassemia mayor ditandai dengan penderitanya butuh tranfusi darah setiap bulan seumur hidupnya, sedangkan para talasemia minor (pembawa sifat) tidak menunjukkan gejala apa pun, layaknya orang normal dan dapat beraktivitas seperti biasa, bahkan dapat melakukan donor darah.
Karena para penderita talasemia minor ini tidak dapat dibedakan dengan orang yang bukan penderita talasemia, maka sering terjadi perkawinan sesama talasemia minor sehingga angka talasemia terus bertambah.
Baca juga: Bupati Muzakkar: 30 Anak Talasemia di Bireuen Butuh Transfusi Darah Rutin
Para penderita talasemia pada awalnya dapat dideteksi dari gejala anemia yang dialami oleh penderitanya karena kekurangan sel darah merah.
Mekanisme penurunan talasemia dalam ikatan perkawinan sebagai berikut: Talasemia mayor menikah dengan talasemia mayor, maka keturunannya 100 persen talasemia mayor.
Talasemia minor menikah dengan talasemia minor, maka keturunannya 25 persen talasemia mayor, 50 persen talasemia minor, dan 25 persen normal.
Talasemia minor menikah dengan orang normal, maka keturunannya 50 persen talasemia minor dan 50 persen normal, dan ini tidak bermasalah.
Para penderita talasemia setiap tahunnya bertambah terus di Aceh, tanpa dapat dicegah karena ketidaktahuan masyarakat tentang ‘carrier’ (sifat pembawa) talasemia.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan (2007), Aceh merupakan daerah dengan prevalensi atau jumlah kasus talasemia minor tertinggi di Indonesia dengan nilai 13,4 persen.
Sementara untuk data terkini para penderita talasemia di Aceh—berdasarkan data transfusi darah dari RSUZA—terdata sekitar 500 orang penderita talasemia.
Bagaimana mencegah talasemia? Indonesia sendiri berada pada sabuk talasemia.
Sampai saat ini yang dapat kita lakukan untuk mencegah munculnya para penderita baru talasemia adalah dengan melakukan ‘screening’ darah dan tidak mempertemukan pembawa sifat dengan pembawa sifat (‘carrier’) talasemia dalam ikatan perkawinan.
Baca juga: Trik Pj Bupati Aceh Singkil Marthunis Tambah Gizi Warganya Sambil Dongkrak Ekonomi
Untuk itu, ‘screening’ darah sangat penting dilakukan ketika anak berada pada usia mulai remaja, utamanya bagi mereka yang berada pada lingkaran keluarga talasemia.
Kenapa talasemia harus dicegah? Penyakit ini tidak dapat disembuhkan karena dunia kedokteran dan farmasi belum menemukan obat untuk terapi yang dapat menyembuhkan talasemia sampai saat ini.