Internasional
AS Akan Selidiki Penembakan Mematikan ke Jurnalis Shireen Abu Akleh, Israel Tolak Kerjasama
Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) telah meluncurkan penyelidikan atas penembakan fatal Jurnalis Al Jazeera, Shireen Abu Akleh.
SERAMBINEWS.COM, JERUSALEM - Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) telah meluncurkan penyelidikan atas penembakan fatal Jurnalis Al Jazeera, Shireen Abu Akleh.
Namun, Israel mengutuk penyelidikan itu sebagai kesalahan besar dan bersumpah tidak bersedia bekerjasama.
Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mengatakan Israel telah menjelaskan kepada AS tidak akan bekerja sama dengan penyelidikan eksternal.
"Kami tidak akan mengizinkan campur tangan dalam urusan internal Israel," tambahnya.
Dilansir AP, Selasa (15/11/2022), seorang warga Palestina yang meliput operasi Israel di wilayah Palestina selama bertahun-tahun, Abu Akleh juga merupakan warga negara AS.
Seorang juru bicara Departemen Kehakiman tidak segera menanggapi permintaan komentar tentang pernyataan Gantz.
Baca juga: Keluarga Jurnalis Shireen Abu Akleh Temui Menteri Luar Negeri AS, Tuntut Keadilan Atas Pembunuhannya
Tidak segera jelas kapan penyelidikan akan dimulai dan apa yang akan terjadi.
Tetapi penyelidikan oleh AS terhadap tindakan Israel sebagai langkah langka yang dapat menggoyahkan aliansi kuat antara kedua negara.
Pejabat Palestina, keluarga Abu Akleh dan Al Jazeera menuduh Israel sengaja menargetkan dan membunuh jurnalis berusia 51 tahun itu.
Padahal, Abu Akleh memakai helm dan rompi pelindung bertanda kata "pers" ketika ditembak pada Mei 2022 lalu di Tepi Barat.
Dia telah meliput Tepi Barat untuk Al Jazeera selama dua dekade dan merupakan wajah terkenal di seluruh dunia Arab.
Kematiannya bergema di seluruh wilayah.
Keluarga Abu Akleh tidak segera menanggapi permintaan komentar pada Senin (14/11/2022) malam, begitu pula pejabat Kementerian Luar Negeri Palestina.
Baca juga: AS Beri Israel Impunitas Kasus Pembunuhan Shireen Abu Akleh, PBB: Minim Pertanggungjawaban
Juru bicara Perdana Menteri Israel Yair Lapid menolak berkomentar.
Mantan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang diperkirakan akan kembali memimpin negara itu dalam beberapa minggu mendatang, juga tidak mau berkomentar.