Jurnalisme Warga

Mantak Tari, Pantai Indah Berpasir Hitam di Pidie

Pantai Mantak Tari cukup populer karena pantai ini menawarkan keindahan yang tiada duanya di Pidie melalui pasir pantai yang berwarna hitam

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Mantak Tari, Pantai Indah Berpasir Hitam di Pidie
IST
MUHAMMAD SYAWAL DJAMIL, Guru Sekolah Sukma Bangsa Pidie, Anggota FAMe Chapter Pidie, dan aktif di Komunitas Beulangong Tanoh, melaporkan dari Sigli

Namun demikian, belakangan ini, setelah wilayah pantainya direnovasi oleh Pemerintah Kabupaten Pidie, Pantai Mantak Tari sudah ramai lagi dikunjungi wisatawan lokal, baik tujuannya untuk menikmati keindahan pantai maupun karena motif untuk pengobatan secara tradisional dengan menggunakan pasir hitam di pantai.

Pantai Mantak Tari tidak jauh dari pusat kota Sigli, ibu kota kabupaten Pidie.

Jaraknya kurang lebih 8 kilometer dari Kota Sigli dengan waktu tempuh 20 menit naik berbagai moda transportasi yang bisa dipilih wisatawan.

Misalnya, becak motor, angkutan umum, atau menggunakan kendaraan pribadi.

Baca juga: Destinasi Wisata Pantai Seurudong Jadi Prioritas Utama, Hasil Musrenbang Kecamatan Sawang

Sementara untuk rutenya bisa dipilih melalui jalan Kota Sigli lalu melintasi Jalan Sigli-Kembang Tanjong.

Jangan heran nanti bila Anda sebagai wisatawan bakal disuguhi pemandangan di sepanjang perjalanan, di kiri dan di kanannya, berupa deretan gudang milik petani garam dan tambak-tambak milik warga sekitar.

Pernah dilewati Hasan Tiro

Pantai Mantak Tari menyimpan sejarah yang tentunya tak boleh dihilangkan dari memori ingatan kita.

Beberapa puluh tahun lalu pantai ini pernah dilewati oleh deklarator Aceh Merdeka (AM) atau Aceh Sumatra National Liberation Front (ASNLF), Teungku Hasan Tiro, sepulangnya dari Eropa guna mendeklarasikan gerakan nasional-kebangsaan Acehnya di Gunung Halimon, Tiro, Pidie.

Saat itu, Wali–sebutan populer Teungku Hasan di Tiro—dijemput oleh utusan Muhammad Daud Husin atau yang akrab dikenal sebagai Daud Paneuk.

Lalu, Wali melanjutkan perjalanan ke Pasi Lhok dan kemudian menuju ke puncak Halimon.

“Ada puluhan orang yang dikomandoi M.Daud Husin, yang menunggu dan akan mengantarkan saya ke daerah pegunungan.

Malam telah larut, malam pertama saya di tanah kelahiran, setelah sebelumnya menjadi eksil selama 25 tahun di Amerika Serikat.

” Demikian Wali Hasan Tiro merawikan kisah perjalanan gerakannya di dalam buku The Price of Freedom: the Unfinished Diary of Tengku Hasan di Tiro (1984).

Baca juga: Pantai Jagu, Destinasi Wisata Baru di Kota Lhokseumawe yang Makin Ramai Dikunjungi

Kembali ke Pantai Mantak Tari.Konon sejarah dinamakannya Mantak Tari adalah disebabkan oleh lalu lintas boat-boat pada malam hari yang digunakan oleh nelayan dalam mengais rezeki di laut.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved