Berita Banda Aceh

Otsus Aceh 2023 Berkurang, BI Perwakilan Aceh: Aceh Jangan Sampai ada SiLPA

Seperti mengurangi nilai SiLPA Aceh. Sebab untuk SiLPA Aceh pada tahun 2021 saja jumlah mencapai Rp 3,5 triliun.

Penulis: Indra Wijaya | Editor: Nur Nihayati
SERAMBINEWS.COM/INDRA WIJAYA
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Aceh, Achris Sarwani. Foto: SERAMBINEWS.COM/INDRA WIJAYA 

Seperti mengurangi nilai SiLPA Aceh. Sebab untuk SiLPA Aceh pada tahun 2021 saja jumlah mencapai Rp 3,5 triliun.

Laporan Indra Wijaya | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Tahun 2023, Aceh hanya menerima 1 persen dana otsus. Dana tersebut berasal dari platform Dana Alokasi Umum (DAU) nasional.

Jika pada tahun 2022 Aceh mendapatkan Rp 7.560 triliun dana Otsus, maka tahun 2023 tinggal Rp 3,9 triliun atau setengahnya. Kepala Bank Indonesia Perwakilan Aceh, Achris Sarwani mengatakan, dengan turunnya dana otsus itu, tentu akan mempengaruhi jumlah anggaran yang diterima oleh Pemerintah Aceh.

Namun lanjut dia, dengan berkurangnya dana otsus itu, Pemerintah Aceh harus menjadi solusi pengaruh dari pengurangan dana otsus itu.

Seperti mengurangi nilai SiLPA Aceh. Sebab untuk SiLPA Aceh pada tahun 2021 saja jumlah mencapai Rp 3,5 triliun.

"Jadi nilai SiLPA kita itu sama dengan satu persen dana otsus," kata Achris kepada wartawan di Taman Sari Coffee, Banda Aceh, Senin (16/1/2023).

Jadi menurut Achris, untuk mengatasi penurunan dana Otsus 2023 itu, Aceh jangan sampai mengalami SiLPA anggaran. Kemudian lanjut dia, Pemerintah Aceh harus menarik investor ke Aceh.

Sebab anggaran APBN maupun pemerintah pusat melalui satuan kerja, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki batas.

"Namun yang tidak memiliki batas itu anggaran dari investasi dana dari milik investor. Jadi mereka ini yang harus kita ajak ke Aceh," jelasnya.

Pasalnya ia melihat, tingkat investasi di Aceh saat ini lumayan baik. Namun pelaku investasi bukan dari pihak swasta, melainkan BUMN. "Padahal itu area yang besar, Aceh punya potensi itu. Pasar Aceh, menghasil di Aceh, seperti pabrik gula," ujarnya.

Pabrik gula tersebut lanjut Achris, cukup diproduksi di Aceh dan dipasarkan di Aceh saja, tak perlu dibawa keluar. Sebab saat ini, ada 60 ribu ton per tahun gula putih masuk ke Aceh. Namun, jika Aceh menghasilkan sendiri, dengan mengundang investor untuk membangun industri gula pasir maupun minyak goreng.

"Ini menjadi salah satu penggerak yang cepat. Investor itu nggak mesti harus orang luar Aceh. Melainkan orang Aceh sendiri. Ini kita dorong, karena pasar Aceh tingkat konsumsinya juga lumayan tinggi," pungkasnya.

Baca juga: Puluhan Pendaftar PPPK Tenaga Teknis di Lhokseumawe Sanggah Hasil Verifikasi Berkas

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved