Berita Banda Aceh
Akademisi Kesehatan Lakukan Penelitian tentang Stunting di Aceh, Ini Hasilnya dan Rekomendasi Mereka
Mereka adalah akademisi Politeknik Kesehatan atau Poltekkes Kemenkes Aceh, Universitas Syiah Kuala, Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan atau B
Penulis: Mursal Ismail | Editor: Mursal Ismail
✓ Kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat tentang stunting
✓ Belum maksimalnya kegiatan dan koordinasi proses kinerja TPPS
✓ Belum terbentuknya koordinasi antara provinsi dan kabupaten kota
✓ Kualitas dan kuantitas SDM baik tenaga kesehatan maupun tenaga pendukung lainnnya masih kurang
✓ Kurang maksimal anggaran khusus untuk tenaga pendukung seperti kader dan tenaga pendukung
lainnya
✓ Belum adanya rencana aksi dari regulasi yang sudah ada
✓ Dinas-dinas (Bappeda dan Dinkes) belum berani membuka data-data secara transparan karena
dikhawatirkan akan menjadi kelemahan dan aib daerah.
✓ Terbatasnya media edukasi dan sistim informasi di setiap desa
✓ Belum adanya strategi khusus dari setiap SKPA/ SKPK dalam upaya percepatan peningkatan cakupan
indikator layanan sensitif dan spesifik.
✓ Intervensi stunting masih fokus pada kelompok balita dan lebih ke arah anak yang menderita stunting
sebagai sasaran intervensi seperti pemberian PMT balita di RGG dan Posyandu
✓ Kondisi Geografis, Aceh tersebar di 3 kawasan (barat selatan, pantai utara dan pegunungan),
berpengaruh terhadap sumber air bersih, ketersediaan pangan hasil laut (untuk pegunungan).
✓ Peran tokoh agama dan tokoh adat dalam pencegahan stunting belum disentuh.
Antara lain peran tengku, imum meunasah, penceramah menjadi bagian dari channel komunikasi informasi edukasi (KIE)
pencegahan stunting belum digunakan.
✓ Faktor bencana juga menjadi pengaruh seperti Penyakit PMK pada Sapi dan COVID-19 yang dapat
menghambat penurunan stunting.
✓ Masih minimnya pelibatan atau keterlibatan Perguruan Tinggi/Universitas, pihak swasta dan Lembaga
Swadaya Masyarakat dalam percepatan penurunan stunting.
Rekomendasi
1. Adanya penegasan pada alokasi anggaran untuk peningkatan capaian layanan indikator sensitif dan spesifik
2. Penguatan layanan intervensi sensitive dan spesifik pada region Gayo Alas, peningkatan akses air bersih dan sanitasi dan akses terhadap pangan terutama sumber protein hewani.
3. Penguatan program perubahan perilaku melalui pendekatan keagamaan; pelibatan tokoh agama sebagai channel penyampaian informasi, seperti melalui kutbah Jumat, ceramah dengan pelibatan pengurus mesjid
4. Fasilitasi penguatan koordinasi dan kerjasama lintas sektor (termasuk organisasi dan Universitas-Universitas)
5. Penguatan peran dan fungsi TPPS agar maksimal dalam mengimplementasikan program percepatan penurunan stunting
6. Perlu disusun strategi, program dan teknis pelaksanaan implementasi program percepatan penurunan stunting dalam bentuk regulasi atau rencana aksi.
7. Penguatan Rumoh Gizi Gampong (RGG) melalui peningkatan kapasitas pengelola RGG, Peralatan dan dukungan pendanaan dari dana desa. (*)