Mihrab

Empat Pilar Mewujudkan Kejayaan Aceh dari Ulama hingga Doa Fakir Miskin

Islam sudah memberikan penjelasan tentang menuju kejayaan suatu negeri sehingga semestinya dapat menjadi pedoman untuk diyakini.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Ansari Hasyim
FOR SERAMBINEWS.COM
Sekretaris Jenderal DPP Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh, Teuku Zulkhairi 

SERAMBINEWS.COM - Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, Dr Teuku Zulkhairi MA menyebut, dalam banyak diskusi yang berkembang di Aceh acap kali membahas harapan-harapan agar daerah ini bisa menjadi semakin baik.

Tentunya, kata dia, semua pembahasan yang dilakukan orang Aceh pasti merindukan kejayaan Aceh di tengah berbagai fenomena ketimpangan yang terjadi saat ini.

“Kalau kita ingin mengembalikan Kejayaan Aceh, maka kita harus memenuhi syarat-syarat agar kita pantas meraih kejayaan. Karena tidak mungkin kejayaan akan hadir begitu saja tanpa perjuangan dan kerja keras untuk memantaskan diri meraihnya,” ujarnya, Kamis (5/1/2023).

Kunjungi Pulo Aceh, Kemenag Aceh Besar Santuni 77 Fakir Miskin dan Latih Tenaga Fardhu Kifayah

Untuk mewujudkan kejayaan Aceh bahkan Indonesia, ternyata Islam sudah memberikan penjelasan tentang perkara ini sehingga semestinya dapat menjadi pedoman untuk diyakini.

Tgk Zulkhairi menyebut, dalam kitab Duratun Nashihin disebutkan bahwa kunci tegaknya sebuah negeri itu ada empat perkara.

“Jadi pilar ini mesti ada dan kita penuhi karena keutamaannya masing-masing. Karena tanpa salah satunya maka tangga menuju kejayaan umat Islam tidak akan bisa ditegakkan,”imbuhnya.

Pilar pertama ialah, ilmunya para ulama.

Dikatakannya, jika ingin Aceh kembali berjaya, maka jelas bahwa nasehat-nasehat ulama harus didengar dan menjadi bahan penyusunan kebijakan.

Saat ini dapat lihat bahwa masyarakat Aceh sangat antipati ketika melihat para ulama mulai menyeru kepada perbaikan tatanan politik Aceh.

“Di media-media sosial tidak sedikit komentar-komentar netizen yang justru menyerang para ulama saat menyerukan perbaikan politik. Tapi anehnya di sisi lain mereka berharap ulama agar berpartisipasi membangun Aceh,” papar Sekjend Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh ini.

Sejatinya, para ulama senantiasa memberikan pencerahan-pencerahan kepada umat melalui semua sarana yang tersedia.

Kiprah ulama seperti itu tidak lain adalah karena menjalankan fungsi keulamaan sebagai pewaris para Nabi.

Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, tentu semestinya mengikuti ulama dalam semua dimensi kehidupan.

Meninggalkan ulama niscaya akan memiliki konsekuensi yang berat dalam menjalankan kehidupan di dunia dan di akhirat.

Hal ini sebagaimana hadis yang dikutip oleh Syaikh Nawawi al-Bantani dalam dalam kitab Nashaihul ‘Ibad yang menyebutkan bahwa

“Akan datang suatu zaman kepada umatku dimana “mereka lari dari para ulama dan fuqaha, maka (ketika itu) Allah akan menurunkan tiga macam bencana kepada mereka: Pertama, dicabut kembali berkah dari usahanya. Kedua, dia kuasakan penguasa zalim atas mereka, ketiga, mereka meninggal dunia tanpa membawa iman.”

Pilar kedua, sebut Tgk Zulkhairi, yaitu keadilan pemimpin.

Ini adalah hal yang mutlak karena tanpa keadilan pemimpin maka negeri tersebut menjadi kacau, rakyat akan sibuk bertengkar karena pemimpinnya tidak bisa berbuat adil.

“Jadi ketika kita berbicara bahwa keadilan pemimpin itu adalah syarat untuk mewujudkan kejayaan umat Islam, maka disini kita harus sadar dengan berusaha keras memahami ciri-cirinya dan memilihnya sesuai dengan tuntunan Islam,” katanya.

Sebab, pemimpin yang adil akan hadir jika rakyatnya sudah sadar dan tidak dapat ditipu oleh misalnya politik pencitraan, politik uang dan sebagainya yang seringkali dipertontonkan pada tahun-tahun politik.

Kemudian pilar ketiga adalah kedermawanan orang-orang kaya. Tgk Zulkhairi mengatakan, jika semua orang-orang kaya di Aceh membantu orang-orang miskin di sekitar mereka, maka mungkin semuanya akan berkecukupan.

“Begitu juga, jika orang-orang kaya kita di Aceh mau berbuat lebih banyak untuk Islam, maka Islam akan berjaya. Jadi kita mesti memperbanyak orang-orang kaya yang berderma di Aceh, bukan sekedar kaya,” tegasnya,

Terakhir, pilar keempat yaitu do’a orang-orang fakir miskin. Ini maksudnya, kata Tgk Zulkhairi, bukan berarti orang miskin harus ada, tapi bahwa do’a-do’a orang miskin itu sangat dibutuhkan karena tingkat mustajabahnya apabila mereka senantiasa dekat dengan Allah Swt.

“Maknanya bahwa mereka boleh miskin secara harta duniawi, tapi tidak miskin agama dan tidak miskin pengharapannya kepada Allah. Jadi posisi orang miskin seperti itu akan sama mulianya seperti posisi ulama, pemimpin yang adil dan orang-orang kaya yang gemer berderma,” pungkasnya. (ar)

235 Korban Pelanggaran HAM di Aceh Terima Bansos, Siapa Saja Mereka?

Kasus Potongan Jari Manusia dalam Sayur Lodeh Terungkap, Ternyata Milik Seorang Pria

BPMA dan Conrad Asia Energy Ltd Teken Perjanjian Kerja Sama Wilayah Kerja OSWA & ONWA

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved