Kupi Beungoh

Aceh dan Kepemimpinan Militer (XIV) - Van Heustz: Transformasi Kapitalisme dan Oligarki Kolonial

Terlepas dari segala sepak terjang dan kebijakan Van Heustz yang tak beradab, ia adalah seorang Gubernur Militer yang mempunyai wawasan ekonomi

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover
Ahmad Humam Hamid, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh (Foto Maret 2022). 

Sebelum terjadi transisi, wajah ekonomi Eropa dan dunia sangat diwarnai oleh kapitalisme merkantilis yang sesuai dengan namanya, lebih berasosiasi dengan perdagangan internasional, kontrol dan regulasi ketat dari pemerintah, kerja paksa, proteksionis, dan monopolistik.

Dua ikon besar kapitalisme merkantilis adalah VOC di Indonesia, dan London East India Company di India, serta jajahan Inggris di Afrika.

Apa yang baru dengan sistem kapitalis moderen, atau disebut juga dengan kapitalis industri adalah minimnya keterlibatan pemerintah, dominannya aktor nonnegara dalam kepemilikan modal, kegiatan perdagangan, dan industri.

Promosi kebebasan individu adalah bawaan penting dari spesies baru kapitalisme moderen, yang semuanya menyatu dengan modernisasi sosial ekonomi, kemajuan teknologi, serta kemajuan hukum ekonomi.

Revolusi industri Eropa yang terjadi pada abad ke 18, telah melahirkan anaknya-kapitalis modern- yang sedang tumbuh remaja dan menanjak dewasa.

Itulah pekerjaan penting Van Heustz di Aceh, memastikan Aceh menjadi bagian penting dari sistem baru itu.

Baca juga: 5 Peninggalan Sejarah Kerajaan Samudera Pasai yang Harus Diketahui, Apa Saja?

Baca juga: Aceh dan Kepemimpinan Militer (XII) Benarkah Iskandar Muda Raja Liberal ?

Capaian Penting Van Heustz

Penetrasi kapitalisme moderen di Indonesia, dimungkinkan dengan dimulainya periode liberalisasi ekonomi Belanda yang terjadi selama tiga dekade sebelum akhir abad ke 19, dan Van Heustz menjadi aktor penting dari proses bersejarah itu.

Komponen-komponen penting ekonomi modern yang berlanjut setelah kemerdekaan Indonesia di Aceh, sangat terkait dengan nama Van Heustz.

Jalan kereta api, pelabuhan Ulelheue, Pelabuhan Sabang, Pelabuhan Langsa, perkebunan swasta karet di Tamiang dan Aceh Timur, dan pertambangan minyak bumi di Tamiang dan Peureulak  adalah sejumlah capaian penting Van Heustz.

Wajah ekonomi Aceh selama lebih dari empat ratus tahun sebelumnya  tergantung kepada pada sistem kapitalis merkantilis, dimana perdagangan internasional berikut dengan menonjolnya monopoli, dan intervensi kerajaan merupakan ciri utama, berangsur mulai pudar.

Menyambut datangnya kapitalis moderen, Van Heustz memberi perhatian besar pada pembangunan infrastruktur dan konektivitas, baik internal -kereta api, maupun eksternal-pelabuhan dalam kaitannya dengan lalu lintas perdagangan global.

Pembangunan jalan kereta api  Atjeh Tram atau ASS -Atjeh Staatspoorwegen yang dimulai pada 1874 yang menghubungkan Banda Aceh dengan Ulelheue, oleh Van Heustz dilanjutkan dengan menjangkau seluruh wilayah pantai timur, mulai dari Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara, dan Aceh Timur.

Van Heustz menggagas pembangunan jalan kereta api di Langsa yang siap pada tahun 1906.

Langsa dapat disebutkan menjadi tipikal kota moderen industrial pertama di Aceh, dimana kereta api menghubungkan daerah pedesaan, pusat kota, dan pelabuhan Langsa.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved