Opini
Pendidikan, Fondasi Kemajuan Individu dan Bangsa
Tanpa pendidikan, produktivitas seseorang akan terbatas, kesempatan akan menyempit, dan potensi besar dalam diri bisa terkubur.
Rahmatsah Putra Spd MSM, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Aceh Timur
PENDIDIKAN adalah salah satu anugerah terbesar yang dimiliki manusia. Ia bukan sekadar proses belajar membaca, menulis, dan berhitung, melainkan sebuah perjalanan panjang membentuk cara berpikir, bersikap, dan bertindak. Pendidikan memberi keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan seseorang untuk berhasil dalam hidup. Tanpa pendidikan, produktivitas seseorang akan terbatas, kesempatan akan menyempit, dan potensi besar dalam diri bisa terkubur.
Bagi individu, pendidikan adalah jembatan menuju kemandirian. Melalui pendidikan, seseorang dapat menafkahi keluarga, mengambil keputusan yang bijak, dan membuka peluang yang lebih luas untuk meraih kesuksesan. Bagi masyarakat, pendidikan melahirkan warga yang produktif, yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, memperkuat kohesi sosial, dan bahkan menurunkan tingkat kriminalitas. Inilah mengapa pendidikan memiliki peran ganda: membangun manusia sekaligus membangun bangsa.
Lebih jauh lagi, pendidikan adalah investasi global. Dunia yang terhubung secara digital dan saling bergantung ini membutuhkan generasi yang memahami nilai perdamaian, toleransi, dan kerja sama lintas budaya. Pendidikan mengajarkan perbedaan antara benar dan salah, melatih kemampuan berpikir kritis, serta membantu individu menghindari situasi berisiko. Orang yang terdidik lebih mampu menganalisis masalah, belajar dari kesalahan, dan beradaptasi dengan perubahan.
Namun, pendidikan bukanlah sesuatu yang berhenti di bangku sekolah atau perguruan tinggi. Ia adalah proses seumur hidup—sebuah perjalanan yang terus berlanjut selama manusia hidup di bumi. Inilah yang membuat pembicaraan soal pendidikan selalu relevan, termasuk di Aceh, provinsi dengan kekayaan sejarah, budaya, dan nilai-nilai Islam yang kental.
Pendidikan di Aceh selalu menjadi topik hangat dalam seminar, diskusi publik, maupun kebijakan pemerintah. Sebagai daerah yang memiliki kekhasan sejarah dan otonomi khusus, Aceh memiliki peluang untuk membangun sistem pendidikan yang bukan hanya mengikuti arus nasional, tetapi juga selaras dengan identitas dan kebutuhan lokal.
Butuh apa?
Pertama, dibutuhkan visi pendidikan yang terintegrasi dan kontekstual. Pendidikan Aceh harus bersifat holistik—tidak hanya mengejar prestasi akademik, tetapi juga menumbuhkan karakter, keterampilan hidup (soft skills), jiwa kewirausahaan, kepemimpinan yang empatik, dan wawasan global. Kebutuhan abad ke-21 menuntut lulusan yang bukan hanya pintar di atas kertas, tetapi juga tangguh, kreatif, dan adaptif.
Kedua, diperlukan pendidikan berbasis lokal yang mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dan adat Aceh ke dalam semua aspek pembelajaran. Anak-anak Aceh harus tumbuh sebagai pribadi berakhlak mulia, bangga dengan identitasnya, sekaligus mampu bersaing di panggung global. Integrasi ini akan menjadi kekuatan unik yang membedakan pendidikan Aceh dari daerah lain. Ketiga, pendidikan inklusif dan merata. Tidak boleh ada anak di 23 kabupaten/kota yang tertinggal akses pendidikannya karena faktor ekonomi, geografis, atau kondisi disabilitas. Pemerataan kualitas harus menjadi prioritas, sehingga anak-anak di pedalaman memiliki kesempatan yang sama seperti anak-anak di kota.
Keempat, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) pendidikan. Guru adalah ujung tombak pembelajaran. Mereka membutuhkan pelatihan berkelanjutan, penguasaan teknologi, metode pembelajaran aktif, dan kemampuan memfasilitasi potensi siswa. Kepala sekolah dan pengawas pun harus menjadi pemimpin yang inspiratif, manajer yang efektif, sekaligus agen perubahan di sekolahnya. Kelima, infrastruktur dan teknologi pendidikan modern. Akses internet cepat harus menjangkau seluruh sekolah dan pusat belajar masyarakat. Laboratorium sains, perpustakaan digital, ruang kreatif, hingga sarana olahraga yang memadai adalah fasilitas yang tak boleh dianggap mewah, melainkan kebutuhan dasar.
Keenam, ekosistem pendukung yang kuat. Anggaran pendidikan harus memadai, transparan, dan digunakan secara akuntabel untuk inovasi dan pemerataan kualitas. Kebijakan daerah pun harus adaptif dan sejalan dengan strategi nasional, didukung mekanisme pengawasan yang efektif serta evaluasi berbasis data. Pendidikan yang baik tidak akan terwujud tanpa aktor-aktor yang tepat di semua lini.
Ada beberapa pihak yang menjadi kunci keberhasilan. Pertama, kepemimpinan politik yang visioner. Gubernur dan DPR Aceh harus menjadikan pendidikan sebagai prioritas utama dalam kebijakan daerah. Mereka perlu berani mengalokasikan anggaran yang memadai dan konsisten untuk sektor ini. Kedua, Kepala Dinas Pendidikan Aceh yang adaptif dan kolaboratif. Pemimpin di posisi ini harus mampu menerjemahkan visi besar menjadi program nyata, mengelola sumber daya dengan efisien, dan membangun kemitraan dengan berbagai pihak: pemerintah pusat, sektor swasta, akademisi, hingga lembaga internasional.
Ketiga, guru dan kepala sekolah yang berdedikasi dan inovatif. Mereka bukan hanya pengajar, tetapi juga motivator, fasilitator, dan inspirator. Kompetensi dan kemauan mereka untuk berinovasi akan menentukan kualitas pembelajaran di kelas. Keempat, tokoh agama, adat, dan masyarakat. Peran mereka penting sebagai penjaga nilai. Mereka dapat memastikan bahwa inovasi pendidikan tetap berakar pada nilai-nilai luhur Aceh. Kelima, komunitas dan orang tua. Pendidikan anak tidak hanya tanggung jawab sekolah, tetapi juga keluarga. Partisipasi aktif orang tua dalam mendukung pembelajaran di rumah adalah faktor penentu.
Keenam, perguruan tinggi dan akademisi. Mereka berperan sebagai pusat riset dan inovasi, sekaligus pencetak calon pendidik yang berkualitas. Kolaborasi antara perguruan tinggi dan sekolah akan memperkuat kualitas pendidikan. Ketujuh, sektor swasta dan dunia usaha. Dunia industri dapat memberikan masukan tentang keterampilan yang dibutuhkan pasar kerja, menyediakan program magang, serta berkontribusi melalui CSR untuk pengembangan fasilitas pendidikan.
Investasi
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.