Derita Korban Kanjuruhan Terkena Gas Air Mata: Mata Merah, Trauma hingga Ada yang Setengah Lumpuh

Mata merah dampak dari penggunaan gas air mata kedaluarwa jadi bukti betapa mengerikannya tragedi Kanjuruhan.

Editor: Amirullah
kolase surya/kukuh kurniawan/kompas.com
Raffi, Naswa dan Diby, para korban gas air mata kadaluarsa di tragedi Kanjuruhan yang masih menderita. Terbaru, Aremania tantang polisi coba gas air mata kadaluarsa itu seperti tragedi Kanjuruhan jika menganggap tak berbahaya. 

Untuk itu, Rhenald mengingatkan bahwa posisi kepolisian saat ini bukanlah sebagai kepolisian yang berbasis militer, tetapi berbasiskan kepolisian sipil.

“Karena gas air mata itu, ingat ini adalah kalau kepolisian itu adalah sekarang ini bukan military police, bukan polisi yang berbasis militer, tapi ini adalah civilian police. Nah, maka polisi itu ditangankanani oleh kitab HAM,” imbuh dia.

Berikut penderitaan para korban gas air mata kadaluarsa:

1. Raffi bolak-balik ke rumah sakit

Raffi Atha Dziaulhamdi (14), pelajar SMPN 2 Kota Malang, korban Tragedi Kanjuruhan
Raffi Atha Dziaulhamdi (14), pelajar SMPN 2 Kota Malang, korban Tragedi Kanjuruhan bolak-balik ke rumah sakit akibat kondisi matanya belum normal. 


Raffi Atha Dziaulhamdi (14), pelajar SMPN 2 Kota Malang yang selamat dari tragedi Kanjuruhan, kondisi matanya belum bisa normal.

Hingga kini, mata Raffi yang mengalami iritasi parah akibat terkena tembakan gas air mata saat tragedi Kanjuruhan itu masih berwarna merah.

Saat ditemui di rumahnya yang terletak di Jalan Prof Moh Yamin Gang 2A, Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Klojen, terlihat iritasi matanya cukup parah. Dimana pada bagian mata yang biasanya berwarna putih, kini seluruhnya berwarna merah.

"Saat itu, saya menonton di Stadion Kanjuruhan bersama kakak saya, Yuspita Nuraini (25) dan beberapa teman lainnya. Ketika itu, kami duduk di Tribun 10," ujarnya kepada TribunJatim.com, Minggu (9/10/2022).

Saat itu, tiba-tiba aparat keamanan menembakkan gas air mata tepat di hadapannya. Jaraknya pun cukup dekat, hanya sekitar 2 meter.

Ia pun berada di kepulan asap gas air mata selama 15 menit. Ia pun panik dan mencoba menyelamatkan diri naik ke area Tribun 12.

"Setelah itu saya sesak, dan di depan saya ada orang pingsan. Dan dari arah belakang, desak-desakan dan dorong-dorongan. Setelah itu, saya enggak bisa nafas, diam lalu pingsan. Kalau tidak salah, saya pingsan selama dua jam," jujurnya.

Saat ia sadarkan diri, posisinya sudah berada di bawah stadion. Ia lalu merasakan sakit di bagian mata.

Kemudian, Raffi pun dibawa oleh teman-temannya ke Rumah Sakit Teja Husada,

Disana, ia tak mendapatkan perawatan selama hampir 40 menit.

Hingga akhirnya, ia dibawa pulang oleh teman-temannya dengan kondisi mata yang sudah memerah pekat.

Halaman
1234
Sumber: TribunNewsmaker
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved