Kesehatan
Bisa Bikin Awet Muda, Ini Jadwal & Durasi yang Dianjurkan dr Boyke dalam Seminggu Berhubungan Badan
Berhubungan badan bagi pasangan suami istri (pasutri) menjadi kebutuhan di dalam rumah tangga, tepatnya dalam hubungan suami istri.
Penulis: Firdha Ustin | Editor: Amirullah
Pada usia 56 tahun, 1-2 kali seminggu dan usia 60 tahun ke atas, 1 kali seminggu.
Baca juga: Bisa Bikin Istri Hilang Nafsu, dr Boyke Anjurkan Pentingnya Para Suami untuk Sunat
"45 tahun, 2 kali, 56 tahun, 1-2 kali, 60 tahun ke atas 1 kali, itu secara umum," sambungnya.
Menurut dr Boyke, semakin bertambahnya usia pasutri, maka jumlah berhubungan intimnya semakin berkurang.
Hal itu terjadi karena faktor penuaan hingga terjadinya menopause pada wanita dan andropause pada pria.
"Kenapa bisa berkurang? Karena proses penuaan, yang wanita mengalami menopause yang pria mengalami andropause, jadi kemampuannya juga berkurang," imbuh dr Boyke.
Durasi Berhubungan Badan
Sementara itu, dalam berhubungan badan juga dianjurkan sesuai dengan durasi.
Meski kebanyakan pasutri menginginkan durasi yang lama saat berhubungan badan, namun menurut dr Boyke justru durasi yang lama pun tidak menjamin hubungan intim tersebut menyenangkan.
Justru sebaliknya, hubungan intim yang lama bisa membahayakan kesehatan istri.
Dilansir Serambinews.com dari kanal YouTube Malam Malam Net, Sabtu (24/9/2022), dr Boyke mengatakan, berhubungan intim dengan waktu lama memang bagus. Hanya saja jangan terlalu lama.
"Main lama bagus, cuma kan mesti ngelihat juga, jangan terlau lama," katanya.
Hubungan intim yang terlalu lama dikhawatirkan berbahaya bagi kesehatan sang istri.
Baca juga: dr Boyke Ungkap 85 Persen Pria Alami Ejakulasi Dini, Ini 3 Cara Mengatasinya Dijamin Ampuh
Pasalnya, kondisi hubungan intim yang terlalu lama bisa menyebabkan keringnya cairan pada miss V sehingga mengakibatkan lecet pada organ kewanitaan.
"Kenapa jangan terlalu lama? Karena buat perempuan juga nggak enak bisa ledes bisa lecet yakan jadi keburu kering gitu lho," imbuhnya.
Saat berhubungan intim, penting untuk tidak selalu memikirkan soal enaknya saja melainkan juga harus mempertimbangkan apa saja risiko yang ditimbulkan.