Opini
Banda Aceh, Bersoleklah!
24-25 November 2022 nanti Kota Banda Aceh akan menjadi tuan rumah Malam Penganugerahan API Award 202

OLEH Dr MUHAMMAD YASAR STP MSc, Dosen Teknik Pertanian Universitas Syiah Kuala, Ketua MPW Pemuda ICMI Aceh
INSYA Allah 24-25 November 2022 nanti Kota Banda Aceh akan menjadi tuan rumah Malam Penganugerahan API Award 2022.
Jika melihat flyer panitia yang tersebar di berbagai media sosial, maka acara yang super megah tersebut akan digelar di AAC Dayyan Dawood, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh.
Sebelumnya penetapan Kota Banda Aceh sebagai host 2022 tersebut dilakukan di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan pada 2021 yang lalu lewat event yang sama.
Dalam tradisi penyelenggaraan Anugerah Pesona Indonesia (API) ini, siapa yang menjadi Juara Umum maka dialah yang berhak ditunjukkan sebagai penerus estafet tuan rumah malam puncak ajang penobatan penghargaan paling bergengsi dalam dunia pariwisata di Indonesia ini.
Sebagai informasi, Aceh berhasil menyabet anugerah terbanyak tahun lalu melalui tujuh pesona wisatanya, yakni: Destinasi Kreatif Anjungan Tapak Tuan Tapa Aceh Selatan, Dataran Tinggi Terpopuler Puncak Sigantang Sira Aceh Selatan, Minuman Tradisional Kopi Khop Aceh Barat, Promosi Pariwisata Digital IG@ explore Gayo Aceh Tengah, Brand Wisata Charming Banda Aceh, Ekowisata Ujung Tamiang Aceh Tamiang, dan Festival Pariwisata Pulau Banyak Aceh Singkil.
Jika dilihat dari perolehan tersebut maka Kabupaten Aceh Selatan merupakan primadona 2021.
Lewat dua potensi wisatanya berhasil membawa pulang tiga juara sekaligus yakni Juara 1 Kategori Destinasi Wisata Kreatif, Anjongan Tapak Tuan Tapa, Juara 1 Kategori Dataran Tinggi Terpopuler, Puncak Sigantang Sira dan Juara Favorit sebagai peraih nilai dukungan tertinggi dari seluruh nominasi kategori, Puncak Sigantang Sira.
Tahun sebelumnya juga Kabupaten yang terkenal dengan Legenda Naga dan Petapa Sakti ini telah menyumbang anugerah untuk Aceh sebagai Juara 1 Kategori Cinderamata Terpopuler Rencong Batu dan Juara 3 Kategori Wisata Air Terpopuler Surfing Samadua.
Sebuah semangat dan upaya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat daerah yang pantas diapresiasi.
API Award itu sendiri sebetulnya merupakan sarana partisipatif dari seluruh elemen masyarakat dalam memajukan dan mengangkat potensi wisata di daerahnya.
Baca juga: Bur Telege dan Tari Guel Masuk Nominasi API Award 2022, Begini Cara Dukungnya
Baca juga: Ayo Vote! Situs Sejarah Benteng Trumon dan Pulau Dua Aceh Selatan Kini Masuk 6 Besar API Award 2022
Keunggulan program ini bukanlah kepada seberapa mewah piagamnya atau seberapa mahal hadiahnya.
Namun event ini telah sukses mendorong kemajuan sektor wisata tanah air.
Tentunya sebagai salah seorang yang turut menjadi saksi langsung penobatan ketika itu, penulis merasa kagum dan bangga dengan prestasi wisata Aceh sekaligus merangkum beberapa catatan penting yang menurut hemat penulis perlu dilakukan ketika Aceh khususnya Kota Banda Aceh melaksanakan amanahnya sebagai tuan rumah tahun ini.
Sukses prestasi itu penting, namun sukses penyelenggaraan jauh lebih penting.
Dan yang terpenting lagi hari ini adalah masyarakat wisata dari 37 Provinsi di Indonesia akan datang ke Ibu Kota Provinsi Aceh ini bukan sekedar untuk berkompetisi sambil berekreasi melainkan mereka juga akan belajar bagaimana strategi Aceh dalam membangun dunia kepariwisataannya selama ini sehingga berhasil unggul dalam perspektif penyelenggaraan API Award.
Layaknya tuan rumah dari hajatan sebuah pesta yang sedang menunggu kedatangan tamu istimewa tentu Banda Aceh perlu bersolek agar terlihat lebih anggun, cantik dan menawan dari sang tamu.
Mulai dari merubah penampilan, menata fasilitas, hingga menyiapkan bentuk pelayanan dan hidangan yang istimewa harus maksimal untuk memastikan hari “H” yang penuh kesan dimata semua yang hadir.
Berbeda halnya dengan menjadi tuan rumah untuk event-event yang lain, menyelenggarakan event wisata, peserta yang terlibat sulit mengakomodir kelemahan dan kekurangan.
Semua harus terlihat sempurna karena wisata identik dengan menjual kesan.
Dan kesan ini berefek kepada pesan lisan yang sifatnya berantai.
Apalagi kita sedang berada di zaman now yang merupakan eranya media sosial.
Baca juga: Air Terjun Terujak Aceh Timur Masuk Nominasi API Award 2022, Begini Cara Beri Dukungan
Baik buruknya kesan yang diperoleh langsung berefek dalam hitungan detik.
Viral dengan image positif atau sebaliknya dengan image negatif.
Penting disadari hari ini adalah Aceh di branding sebagai daerah Istimewa di Indonesia yang menjalankan Syariat Islam.
Tentu yang memenuhi rongga pemikiran calon tamu adalah bagaimana syariat tersebut mampu menata dan menopang pembangunan dan pengembangan dunia wisata.
Konon lagi dunia pariwisata memang sudah terlanjur dianggap berdampingan dengan aktivitas anti syariat alias maksiat.
Tentu publik ingin mendapatkan sesuatu yang istimewa dari bentuk wisata halal ala Aceh.
Dalam hal ini tentu Aceh akan hadir sebagai model wisata halal atau wisata syariah bagi Indonesia.
Jangan kemudian justru menjadi momok yang merusak konsep wisata berbasis syariah itu sendiri.
Modal utama Kota Banda Aceh dalam event bergengsi ini adalah sebagai Juara 1 Kategori Brand Wisata 2021, yakni “Charming Banda Aceh”.
Sesuai dengan istilah yang dipakai, dalam Bahasa Inggris charming berarti menawan, sangat menarik, dan yang memesona.
Tentunya akan muncul ekspektasi besar terhadap seberapa menawan, menarik, dan memesonanya Ibu Kota Serambi Mekkah ini.
Dan dalam rangkaian event ini pulalah semua itu akan diuji.
Berpijak dari pengalaman di Musi Banyuasin, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian super prioritas dari pemerintah dan masyarakat kita.
Baca juga: Pengunjung Sigantang Sira Membludak di API Award, Tgk Abrar Muda Ucap Terima Kasih
Pertama, kegiatan ini harus dijadikan sebagai tanggung jawab bersama.
Seluruh elemen masyarakat akan terlibat baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Karena peserta atau tamu yang hadir dipastikan akan berinteraksi dengan kehidupan masyarakat apakah itu di objek-objek wisata, di pusat-pusat perbelanjaan, di rumah makan, di warung kopi, di tempat ibadah, di kedai-kedai, di jalan raya, hingga di parkiran.
Perlu ada informasi yang tersampaikan ke masyarakat secara masif bahwa kita harus bersiap sebagai tuan rumah yang “Pemulia Jame” seperti slogan wisata kita.
Slogan ini merupakan merk dari make up termewah dalam kemasan syariat yang kita punya.
Kedua, perlu dipastikan tidak ada pihak yang dengan sengaja memanfaatkan momen untuk menaikkan tarif jasa dan harga produk diluar biasanya.
Alangkah indahnya jika semua resto dan kafe memiliki daftar menu dengan harga yang standar dan tidak mengundang kecurigaan dengan tempelan harga baru yang seolah sengaja dinaikkan.
Jika ada yang saat ini daftar menunya banyak tipe x dan tempelan, bagusnya dicetak baru sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas model usaha yang ada di Bumi Iskandar Muda ini.
Ketiga, fasilitas umum terutama toilet atau wc umum perlu dipastikan bersih dan layak.
Cerminan kemajuan suatu daerah memang dapat teridentifikasi dari fasilitas umum yang satu ini, apalagi dalam Islam itu kebersihan ditempatkan sebahagian dari iman.
Sebagai negeri dengan penerapan Syariat Islam tentu bukan hanya bicara soal perbankan dan pelanggaran syariat saja, lantas soal kebersihan dianggap sepele.
Perlu kita tunjukkan dan buktikan, Islam adalah agama yang pro dengan sapta pesona yang dijadikan landasan dan tolak ukur kualitas produk pariwisata yakni: keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahan, dan kenangan. (yasar@unsyiah.ac.id)
Baca juga: Aceh Selatan Antarkan Aceh Menjadi Juara Umum API Award 2021
Baca juga: Aceh Target Juara API Award