Internasional
Giliran Mahathir Ucap Selamat ke Anwar Ibrahim
Politikus senior Mahathir Mohamad mengucapkan selamat kepada Anwar Ibrahim atas pelantikannya sebagai Perdana Menteri (PM) Ke-10 Malaysia
JAKARTA - Politikus senior Mahathir Mohamad mengucapkan selamat kepada Anwar Ibrahim atas pelantikannya sebagai Perdana Menteri (PM) Ke-10 Malaysia.
Mahathir Mohamad sebelumnya bersaing dengan Anwar untuk merebut kursi kepala pemerintahan tersebut sampai akhirnya dimenangkan oleh Anwar.
"Saya ucapkan selamat kepada Datuk Seri Anwar Ibrahim atas pelantikannya sebagai Perdana Menteri Malaysia yang ke-10," kata Mahathir melalui akun Twitter resminya.
"Selamat maju jaya," lanjutnya.
Hubungan Anwar dan Mahathir diketahui mengalami pasang surut selama tiga dekade terakhir.
Mereka adalah guru dan murid dalam politik.
Mereka juga sempat saling bermusuhan hingga akhirnya kembali berkoalisi.
Seperti dilansir Reuters, kedua politikus itu mulai dekat ketika Mahathir membimbing Anwar sebagai aktivis yang baru terjun ke kancah politik pada era 1990-an.
Dengan tangan dingin Mahathir, Anwar tumbuh menjadi politikus andal.
Dari 1983 hingga 1991, Anwar tercatat menjadi menteri di berbagai bidang, mulai dari Menteri Pertanian, Menteri Pendidikan, hingga Menteri Keuangan (Menkeu).
Dia bahkan diangkat Mahathir jadi wakil perdana menteri pada 1993.
Kala itu, Mahathir menaruh kepercayaan besar terhadap wakil PM-nya tersebut.
Baca juga: Anwar Ibrahim: Pangeran Prinsip dan Sabar
Baca juga: Muhyiddin Yassin Akhirnya Akui Kalah Pemilu Malaysia dan Ucapkan Selamat ke Anwar Ibrahim
Namun, sebagai aktivis reformasi, Anwar nyatanya cukup mengganggu kepentingan Mahathir.
Anwar merombak pemerintahan dan membongkar semua kebusukan Partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), partai milik Mahathir, termasuk memberantas korupsi dan nepotisme di tubuh partai.
Mahathir pun marah.
Dia lantas menjebloskan Anwar ke penjara atas dakwaan sodomi, tuduhan yang dianggap sarat politik.
Sejak saat itu, Anwar dan Mahathir menjadi musuh bebuyutan.
Hingga akhirnya, Mahathir dan Anwar menggegerkan Malaysia karena bersatu menumbangkan rezim Najib Razak.
Berkat penyatuan dua basis pendukung yang besar, Mahathir dan Anwar berhasil melengserkan Najib Razak dalam pemilu 2018.
Sebelum pemilu, Mahathir dan Anwar sempat mencapai kesepakatan.
Menurut perjanjian itu, Mahathir akan lebih dulu menjadi PM, kemudian menyerahkan jabatan itu ke Anwar.
Namun karena gonjang-ganjing politik pada 2020 lalu, Mahathir malah mengundurkan diri dari kursi PM.
Mimpi Anwar untuk menjadi PM pun pupus.
Kini, Anwar berhasil meraih mimpinya.
Baca juga: Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim Tegaskan Tak Ambil Gaji, Juga Ingin Gaji Menteri Dikurangi
Sementara itu, karier politik Mahathir meredup.
Untuk pertama kalinya dalam 53 tahun berkarier, politikus yang akrab disapa Tun M itu kalah dalam pemilu parlemen pada akhir pekan lalu.
Dalam pernyataan resminya, Mahathir mengaku sedih karena partainya, Parti Pejuang Tanah Air, kalah telak.
Ia pun berjanji untuk memantau pemerintahan partai yang menang.
Di samping itu, Mahathir juga ingin fokus menulis tentang sejarah dan sejumlah peristiwa yang ada di Malaysia.
"Saya sendiri akan fokus menulis tentang sejarah dan kegiatan-kegiatan di negara ini," ucapnya.
Sebelumnya, mantan PM Malaysia Muhyiddin Yassin juga mengakui kekalahan dari Anwar Ibrahim, setelah sempat menolak kalah dan bersikeras memegang suara mayoritas.
Dikutip dari World of Buzz pada Jumat (25/11/2022), Muhyiddin kemudian memberi ucapan selamat kepada Anwar beberapa menit sebelum pengambilan sumpah PM baru Malaysia.
Tiga tantangan berat
Anwar Ibrahim mulai kemarin menjalankan hari pertama sebagai Perdana Menteri Malaysia usai polemik pemilu pekan lalu yang tidak menunjukkan hasil absolut.
Di bawah pimpinannya, masih ada sejumlah persoalan Malaysia yang harus segera dituntaskan olehnya.
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Sultan Zainal Abidin di Malaysia, Suyatno Ladiqi, mengatakan setidaknya ada tiga PR (Pekerjaan Rumah) utama yang perlu diselesaikan Anwar selama memimpin Negeri Jiran.
Baca juga: Anwar Ibrahim Resmi Jadi PM Malaysia, Pernah Terjerat Kasus Korupsi, Sodomi hingga Dipenjara
Pertama, Korupsi yang menjadi-jadi.
Beberapa waktu lalu, Malaysia digemparkan dengan kasus korupsi 1 Malaysia Development Berhad (1MDB) yang menyeret eks Perdana Menteri Najib Razak ke jeruji besi selama 12 tahun.
Najib dinilai hakim bersalah dan terbukti menyalahgunakan kekuasaan, mencuci uang, dan melanggar kepercayaan karena menerima dana 42 juta ringgit atau sekitar Rp139 miliar dari lembaga investasi negara, MDB, ke rekening pribadi.
Dia menjadi eks PM Malaysia pertama yang mencoreng nama Negeri Jiran hingga dipenjara.
Kasus itu pun membuat dia terancam didiskualifikasi sebagai kandidat PM dalam pemilu Malaysia.
Menurut Suyatno, isu korupsi kerap membuat petahana Malaysia tersungkur.
Karena itu, Anwar memiliki salah satu PR utama yaitu menyelesaikan permasalahan rasuah yang kerap berjalan lambat di negara itu.
"Karena rakyat menginginkan perubahan politik yang berkemajuan," ujar Suyatno kepada CNNIndonesia.com.
Kedua, Resesi global ikut buat Malaysia Lesu.
Kepemimpinan Anwar juga dibayang-bayangi ancaman resesi ekonomi global.
Saat Ismail Sabri memimpin, Malaysia berencana memangkas nilai Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk tahun 2023.
Langkah itu diambil lantaran ketegangan politik, meningkatnya inflasi global, pengetatan kondisi keuangan, dan gangguan rantai pasokan.
Suyatno mengatakan resesi, juga persoalan masyarakat berpendapatan rendah, bakal jadi tantangan tersendiri bagi Anwar dalam memimpin Malaysia di masa mendatang.
"Bayangan jelas resesi ekonomi global tahun depan dan meningkatnya masyarakat yang berpendapatan rendah (B40) sekarang ini menjadi tantangan serius," ujar Suyatno.
Ketiga, Pertentangan golongan konservatif dan pluralis.
Lebih dari itu, persaingan politik antara kubu konservatif dan pluralis juga diproyeksi bakal jadi tantangan Anwar dalam membuat kebijakan.
Kendati demikian, Suyatno meyakini Anwar bisa mengurangi ancaman rivalitas tersebut lewat pendekatan pluralistiknya.
Adanya Undang-Undang Anti Lompat Parti, juga dinilai bisa menjaga stabilitas politik selama lima tahun ke depan.
"Belum lagi deal-deal politik pembagian 'kue kekuasaan' di antara kelompok pendukungnya bisa menjadi perekat politik yang efektif," tutupnya. (cnnindonesia.com)
Baca juga: Tak Terima Kalah, Muhyiddin Yassin Tuntut Anwar Ibrahim Buktikan Dukungan dari Parlemen
Baca juga: Profil Anwar Ibrahim Perdana Menteri Baru Malaysia, Kontroversi Sodomi hingga Mendekam di Penjara