Tsunami Aceh

Rumoh Manuskrip Aceh Cek Midi Gelar Zikir dan Kajian Tsunami Purba Bersama Filolog Aceh

Di Pulau Simeulue pernah terjadi tsunami yang parah pada tahun 1903. Di Lamteuba, Aceh Besar, juga pernah terjadi gempa dan tsunami pada tahun 1963.

Penulis: Muhammad Hadi | Editor: Taufik Hidayat
Dok Pribadi
Malam renungan, zikir, tausiyah dan kajian tentang Tsunami Purba di Museum manuskrip Aceh (Rumoh Manuskrip Aceh) milik Kolektor Manuskrip Tarmizi A Hamid di Banda Aceh, Senin (26/12/2022) malam. 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH   Museum manuskrip Aceh (Rumoh Manuskrip Aceh) milik Kolektor Manuskrip Tarmizi A Hamid di Banda Aceh pada Senin malam (26/12/2022) menggelar malam renungan, zikir, tausiyah dan kajian tentang tsunami purba.

Direktur Rumoh Manuskrip Aceh, Tarmizi A Hamid, mengundang tiga narasumber pada momen tahunan itu, yaitu Ustaz Fathurrahmi MSi (pimpinan zikir), Tgk Mursalin Basyah Lc MAg (tausiyah) dan Hermansyah MHum (filolog Aceh).

Tarmizi mengatakan, momentum gempa dan tsunami yang menimpa Aceh pada Desember 2004 harus menjadi pelajaran berharga yang patut dikenang, diingat dan diberipengetahuan kepada generasi baru.

“Banyak anak-anak Aceh kelahiran di atas tahun 2000 tak paham bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh tsunami yang menimpa Aceh pada 26 Desember 2004,” kata Tarmizi A Hamid.

“Kepada mereka wajib kita transfer pengetahuan tentang tsunami dan dampaknya,” lanjut pria yang akrab disapa Cek Midi ini.

“Dalam momen renungan tahun 2022 ini kita sengaja mengundang filolog Aceh yaitu Pak Hermansyah untuk membahas tsunami pada masa lampau termasuk di masa purba,” ujar Cek Midi.

Hermansyah yang juga dosen sejarah dan filologi di UIN Ar-Raniry memaparkan berbagai cara orang Aceh masa lampau dalam mewariskan pengetahuan tentang tsunami melalui karya tulis atau manuskrip.

Dalam kesempatan itu, Hermansyah membaca beberapa potongan isi manuskrip terkait tsunami di Aceh pada masa lampau.

“Indatu (leluhur, red) kita menulis hal ini adalah sebagai wujud mitigasi bencana untuk generasi setelahnya. Tapi terkadang kita lupa membacanya, makanya muncul korban jiwa yang sangat banyak pada musibah tsunami Desember 2004,” papar Herman.

Herman menyebutkan, tsunami besar yang pertama di dunia ini adalah saat Nabi Nuh dan pengikutnya menyelamatkan diri melalui kapal yang disiapkan oleh Nabi Nuh.

Di Aceh, kata Herman, di Pulau Simeulue pernah terjadi tsunami yang parah pada tahun 1903. Di Lamteuba, Aceh Besar, juga pernah terjadi gempa dan tsunami pada tahun 1963.

“Akan tetapi, pengetahuan tentang tsunami sangat sedikit yang terwarisi secara turun temurun ke anak-anak Aceh,” pungkas Herman di hadapan puluhan jamaah.

Selanjutnya Ustadz Mursalin Bansyah yang ikut memberi tausiah pada acara ini memaparkan bahwa gempa dan tsunami Aceh adalah sebagai qudrah dari Allah dan hikmah yang sangat besar yang terkandung di balik musibah besar ini pada tahun 2004 yaitu 18 tahun yang lalu.

"Aceh telah terbukti menempatkan diri sebagai orang muslim sejati dengan bersabar dan ikhlas dalam menghadapi pasca musibah tsunami tersebut," kata Mursalin.

Namun janganlah sebagian masyarakat diluar Aceh mencela bahwa musibah ini sebagai bentuk azab dari Allah kepada masyarakat di bumi Aceh, tapi sebagai hamba yang sangat cerdas dalam menerima musibah ini tentu bisa diambil hikmah dan pelajaran berharga  yang terbaik dari Allah SWT.

Selanjutnya Ustadz Mursalin mengutip beberapa hal hasil paparan Tsunami Purba yang disampaikan oleh Hermansyah (Filolog UIN Ar Raniry) bahwa pelajaran berharga yang ditinggalkan oleh leluhur Aceh bisa ditulis dalam buku buku di Aceh untuk disampaikan kepada generasi kekinian, karena ini mengandung sarat ilmu pengetahuan sejarah Tsunami di Aceh.  “Sudah tentu kalau ini tidak dilanjutkan dengan penulisan atau kajian lambat laun bahwa sejarah tragedi musibah besar yang pernah menimpa Aceh akan menjadi dongeng semata,” katanya.(*)

Baca juga: PFI Gelar Pameran Foto Reumeh Tsunami Aceh 2004, Warga Antusias Datangi Museum Aceh

Baca juga: VIDEO Ratusan Warga Gandapura Bireuen Peringati Bencana Tsunami

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved