Internasional
AS Akan Segera Mengusir Grup Wagner, Tentara Bayaran Rusia dari Sudan dan Libya, Ini Dalihnya
Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah meningkatkan tekanan pada sekutu Timur Tengah untuk mengusir Grup Wagner, tentara bayaran Rusia dari Libya
SERAMBINEWS.COM, KAIRO - Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah meningkatkan tekanan pada sekutu Timur Tengah untuk mengusir Grup Wagner, tentara bayaran Rusia dari Libya dan Sudan.
Kontraktor militer yang memiliki hubungan dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin terus berkembang dalam beberapa tahun terakhir ini, kata pejabat regional kepada The Associated Press (AP), Jumat (3/2/2023).
Upaya AS yang dijelaskan oleh para pejabat terjadi ketika Presiden AS Joe Biden melakukan dorongan luas terhadap tentara bayaran Rusia.
AS telah menjatuhkan sanksi baru pada Grup Wagner atas perannya yang meluas dalam perang Rusia di Ukraina.
Grup Wagner ini dimiliki oleh oligarki Rusia Yevgeny Prigozhin , sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin.
Pentagon menggambarkannya sebagai pengganti Kementerian Pertahanan Rusia.
Kremlin menyangkal adanya hubungan apa pun.
Baca juga: Mantan Komandan Wagner Menyesal Berperang di Ukraina, Siap Jadi Saksi Kejahatan Perang
Pemerintahan AS telah bekerja berbulan-bulan dengan kekuatan regional Mesir dan Uni Emirat Arab (UEA) untuk menekan para pemimpin militer Sudan dan Libya agar mengakhiri hubungan dengan kelompok itu.
“Wagner terobsesi dengan Amerika Serikat,” kata seorang pejabat senior pemerintah Mesir yang mengetahui langsung pembicaraan tersebut.
“Itu ada di puncak setiap pertemuan,” tambahnya.
Kelompok tersebut tidak mengumumkan operasinya, namun kehadirannya diketahui dari laporan di lapangan dan bukti lainnya.
Di Sudan, awalnya dikaitkan dengan mantan orang kuat Omar al-Bashir dan sekarang bekerja dengan para pemimpin militer yang menggantikannya.
Di Libya, terkait dengan komandan militer Khalifa Hifter yang berbasis di Libya timur.
Baca juga: Kesaksian Tentara Ukraina: Pasukan Wagner Tidak Berhenti Datang dan Memanjat Mayat Rekannya
Wagner telah mengerahkan ribuan operasi di negara-negara Afrika dan Timur Tengah termasuk Mali, Libya, Sudan, Republik Afrika Tengah, dan Suriah.
Tujuan di Afrika , kata para analis, untuk mendukung kepentingan Rusia di tengah meningkatnya minat global di benua kaya sumber daya itu.
Pakar HAM yang bekerja dengan AS pada 31 Januari 2023 menuduh kelompok itu kemungkinan melakukan kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan di Mali.
“Grup Wagner cenderung menargetkan negara-negara dengan sumber daya alam yang dapat digunakan untuk tujuan Moskow," kata Catrina Doxsee, pakar Wagner di Pusat Studi Strategis dan Internasional di Washington.
Dikatakan, seperti tambang emas di Sudan, di mana emas yang dihasilkan dapat dijual dengan cara menghindari sanksi Barat,
Prigozhin tidak menanggapi permintaan komentar yang dikirim ke departemen pers Grup Concord, di mana dia adalah pemiliknya.
Baca juga: Perang Ukraina Hari Ini: Tentara Bayaran Rusia Wagner Temukan Mayat Dua Pria Inggris di Ukraina
Peran kelompok itu di Libya dan Sudan menjadi pusat pembicaraan baru-baru ini antara direktur CIA William Burns dan para pejabat di Mesir dan Libya pada Januari 2023.
Menteri Luar Negeri Antony Blinken juga membahas kelompok itu dengan Presiden Abdel Fattah el-Sissi dalam perjalanan akhir Januari 2023 ke Kairo.
Burns mengakui dalam pidato di Universitas Georgetown di Washington DC, Kamis (2/3/2023), setelah melakukan perjalanan ke Afrika, dia mengkhawatirkan pengaruh Wagner.
“Telah terjadi perkembangan yang sangat tidak sehat dan kami bekerja sangat keras untuk melawannya,” kata Burns.
Burns dan Blinken meminta pemerintah MEsir untuk membantu meyakinkan para jenderal yang berkuasa di Sudan dan Hifter Libya untuk mengakhiri kesepakatan mereka dengan Wagner.
Grup Wagner dan pendirinya telah berada di bawah sanksi AS sejak 2017.
Bahkan, pada Desember 2022, AS mengumumkan pembatasan ekspor baru untuk membatasi aksesnya ke teknologi dan pasokan.
Kemudian, menetapkannya sebagai organisasi kriminal transnasional yang signifikan.(*)
Adidas Bakal Naik Harga? Imbas Tarif AS Harga Produk di Amerika Naik Hingga Rp3,5 Triliun |
![]() |
---|
Trump Ngamuk! Gugat Wall Street Journal Rp160 Triliun Gara-Gara Nama Dicatut di Kasus Epstein |
![]() |
---|
Hakim AS Blokir Perintah Trump soal ICC, Sebut Langgar Kebebasan Berbicara |
![]() |
---|
Trump Frustasi dengan Putin, Jengkel karena Terus Membunuh di Ukraina, Pertimbangkan Lagi Sanksi |
![]() |
---|
Tarif AS Naik Lagi! Perang Dagang Jilid Dua di Depan Mata? China Ultimatum Amerika dan Sekutunya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.