Gagal Ginjal Akut Diduga karena Keracunan, Walau Sudah Cuci Darah Etilen Glikol Tetap Mengendap

Dokter Piprim pun menekankan bahwa meskipun pasien-pasien ini telah melakukan cuci darah, namun etilen glikol itu tetap ada dalam darah mereka.

KOMPAS.COM/TEUKU UMAR
Salah satu pasien anak yang divonis gangguan ginjal akut sedang dirawat di ruang ICU anak RSUZA Banda Aceh, Kamis (20/10/2022). Sebelum divonis mengalami gagal ginjal akut, pasien mengalami demam. (KOMPAS.COM/TEUKU UMAR) 

"Walaupun pasien itu sudah melakukan cuci darah, tapi tetap ditemukan. Nah dari bukti inilah kemudian kecurigaan kepada intoksikasi itu mengemuka," tutur dr. Piprim.

Terlebih saat ini angka kematian dalam kasus gagal ginjal akut pada kelompok anak ini telah mencapai di atas 50 persen. Ia pun tidak ingin kasus ini terus meningkat dan menimbulkan korban jiwa, khususnya pada kelompok anak-anak.

"Apalagi kematiannya sudah sangat tinggi di atas 50 persen, ya sekitar 55 persen. Kita nggak mau ada lagi banyak jatuh korban anak-anak yang kita sayangi semua," kata dr. Piprim.

 

Baca juga: Cegah DBD, Dinkes Bireuen Fogging Desa Pulo Ara

Baca juga: Ria Ricis Umumkan Akun YouTube-nya Diretas

Baca juga: Polisi Selamatkan Lansia Terjebak Banjir di Langsa


Dokter Piprim juga menyebut ada dua negara di kawasan Asia Selatan yakni Bangladesh dan India pernah mengalami kasus yang melibatkan zat kimia berbahaya Etilen Glikol (EG) maupun Dietilen Glikol (DEG) sebagai penyebabnya.

"Berdasarkan sejarah, memang kejadian keracunan etilen glikol ini bukan sekali dua kali, ini berkali-kali terjadi (di dunia)," ujar dr. Piprim.


Bangladesh misalnya temuan kasus ini bahkan mencapai 339 dengan status Gagal Ginjal Fatal (Fatal Renal Failure) karena konsumsi obat sirup 'Paracetamol Elixirs' yang diduga mengandung DEG.

"Bangladesh itu bahkan mengenai 339 anak, Fatal Renal Failure pada Paracetamol Elixirs (mengandung Dietilen Glikol), ini di Bangladesh ya," jelas dr. Piprim.

Sedangkan di India, kadar Dietilen Glikol yang ada dalam tubuh pasien gagal ginjal mendorong penderitanya mengalami gangguan pada fungsi otak.

"Kemudian ini juga bisa bikin gangguan di otak karena Dietilen Glikol, ini di India," kata dr. Piprim.

Baru-baru ini, kasus gagal ginjal akut pada balita dan anak akibat konsumsi obat batuk sirup juga terjadi di Gambia, Afrika. Kasus kematian anak di Gambia pun turut mendapatkan sorotan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Pada 5 Oktober 2022 lalu, WHO mengeluarkan peringatan medis tentang empat produk di bawah standar 'yang gagal memenuhi standar kualitas atau spesifikasinya'.

Empat varian sirup obat batuk yang beredar di Gambia itu meliputi Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup dan Magrip N Cold Syrup. Obat-obatan ini diproduksi perusahaan farmasi Maiden Pharmaceuticals Limited yang berbasis di Haryana, India.

241 Kasus

Jumlah kasus gagal ginjal akut pada balita dan anak kini telah ditemukan pada 22 provinsi dengan total mencapai 241 kasus. Temuan ini berdasarkan data yang disinkronisasikan dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved