Harga Beras

Harga Melonjak, Daya Beli Beras Masyarakat di Pasar Menurun

Pada bulan November-Desember 2022 lalu, daya beli beras medium maupun premium masih tinggi. Per hari bisa laku beras 75 sak, mulai bulan ini sekitar 5

Penulis: Herianto | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/HERIANTO
Ekonom Universitas Syiah Kuala (USK) Dr Rustam Effendi SE M Econ, CFRM, CHRA menyatakan, Pemerintah Kabupaten/Kota pada tahun anggaran 2023 ini, harus lebih berhati-hati lagi, dalam mengambil kebijakan pelaksanaan anggaran belanja APBK 2023. 

Laporan Herianto I Banda Aceh  

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Kalangan pedagang beras di Pasar Induk Lambaro, Aceh Besar menyatakan, sejak meningkatnya harga beras medium dan premium Desember 2022 lalu sampai Februari 2023 ini, daya beli masyarakat terhadap beras memang mulai menurun sekitar 30 – 40 persen.

“Sejak harga beras medium naik dari Rp 17.000 menjadi Rp 19.000/bambu (1,6Kg), daya beli beras dari kalangan masyarakat bawah mulai menurun, sekitar 30 – 40 persen,” kata Zulbaidinur kepada Serambinws.com, Minggu (5/2/2023) di Pasar Induk Lambaro, Aceh Besar.

a mengatakan, pada awal bulan seperti ibi, biasanya penjual nasi goreng dan nasi uduk, banyak yang beli beras, tapi bulan ini yang belum bersa volumenya terbatas.

VIDEO - Instruksi Presiden Stabilkan Harga Beras untuk Jajarannya

Pada bulan November-Desember 2022 lalu, daya beli beras medium maupun premium masih tinggi. Per hari bisa laku beras 75 sak, mulai bulan ini sekitar 50 sak/hari. Memasuki bulan Februari 2023 ini, mulai tampak penurunannya sekitar 30 – 40 persen.

Beras kualitas medium pada minggu pertama Februari 2023 ini dijual dengan Rp 19.000/bambu, sebelumnya Rp 17.000/bambu. Beras kualitas premium dijual Rp 20.000 – Rp 21.000/Kg, sebelum Rp 19.000/bambu.

Sejak harga beras medium dan premium naik menjadi 19.000 – Rp 21.000/bambu, daya beli turun sekitar 30 – 40 persen.

Masyarakat kelas menengah ke bawah (nyak-nyak perdagangan sayur/pedagangan keliling, tukang becak, ojek dan lainnya), kata Zulbaidinur, masih membeli beras, tapi tidak banyak-banyak lagi.  Sebelum harga beras melonjak, mereka membeli 5 bambu/orang, setelah harga beras naik, menurun menjadi 3 bambu/orang.

Penurunan daya beli beras, kata Zuibainur, bukan hanya karena harga beras naik, tapi daya beli masyarakat secara umum di Pasar Induk, Lambaro mulai menurun.

Harga Beras Masih Mahal Meski Sudah Impor, Budi Waseso Tuding Oknum yang Ambil Untung

Apakah ini karena dipengaruhi oleh anggaran pemerintah, belum banyak yang cair. Antara lain dana desa, dana PKH, APBN, APBA dan APBK 2023? Selain itu kegiatan proyek pemerintah banyak yang belum berjalan?

Faktor penyebab daya beli beras mulai turun karena harganya sudah melonjak dan diikuti  pendapatan masyarakat kelas menengah ke bawah mulai menurun bulan ini, memang benar.

Tapi daya beli masyarakat secara umum menurun, kemungkinan karena uang yang beredar di lingkungan masyarakat masih rendah, karena banyak anggaran yang belum cair, itu juga menjadi faktor penyebabnya.

“Buktinya dana desa, dana PKH dan program bantuan jaring pengaman sosial lainnya, serta anggaran belanja pemerintah juga belum banyak yang cair kecuali gaji pegawai,” ujar Munir, pedagang beras lainnya.

Pakar Ekonomi USK, Dr Rustam Effendi yang dimintai penjelasannya mengatakan, di awal tahun anggaran baru 2023 seperti ini, perputaran uang masih rendah, otomatis daya beli ikut menurun.

Kondisi ini disebabkan, berbagai kegiatan bantuan pemerintah belum ada yang cair, contohnya penyaluran dana PKH belum cair, dana desa, dan program bantuan jaringan pengaman sosial lainnya.

Selain itu, kegiatan proyek pemerintah juga belum jalan, karena masih tahap lelang. Proyek Pemerintah baru akan mulai jalan, pada Maret dan April, hal itu baru perputaran uang di lingkungan masyarakat besar.

Kenapa di Aceh setiap awal tahun anggaran baru, kondisi ekonominya lesu dan berjalan lamban? Hal ini dikarenakan di daerah ini, jumlah industri pengolahannya sedikit sekali.

Berbeda dengan Sumut dan daerah lainnya. Aceh banyak kebun sawit, tapi perputaran uangnya berada di kalangan pengusaha sawit, bukan buruh sawit.

Kalau ingin menjadikan daerah ini di awal tahun anggaran baru, perputaran uang dan ekonominya tumbuh bagus, menurut Rustam Effendi, Pemerintah Aceh bersama Pemerintah Kabupaten/Kotanya, bermitra dengan pihak swastanya dan pergururuan tinggi, membenahi kembali berbagai sektor usahanya.

“Mulai dari sektor lembaga keuangan, perdagangan, ekspor, industri pengolahannya diperbanyak dan kegiatan usaha pertanian, perikanan, peternakan, perikanan, perkebunannya dimaksimalkan bagi masyarakat lokal, bukan luar,” pungkas Rustam Effendi. (*)

Kanselir Jerman Peringatkan Presiden Ukraina, Senjata Bantuan Bukan Untuk Menyerang Wilayah Rusia

VIDEO Selain AHY dan Anies, Menhan Prabowo Subianto Juga Ikut Nonton Konser Dewa 19

Pemerintah Aceh Gelar Operasi Pasar Beras di 92 Kecamatan, Jual Beras Premium Sekilo Rp 8.000

   

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved