Berita Politik
NasDem Sebut Politik Kebencian, PDIP: Mau Ditangkap sebagai Sindiran Ya Silakan Saja
NasDem sebut pernyataan Sekjen PDIP sebagai politik kebencian, Andreas Hugo Pareira sampaikan hal itu sebagai realita politik dan sah-sah saja.
Penulis: Sara Masroni | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM - Ketua DPP Partai Nasdem Willy Aditya menyebut pernyataan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto soal lepas biru dari pemerintahan Jokowi merupakan bentuk politik kebencian dan cara berpikir yang amat sempit.
Hal ini disampaikan dalam tayangan Kompas TV sebagaimana dilihat Serambinews.com, Selasa (11/10/2022).
Dalam dialog itu, Ketua DPP PDI Perjuangan Andreas Hugo Pareira berujar, pernyataan Hasto merupakan ungkapan realita politik yang dilihat oleh partainya saat ini.
Ia mengakui memang pengusungan capres merupakan haknya setiap partai, tapi kemudian ada konteks di mana partai menyampaikan realita politik saat ini dan itu sah-sah saja.
"Kita menyampaikan apa realita-realita politik yang ada dan silakan masyarakat menilai," kata Andreas.
"Apa yang disampaikan oleh pak Sekjen itu adalah realita-realita yang ada. Mau ditangkap sebagai sindiran ya silakan saja," tambahnya.
Menurut Ketua DPP PDI itu menyampaikan, berkaitan dengan pemerintahan, presiden punya kewenangan untuk melihat dan menilai bagaimana soliditas yang dibangun.
"Tapi sebagai seorang pemimpin politik pak Sekjen menyampaikan realita politik yang ada dan itu saya kira sangat-sangat biasa," ucap Andreas.
"Kita bernarasi dengan fakta-fakta yang ada, silakan masyarakat menilai," tambahnya.
Baca juga: Disindir PDIP Lepas Biru, NasDem Sebut Politik Kebencian dan Cara Berpikir Amat Sempit
Disindir PDIP Lepas Biru, NasDem Buka Suara
Diketahui sebelumnya Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto menyampaikan sindiran ke NasDem usai mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bakal capres 2024.
Dalam narasinya, Hasto mengumpamakan NasDem seperti bendera Belanda yang dilepas birunya oleh para pejuang dahulu.
"Para pejuang kita, ada bendera Belanda, birunya dilepas," ucap Hasto dilihat Serambinews.com dari tayangan Kompas TV, Selasa.
"Dan ternyata birunya juga terlepaskan dari pemerintahan pak Jokowi sekarang karena punya calon presiden sendiri," tambahnya.
Baca juga: Sindrian PDIP soal Lepas Biru dari Jokowi, NasDem Nilai sebagai Narasi Politik Rendahan
Ketua DPP Partai Nasdem Willy Aditya menyesalkan pernyataan Hasto Kristiyanto karena semestinya partai membangun suasana politik yang suka ria dan suka cita.
Sebab menurutnya perbedaan adalah sebuah keniscayaan karena partai dibuat memang untuk saling berkompetisi satu sama lain.
"Kita kadang-kadang hal yang gak gatal digaruk, kita tidak terbiasa dengan perbedaan-perbedaan pilihan," ucap Willy dilihat dari tayangan Kompas TV, Selasa.
"Ini yang kemudian mencoba politik adu domba, politik kebencian, ini cara berpikir yang amat sempit," tambahnya.
Baca juga: Dukung Anies Baswedan sebagai Capres, PDA Janji Beri Suara Untuk NasDem, Taufiqulhadi: Terima Kasih
Ketua DPP NasDem itu meminta semua pihak harus lebih dewasa berpolitik ketimbang melakukan proses sindiran-sindiran terbuka seperti ini.
"Kalau ada yang gak pas, dalam rapat koalisi ya disampaikan saja, kenapa kemudian harus disindir yang lain gak disindir yang ini disindir, berarti ada kebencian," ucap Willy.
"Kalau orang gak suka, kalau orang dengki, kalau orang benci itu susah kita subjektifitas diaturnya," tambahnya.
Baca juga: Survei CSIS: Golkar Terpopuler di Kalangan Pemilih Muda, Dibanding PDIP, Gerindra, dan Demokrat
Dianggap Tak Hargai Perbedaan Politik
Pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto karena dianggap tidak menghargai perbedaan politik setiap partai.
"Narasi-narasi minor seperti ini yang kemudian kalau saya menggunakan bahasa Bung Karno ini politik rendahan," ungkap Willy.
"Politik yang hanya seputar kekuasaan kementerian semata-semata, politik yang hanya bicara lingkar kekuasaan semata-mata," tambahnya.
Ketua DPP NasDem itu berujar, orang besar bicara tentang ide, orang biasa-biasa saja bicara tentang kejadian dan orang yang berpikir sempit bicara tentang orang lain.
Pihaknya menyesalkan ucapan yang keluar dari internal PDIP itu mengingat bukan hanya NasDem yang mendeklarasikan capres pilihan, namun juga Gerindra sudah lebih awal.
"Yang mendeklarasikan capres bukan hanya NasDem tapi juga Gerindra sudah mendeklarasikan pak Pak Prabowo, apakah omongan yang sama keluar dari mulut yang bersangkutan, kan tidak terjadi," katanya.
Baca juga: Momen Surya Paloh Peluk Puan Maharani, PDIP dan NasDem Gelar Pertemuan Bahas Pemilu
Ia menjelaskan padahal NasDem akan terus taat dan loyal terhadap pemerintahan Jokowi hingga selesai 2024 mendatang.
Hal itu sebagaimana pernyataan Ketum Surya Paloh saat pendeklarasian Anies sebagai capres usulan partai tersebut beberapa waktu lalu.
Ia juga meminta partai politik harus saling menghormati sebab ranahnya sudah berbeda di mana NasDem mempersiapkan diri untuk kontestasi 2024.
Sementara untuk pemerintahan Jokowi, NasDem mengaku akan loyal sampai akhir periode 2019-2024 mendatang.
(Serambinews.com/Sara Masroni)
Baca juga: Anies, “Filsafat Bukuem”, dan Feeling Politik Surya Paloh
BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS