Luar Negeri
Serangan Artileri dan Drone Azerbaijan ke Armenia Tewaskan 49 Tentara
Serangan Azerbaijan tersebut dikhawatirkan memicu konflik bersenjata yang lebih meluas antara dua negara tetangga itu.
Usai serangan Azerbaijan, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan segera menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membicarakan insiden tersebut.
Associated Press melaporkan, Pashinyan juga menelepon Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Dewan Eropa Charles Michel, Presiden Iran Ebrahim Raisi, dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken.
Pemerintah Armenia mengaku pihaknya akan meminta bantuan secara resmi ke Rusia yang terikat perjanjian persahabatan dengan mereka.
Yerevan juga dilaporkan mengirim permohonan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi Traktat Keamanan Kolektif (CSTO), aliansi pertahanan berisi negara bekas Uni Soviet yang dipimpin Rusia.
Menanggapi permintaan Armenia, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, enggan membicarakan respons secara spesifik.
Ia sebatas menyatakan bahwa pemerintahan Putin “menempuh setiap upaya untuk membantu de-eskalasi tensi.”
Baca juga: Presiden Armenia Mundur, Keluhkan Jabatannya Hanya Sebagai Simbolis
Azerbaijan Luncurkan Operasi Militer di Nagorno-Karabakh, Tuduh Armenia Langgar Perjanjian
Tentara Azerbaijan telah melakukan operasi militer terhadap milisi etnis Armenia di Nagorno-Karabakh, Rabu (3/8/2022).
Baku menuduh Armenia secara ilegal telah "membangun posisi tempur baru" di wilayah itu, menurut rilis di laman resmi Kementerian Pertahanan (Kemhan) Azerbaijan.
Perbuatan Yerevan, oleh Azerbaijan disebut "sangat melanggar" kesepakatan gencatan senjata pada 10 November 2020 lalu, yang dimediasi oleh Rusia.
Baku juga menuduh adanya tindakan terorisme dan sabotase terhadap Unit Angkatan Darat Azerbaijan.
"Selama operasi, beberapa posisi tempur detasemen bersenjata Ilegal Armenia dihancurkan, dan serangan udara dilakukan pada unit militer yang ditempatkan di pemukiman Yukhari Oratagh, bekas wilayah Aghdara," kata Kemhan Azerbaijan.
"Akibatnya, tenaga kerja detasemen ilegal Armenia dimusnahkan dan terluka, serta beberapa howitzer D-30, kendaraan militer, dan sejumlah besar amunisi dihancurkan," tulis rilis tersebut.
Seperti dilaporkan Rusia Today, ketegangan telah meningkat di Nagorno-Karabakh selama beberapa hari terakhir.
Sebagian besar wilayah itu, yang secara resmi diakui sebagai teritorial Azerbaijan, berada di bawah kendali de-facto Yerevan.