Berita Banda Aceh
DLHK: Strategi Penanganan Sedang Disusun Atasi Gangguan Gajah
Kepala Seksi I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Kamaruzzaman mengatakan, saat mengetahui ada warga yang menjadi korban
BANDA ACEH – Kepala Seksi I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Kamaruzzaman mengatakan, saat mengetahui ada warga yang menjadi korban amukan gajah liar, pihaknya langsung mengunjungi rumah duka dan memberikan santunan.
Dia pun mengakui, konflik satwa dan manusia belum mampu ditangani sepenuhnya.
Pasalnya, wilayah konflik satwa liar di Pidie luas, tersebar di 12 kecamatan dan 75 desa.
“Upaya mitigasi terus kami lakukan, tapi tidak mudah.
Banyak pemicu konflik, salah satunya habitat satwa yang terfragmentasi,” kata Kamaruzzaman kepada Kompas.com, Sabtu (29/10/2022).
Kini, 85 persen populasi gajah di Aceh berada di luar kawasan konservasi.
Pemanfaatan lahan tidak sesuai dengan fungsi dapat memicu konflik satwa kian masif.
Diperkirakan, populasi gajah di Aceh tersisa 539 ekor yang tersebar di 15 kabupaten dan kota.
Kawasan Pidie, Aceh Timur, Bener Meriah, dan Aceh Jaya paling dominan penyebarannya.
Data Balai Penegakan Hukum (Gakkum) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah Sumatera, sepanjang 2016 hingga 2021 terjadi 582 konflik manusia dengan satwa.
Selama periode itu pula sebanyak 46 gajah mati.
Baca juga: Pj Bupati Pidie Kunjungi Rumah Duka Korban Meninggal Dunia Akibat Diinjak Gajah di Keumala
Baca juga: Warga Keumala Trauma Pascameninggalnya Petani Akibat Diinjak Gajah
Rinciannya, 74 persen mati karena konflik, 14 persen karena perburuan, dan 12 persen mati alami.
Kepala Bidang Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Aceh, Muhammad Daud menuturkan, penanganan konflik satwa jadi isu yang prioritas.
Saat ini, satuan tugas mitigasi konflik telah terbentuk.
Namun, strategi penanganan sedang disusun.