Internasional

Warga Kongo Turun ke Jalan, Tolak Kehadiran Pasukan Asing, Hanya Jadi Turis Bukan Tumpas Pemberontak

Warga Kongo turun ke jalan-jalan untuk memprotes kehadiran pasukan asing di negaranya.

Editor: M Nur Pakar
AFP
Puluhan warga menggelar demonstrasi menolak kehadiran pasukan asing di Kongo Timur. 

SERAMBINEWS.COM, GOMA - Warga Kongo turun ke jalan-jalan untuk memprotes kehadiran pasukan asing di negaranya.

Polisi harus menembakkan gas air mata untuk membubarkan demonstran di Kongo timur.

Puluhan orang mengambil bagian dalam demonstrasi tidak resmi di Goma menentang kehadiran pasukan asing untuk membantu memadamkan kekerasan dari kelompok bersenjata.

Pihak berwenang kemudian menahan beberapa demonstran dan beberapa jurnalis yang meliput protes tersebut.

Para pemimpin Komunitas Afrika Timur yang beranggotakan tujuh negara pada 2022 memutuskan membentuk dan mengerahkan pasukan regional ke Kongo timur.

Di mana kelompok pemberontak M23 disalahkan atas meningkatnya kekerasan.

Baca juga: ISIS Klaim Ledakkan Gereja di Kongo Timur, 14 Orang Tewas, Balas Serangan Tentara

Pasukan Kenya tiba akhir tahun lalu, dan kontingen lain dari Sudan Selatan diharapkan datang dalam beberapa hari mendatang.

Namun, pasukan tersebut menghadapi tentangan dari sebagian warga Kongo.

“Militer Kenya datang ke sini sebagai turis," kata demonstran Gloire Bagaya kepada AFP, Kamis (19/01/2023).

"Mereka berkeliling kota setiap hari dan sama sekali tidak melakukan apa-apa,” tambahnya.

"Kami sebagai populasi bersatu untuk mengatakan tidak pada kekuatan regional ini," ujarnya.

“Sudan Selatan juga berperang di rumah, tetapi mereka mengatakan ingin membawa perdamaian ke negara kita,” tambah Bagaya.

Baca juga: Rwanda Tuduh Masyarakat Internasional Abaikan Kongo, Pemberontakan Semakin Brutal

“Ini plot internasional yang ingin Balkanisasi negara kita, dan tidak ada yang akan memecah belah negara kita." jelasnya.

M23 muncul kembali di Kongo timur setahun yang lalu setelah sekitar satu dekade tidak aktif.

Kongo menuduh Rwanda mendukung kelompok pemberontak militer, yang dibantahnya.

Sebagai bagian dari kesepakatan yang dicapai di Angola tahun lalu, kelompok tersebut mengatakan akan menarik pasukan dari beberapa wilayah pendudukan sebelum 15 Januari 2023.

Namun, masih ada wilayah yang berada di bawah kendalinya.

Pertempuran itu memperburuk krisis kemanusiaan yang mengerikan di Kongo timur.

Hampir 6 juta orang mengungsi di negara itu, dengan lebih dari 450.000 mengungsi di Provinsi Kivu Utara sejak bentrokan meningkat pada Februari 2022.(*)

Baca juga: Pertempuran Sengit di Kongo, 72.000 Orang Mengungsi

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved