Mata Lokal Memilih

NasDem Tak Jamin Anies Jadi Capres

Surya Paloh, secara terbuka menyatakan pihaknya tidak menjamin jika Anies Baswedan bakal mendapat tiket untuk menjadi calon presiden (capres)

Editor: bakri
SERAMBINEWS.COM/HENDRI
Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem), Surya Paloh 

JAKARTA - Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, secara terbuka menyatakan pihaknya tidak menjamin jika Anies Baswedan bakal mendapat tiket untuk menjadi calon presiden (capres) pada Pilpres 2024 mendatang.

Pasalnya, sebut Paloh, Anies Baswedan baru capres nominasi dari NasDem.

Sehingga masih perlu tambahan portofolio lain untuk memenuhi syarat pencalonan.

Meski Paloh tak secara gamblang menjelaskan tambahan portofolio, namun sejumlah kalangan menilai hal tersebut berkaitan dengan mitra koalisi partai politik untuk mengusung capres yang belum final. 

Apalagi, deklarasi Koalisi Perubahan yang digagas sebelumnya oleh NasDem bersama Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) batal dilaksanakan pada 10 November 2022, lalu.

Tak Hadiri Silatnas Alumni HMI, Ternyata Anies Baswedan Jadi Pembicara Dalam KTT G20 di Bali

Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom, Pratama Ari Junaedi, menilai, apa yang disampaikan Surya Paloh itu setelah molornya deklarasi pasangan capres-cawapres dari Koalisi Perubahan yang digagas NasDem.

Ia pun menduga, hal itu terjadi karena masih alotnya pembahasan siapa yang akan menjadi 'pengantin' Anies Baswedan "Jika Demokrat begitu ngotot menyodorkan nama AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) dan PKS begitu gigih menyorongkan nama Aher (Ahmad Heriawan) maka potensi gagalnya pencapresan Anies Sudah di depan mata," kata Ari Junaedi saat dihubungi Tribun Network, Sabtu (12/11/2022).

"Pernyataan-pernyataan Ketua Umum Nasdem Surya Paloh akhir-akhir ini pun juga dilanda kegamangan," tambahnya.

Ari pun berpandangan, apa yang terjadi pada Partai NasDem dan Koalisi Perubahan yang batal deklarasi, bisa dilihat dalam dua faktor.

Pertama, sebutnya, dengan langkah pencapresan Anies Baswedan justru menimbulkan ketudakharmonisan hubungan Partai NasDem dengan Presiden Jokowi.

Tentu itu bisa dilihat dari gesture yang ditunjukkan Presiden Jokowi, seolah-olah tak ingin membalas pelukan dari Surya Paloh pada HUT Partai Golkar, beberapa waktu lalu.

Baca juga: Jokowi Dinilai tak Berani Reshuffle Menteri dari Partai NasDem, Ini Alasannya Menurut Pengamat

Baca juga: Dilema Surya Paloh usai Nasdem Usung Anies Baswedan : Apes Ini Kalau Pemodal Besar Gak Ada

"Statemen Jokowi yang meminta partai-partai untuk tidak sembrono mencalonkan capres.

Walau tidak ditujukan langsung ke NasDem, sudah biss dipastikan tudungan itu mengarah kepada NasDem mengingat belum ada satu partai pun mencalonkan presiden kecuali NasDem, PSI dan Gerindra," ungkap Ari.

Kedua, Surya Paloh menjadi kian gelisah usai beberapa lembaga survei mengeluarkan hasil survei terbarunya setelah pencapresan Anies.

"Justru dengan pencapresan Anies, NasDem tidak mendapat berkah tapi 'musibah'.

NasDem malah tidak mendapat durian runtuh efek ekor jas atau coat tail effect tapi malah terjerembab," bebernya.

Dia pun memperkirakan suara NasDem akan melorot bahkan terancam tidak lolos parlementary treshold (PT).

Belum lagi, hubungan NasDem dengan koalisi pemerintahan Jokowi seperti PDIP dan partai lain menjadi renggang karena NasDem berani mencalonkan Anies, tanpa mengikuti selera Jokowi.

"Anies yang lekat dengan stigma politik identitas seperti yg terjadi di Pilgub DKI lalu dianggap antitesis Jokowi.

Bahkan pandangan ini ikut disampaikan oleh kader NasDem yg sudah dipecat, Zulfan Lindan," terang Ari.

Lebih lanjut, Ari menduga puncak kegamangan Surya Paloh tidak terlepas dari desakan partai-partai koalisi pemerintah agar NasDem menarik menteri-menterinya dari kabinet.

"Ketidakhadiran Presiden Jokowi di HUT NasDem sekalipun hanya ucapan ulang tahun, sudah lebih dari cukup memang NasDem menjadi 'pesakitan' dari kondisi setelah pencapresan Anies," ujarnya.

Baca juga: Jokowi Tak Ucapkan Selamat ke Paloh, HUT Partai NasDem hanya Dihadiri Anies

Dia juga mengatakan, ketidakyakinan Surya Paloh bahwa tidak ada jaminan Anies Baswedan bisa melaju terus.

Apalagi, pernyataan Surya Paloh yang akan mundur dari kursi Ketua Umum NasDem jika NasDem berkurang kursinya di DPR RI.

"Apalagi sampai tidak lolos ke parlemen menjadi sinyal kefrustasian level tinggi dari Surya Paloh," ucap dia.

Ari juga menduga bahwa apa yang disampaikan Surya Paloh ini sebagai 'strategi' agar Demokrat dan PKS tak ngotot memajukan AHY atau Aher.

"Langkah 'skak mat' NasDem agar Demokrat dan PKS mau diatur dan jangan terlalu memaksakan AHY dan Aher sebagai pendamping Anies," jelasnya.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, juga menilai, pernyataan Surya Paloh soal ketidakpastian Anies mendapat tiket pencalonan presiden, rasional.

Namun, kata Dedi, hal itu harus diartikan dalam dua hal.

Pertama, soal konsolidasi koalisi yang belum terbentuk hingga saat ini.

Termasuk, soal penentuan Cawapres yang alot karena harus satukan suara di antara ketiga partai tersebut.

Terlebih, Demokrat punya basis dukungan kuat untuk medorong Ketua Umum AHY.

"Dan PKS sendiri meskipun tidak miliki tokoh potensial, tapi rawan untuk dibajak rival hingga gagal usung Anies," kata Dedi saat dihubungi Tribun Network, kemarin.

Baca juga: Kenapa Surya Paloh Tak Maju Capres, Nasdem Tegaskan Partai Didirikan Bukan untuk Kepentingan Pribadi

Kedua, kata Dedi, setelah deklarasi Anies sebagai capres oleh NasDem, tekanan saat ini muncul kian kuat pada partai pimpinan Surya Paloh itu.

Indikasi tekanan itu, lanjut Dedi, bisa dilihat bagimana Presiden Jokowi dinilai mencampuri urusan soal capres.

"Bahkan Jokowi sendiri yang menekan, meskipun tidak fair sebagai presiden tetapi tendensius memihak urusan politik," ucap Dedi.

Dia juga menilai, saat ini faktanya terjadi bagaimana Presiden Jokowi melakukan provokasi dukungan pada Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo.

Sementara, kandidat calon terusung saat ini hanya Prabowo dan Anies.

"Maka statemen Jokowi itu jelas untuk serang Anies," terangnya.

Dedi juga menyebutkan, situasi politik saat ini serbasulit bagi Partai NasDem.

Apalagi, dia menduga akan ada serangan bertubi-tubi untuk mencari kesalahan-kesalahan NasDem guna menjatuhan Anies Baswesan yang sudah terusung sebagai Capres.

"Jika pun Nasdem kuat, maka ia akan hadapi masalah lebih berat," ucapnya.

Untuk itu, Dedi menilai perlunya komitmen dan kesolidan parpol dalam mengusung Anies Baswedan.

Terutama, tak memaksakan posisi cawapres bagi Anies.

"Jika komitmen usung Anies serius, maka Demokrat dan PKS perlu solid dan tidak memaksa sebagai Cawapres," jelasnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, tidak menjamin Anies Baswedan bakal mendapat tiket untuk menjadi calon presiden di Pilpres 2024.

Paloh menyebut, Anies baru calon nominasi NasDem, sehingga masih perlu tambahan portofolio lain untuk memenuhi syarat pencalonan.

"Mana bisa kita jamin," kata Paloh dalam acara HUT Ke-11 Partai NasDem di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Jumat (11/11/2022).

Paloh menyebutkan, pihaknya harus tetap realistis.

Realistis itu dilihat NasDem dari perolehan suara partai di Pemilu 2019 lalu.

Adapun suara NasDem pada 2019 tidak cukup untuk mengantarkan Anies di gelanggang Pilpres sendirian, tanpa rekan koalisi, mengingat syarat mencalonkan capres dan cawapres harus memenuhi ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold 20 persen.

"Kalian tahu itu, NasDem hanya 10,3 persen, persyaratan kita 20 persen, ya kurang kita.

Diperlukan kawan," kata Paloh. (tribun network/yuda) 

Baca juga: Surya Paloh Sebut Jokowi Belum Ucapkan Selamat HUT Partai NasDem

Baca juga: Pengurus NasDem Aceh Gotong Royong Bersihkan Masjid di Gampong Ilie  

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved