Breaking News

Internasional

Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Pembunuhan Wanita Terus Meningkat di Afghanistan

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan pembunuhan wanita dilaporkan meningkat di Afghanistan.

Editor: M Nur Pakar
AFP/File
Wanita Afghanistan melakukan protes di universitas pada Oktober 2022 setelah mahasiswi dikeluarkan dari asrama kampus 

Dimana, bisa menjadi indikasi perpecahan dalam jajaran Taliban antara garis keras yang berbasis di kubu gerakan Kandahar dan pejabat lebih moderat yang mengelola urusan dari ibukota.

“Yang pasti, banyak pemimpin Taliban menolak langkah ini,” kata Kugelman.

“Fakta bahwa itu masih terjadi sebagai cerminan dari perpecahan ideologis di dalam kelompok serta kekuatan pemimpin tertinggi Taliban yang berbasis di Kandahar dan sekutunya," jelasnya.

"Mereka adalah faksi garis keras yang paling ideologis di dalam Taliban, dan di sinilah kekuasaan - termasuk hak veto untuk membalikkan langkah yang dibuat oleh para pemimpin di Kabul - benar-benar terletak."

Kecuali jika Taliban menunjukkan keinginannya untuk melunakkan pendekatan garis kerasnya.

Terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan hak-hak perempuan, rezim tersebut tidak mungkin mendapatkan akses ke bantuan, pinjaman, dan aset beku yang sangat dibutuhkan dari AS, Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia.

“Masyarakat internasional dapat dan akan memberikan kecaman atas tindakan tersebut dan ekspresi solidaritasnya untuk anak perempuan dan perempuan Afghanistan, dan itu adalah hal yang benar untuk dilakukan," jelasnya.

"Tapi pada akhirnya, hanya sedikit yang bisa dilakukan untuk mengubah keadaan yang menyedihkan ini,” kata Kugelman.

“Taliban tidak akan memoderasi ideologi inti mereka, dan kepemimpinan puncak tidak peduli jika ini menutup peluang untuk bantuan keuangan internasional dan pengakuan diplomatik formal," ujarnya.

"Yang penting bagi mereka yang menyerukan tembakan di dalam Taliban, ideologi inti mereka terus diterapkan di seluruh negeri," tambahnya.

Meskipun Kugelman mengakui ada penentangan luas di antara warga Afghanistan terhadap pembatasan yang meningkat dari Taliban, dia meragukan masyarakat sipil memiliki sarana melawan.

Setidaknya untuk saat iniuntuk mengancam otoritas rezim.

“Yang pasti, potensi resistensi internal adalah sesuatu yang harus diperhatikan," katanya.

Dia mengaku telah melihat siswa laki-laki keluar dari ruang kelas untuk memberi solidaritas dengan teman sekelas perempuan mereka, dan itu menjadi poin utama.

Baca juga: Warga Bannu Mulai Ketakutan, Taliban Sandera Petugas dan Kuasai Kantor Kontraterorisme Pakistan

Dikatakan, Afganistan mungkin memiliki masyarakat patriarkal, tapi itu tidak berarti negara tersebut, termasuk laki-lakinya hanya ingin mengabaikannya.

“Tetapi pertanyaan yang ada bukanlah kurangnya keinginan untuk melawan, tetapi kurangnya kapasitas," tambahnya.

Dia mengatakan Taliban memerintah dengan tangan besi, dan kecuali ada protes yang tumbuh begitu besar sehingga tidak dapat mengendalikannya.

Sehingga, Taliban kemungkinan besar tidak akan ragu untuk mengekang setiap perbedaan pendapat dan oposisi terhadap langkah ini.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved