Berita Jakarta
IMF: 31 Negara Bakal Resesi Tahun Depan, Indonesia Diprediksi Lolos
Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas prospek pertumbuhan ekonomi global di 2023 dari 2,9 persen menjadi 2,7 persen
JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas prospek pertumbuhan ekonomi global di 2023 dari 2,9 persen menjadi 2,7 persen.
Meski masih dalam jalur positif, sebanyak 31 negara diperkirakan akan masuk ke jurang resesi pada tahun depan.
"Ada sekitar 43persen negara dengan perkiraan data kuartalan mengalaminya (resesi) atau 31 dari 72 negara, lebih dari sepertiga PDB dunia," kata IMF dikutip dari laporannya bertajuk World Economic Outlook: Countering the Cost-of-Living Crisis, dikutip Rabu (12/10/2022).
Resesi adalah situasi yang terjadi ketika produk domestik bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi suatu negara berada di bawah 0 (negatif) selama dua kuartal berturut-turut.
Jumlah negara yang akan mengalami resesi teknikal itu naik dua kali lipat dibandingkan perkiraan Juli 2022.
Meski tidak semua negara mengalami kejatuhan ekonomi, IMF memperingatkan terjadi perlambatan ekonomi yang akan membuat banyak orang di dunia merasakannya seperti resesi.
Ada tiga faktor yang mendorong perlambatan signifikan di banyak negara tahun ini dan tahun depan, yakni pengetatan pasar keuangan, perlambatan ekonomi China, serta efek rambatan dari perang Rusia dan Ukraina.
Sayangnya IMF tidak merinci negara mana saja yang akan masuk ke dalam jurang resesi teknikal.
Di bawah ini ada beberapa negara yang mencatatkan kinerja ekonomi turun dalam, baik di 2022 maupun 2023: Uni Eropa Negara kawasan Uni Eropa diperkirakan akan tumbuh cukup kuat di 3,1persen pada tahun ini, direvisi ke atas 0,5 poin dari perkiraan Juli.
Namun perekonomian kawasan ini akan jatuh tahun depan dengan outlook hanya akan tumbuh 0,5persen, dipangkas 0,7 poin.
Baca juga: Utang Indonesia Kini Capai Ribuan Triliun Rupiah, Titiek Soeharto: Saya Rasa Bapak Bersedih
Baca juga: Dihajar Covid-19, Utang Indonesia Jor-joran Hingga Dikhawatirkan Bangkrut, 5 Negara Ini Contohnya
Pelemahan ini terutama berasal dari Jerman dan Italia yang diperkirakan akan terkontraksi pada tahun depan masing-masing 0,3persen dan 0,2persen.
Ekonomi Perancis dan Spanyol juga akan melambat tahun depan meskipun masih akan tumbuh positif.
Pelemahan signifikan tahun depan mencerminkan efek limpahan dari perang di Ukraina.
Revisi dalam dilakukan untuk negara-negara yang paling terpengaruh dampak pembatasan pasokan gas dari Rusia, serta kondisi keuangan yang semakin ketat.
Amerika Serikat (AS) Ekonomi AS dipangkas hingga 0,7 poin pada tahun ini dengan perkiraan hanya tumbuh 1,6persen.
Ekonomi yang dipimpin Presiden Joe Biden itu bahkan diperkirakan tidak akan tumbuh alias stagnan untuk basis kuartal empat 2021 ke kuartal empat tahun ini.
Perekonomian akan melambat tahun depan dengan pertumbuhan hanya 1persen.
"Penurunan pendapatan riil yang dapat dibelanjakan terus mengganggu permintaan konsumen, dan suku bunga yang lebih tinggi berdampak pada pengeluaran, terutama pengeluaran untuk investasi residensial," kata IMF.
Ekonomi terbesar kelima di dunia ini diperkirakan turun tajam pada tahun depan dari perkiraan sebelumnya 3,6persen menjadi hanya 0,3persen.
Inflasi tinggi akan mengurangi daya beli serta kebijakan moneter yang lebih ketat berdampak pada konsumsi dan investasi.
Meski begitu, IMF menyebut perkiraan itu keluar sebelum Inggris resmi mengumumkan ekspansi fiskal baru-baru ini.
Langkah tersebut diperkirakan bisa mengangkat pertumbuhan sedikit di atas perkiraan dalam waktu dekat, tetapi akan memperumit masalah inflasi.
China Prospek pertumbuhan ekonomi China tahun ini dipangkas 0,1 poin menjadi hanya 3,2persen.
Baca juga: Singgung Utang Indonesia Triliunan, Titiek Soeharto: Bapak Saya Bersedih Lihat Kondisi Saat Ini
IMF mencatat pertumbuhan ini akan menjadi yang terendah selama empat dekade terakhir.
Prospek ekonomi China tahun depan juga dipangkas lebih dalam menjadi 4,4persen.
Perlambatan ini terutama karena dua faktor, penyebaran COVID-19 dan kebijakan lockdown, serta krisis properti yang memburuk.
India Proyeksi pertumbuhan India tahun ini dipangkas 0,6 poin, bahkan lebih dalam dibandingkan China maupun negara-negara utama lainnya.
Ini karena perlambatan signifikan pada kuartal II-2022 serta permintaan luar negeri lesu.
Prospek pertumbuhan tahun depan melambat dibandingkan tahun ini menjadi 6,1persen.
Ekonomi dunia disebut sedang tidak baik-baik saja dan diprediksi akan semakin para ke depannya.
Kondisi ini ditandai dengan semua proyeksi 'gelap gulita' dari berbagai lembaga internasional.
Bahkan saat ini ekonomi dunia tengah dihadapkan pada tantangan ancaman resesi 2023.
Hal ini nampak dari bagaimana suku bunga acuan bank sentral di sejumlah negara semakin tinggi.
Tidak hanya itu, perang Rusia dan Ukraina menjadi pemicu utama dari terganggunya rantai pasok yang mendorong inflasi melangit.
Meski demikian, beberapa negara terutama dari kawasan Asia, khususnya Asia Tenggara, masih cukup kuat menghadapi resesi tahun depan.
Melansir dari CNBC Indonesia, Bank Pembangunan Asia (ADB) masih cukup optimis dengan pertumbuhan di sejumlah negara di wilayah Asia, khusunya Asia Tenggara.
Baca juga: Punya Utang Setengah dari Utang Indonesia, Malaysia Terancam Bangkrut, Mengapa?
Di Asia Tenggara, ADB melihat rata-rata pertumbuhan ekonomi diproyeksi berada di kisaran 5persen pada 2023.
Proyeksi ini turun dibandingkan 5,2persen yang dirilis ADB sebelumnya.
Namun, ini adalah pertumbuhan yang tinggi jika dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan dunia dari World Bank (Bank Dunia).
Lantas, negara mana saja yang diproyeksikan dapat tetap makmur dan bertahan dari ‘serangan’ resesi 2023? Yaitu: Vietnam, Filipina, Kamboja, Indonesia, dan Malaysia.
Ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 5persen pada tahun 2023, terpangkas dari proyeksi sebelumnya 5,2persen.
Hal ini sejalan dengan kondisi eksternal yang penuh ketidakpastian.
Kondisi ini, menurut ADB, bisa mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia.
Kendati demikian, ADB menilai pemulihan ekonomi Indonesia masih sesuai dengan jalurnya. (dtf)
Baca juga: Ekonom Senior Kritik Turunnya Penerimaan Pajak dan Utang Indonesia yang Menumpuk
Baca juga: Pinjaman Rp 22 Triliun dari ADB Segera Cair, Ini Jumlah Utang Indonesia Sekarang