Jurnalisme Warga
Kisah Pak Edi dan Kelas Literasi di SMAN 1 Meureudu
Pak Edi saya tahu novelis-novelis top Indonesia seperti Pramoedya Ananta Toer, Seno Gumira Ajidarma, Eka Kurniawan, dan lainnya

Ide kelas literasi Sebelum saya menceritakan bagaimana kami dibimbing di kelas literasi.
Ada baiknya saya sampaikan dulu kepada pembaca, ide kelas literasi ini muncul.
Ide kelas literasi muncul saat seorang kakak kelas kami menulis ucapan terima kepada Kapolda Aceh sebelumnya, yaitu Bapak Wahyu Widada.
Tahun 2021, kakak kelas kami menulis di kolom JW ini bagaimana ceritanya sampai dapat berkomunikasi dengan Pak Kapolda Aceh dan kemudian diberikan bantuan bahan- bahan pembudidayaan tiram di Gampong Pangwa, Trienggadeng.
Penyampaian ucapan terima kasih tentu saja melibatkan Pak Edi yang bantu mengedit dan meluruskan kalimat yang berbelit- belit menjadi kalimat yang lebih efektif.
Berawal dari sana, Pak Edi ingin membuat kelas menulis atau kelas literasi di SMAN 1 Meureudu.
Lalu beliau ajukan kerangka acuan kerja atau biasanya lebih dikenal sebagai TOR atau Term of Reference.
Alhamdulillah, kepala sekolah kami, Bu Husna SP, MPd, sangat senang dengan keinginan Pak Edi.
Baca juga: ISAD Umumkan Juara Lomba Menulis Santri Aceh, Ini Nama Pemenang Santriwan dan Santriwati
Namun, menurut Pak Edi, untuk membuat kelas literasi, harus ada satu tahapan yang dilalui.
Oleh karenanya, tahapan itu dibuat, yakni pemilihan duta literasi sekolah.
Tujuan pemilihan duta literasi ini, sebenarnya bertujuan untuk menemukan para siswa yang hobi membaca.
Karena kegiatan menulis sangat erat hubungannya dengan kegiatan membaca.
Bahkan, di kelas literasi Pak Edi sering mengulang-ulang pernyataan bahwa orang yang punya kemampuan menulis sudah pasti hobi membaca.
Nah, pemilihan duta literasi sekolah ditentukan oleh seberapa banyak seorang siswa menulis.
Bagaimana memastikan seorang siswa membaca sekian buku? Mereka diwajibkan mengumpulkan resensi.