G30S PKI

Dibalik G30S/PKI di Aceh: Kekerasan Rasial Menyasar Etnis Tionghoa, Puluhan Ribu Melarikan Diri

"Saya pikir, jika saya tidak dapat bergabung dengan revolusi di China, saya memiliki kesempatan untuk bergabung dalam perjuangan di Indonesia"

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Amirullah
id.wikipedia.org
Poster Pengkhianatan G 30 S PKI dirilis oleh PPFN (1984) 

Setidaknya sekitar sepuluh ribu komunitas etnis Tionghoa melarikan diri dari Aceh pada saat itu.

Baca juga: Dulu Selalu Diputar di Akhir September, Kenapa Kini Film G30S PKI Tak Tayang Lagi? Ini Penyebabnya

Sayangnya, hanya sedikit fakta sejarah yang diketahui tentang kekerasan anti-Tionghoa di Aceh selama masa penumpasan PKI.

Para narasumber tidak menggambarkan komunitas etnis Tionghoa di Aceh sebagai komunitas yang homogen.

Sebaliknya, mereka telah menunjukkan bagaimana komunitas ini sangat terfragmentasi menurut garis ideologis.

Seperti yang telah dijelaskan oleh Ho Fui Yen.

“Di Aceh, komunitas etnis Tionghoa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Kuomintang (Partai Nasional China) dan yang lainnya adalah Kun Chan Tang (Partai Komunis China). Yang satu pro-Taiwan, yang lainnya pro-Beijing.

Anggota Asosiasi Tionghoa Rantau (Asosiasi Huakiao), seperti Ho, Xie Jie Fang dan Wak Tin Chaw, adalah bagian dari kelompok pro-Beijing.

Mereka mengikuti perkembangan politik China dan merasakan kedekatan dengan Republik Rakyat China.

Anggota Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia (Baperki), sebuah organisasi massa etnis Tionghoa yang dekat dengan PKI, juga merupakan bagian dari kelompok pro-Beijing.

Namun, mereka cenderung lebih fokus pada politik domestik Indonesia, dan merupakan pendukung kuat program politik Soekarno,”.

Baca juga: Tragedi G30S/PKI - Berikut 5 Versi Dalang Dibalik Peristiwa G30S, Benarkah Bukan PKI Satu-Satunya?

Ho Fui Yen lahir pada tahun 1946 di Banda Aceh, dan dibesarkan di Peunayong, yang merupakan lokasi Pecinan di Banda Aceh.

Setelah menyelesaikan sekolah, Ho pergi ke Medan untuk berlatih sebagai guru.

Setelah itu dia kembali ke Banda Aceh dan mengajar di sekolah yang berafiliasi dengan Asosiasi Huakiao selama satu tahun.

Peristiwa 1 Oktober 1965 menyebabkan sekolah ditutup dan memaksa keluarga Ho mengungsi dari Aceh.

Kemudian Xie Jie Fang,  lahir pada tahun 1946 di Banda Aceh, dan dibesarkan di Peunayong.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved