Kupi Beungoh

Ziarah Ke Makam Syaikh Syamsuddin As-Sumatrani di Negeri Melaka

Beliau merupakan seorang mufti dan penasihat Sultan Iskandar Muda sekaligus murid dari seorang Ulama yang dikenal dengan nama Syaikh Hamzah al-Fansuri

Editor: Agus Ramadhan
FOR SERAMBINEWS.COM
Laboran Arsitektur UIN Ar-Raniry dan Guru Dayah Darul Aman Lubuk, Tgk Saiful Hadi, MT 

Oleh: Tgk Saiful Hadi, MT
(Laboran Arsitektur UIN Ar-Raniry dan Guru Dayah Darul Aman Lubuk)

SERAMBINEWS.COM - Sebuah kapal cina yang membawa orang Portugis, terpaksa berlabuh di pulau Tanegashima pada tahun 1543 M karena cuaca buruk, pulau itu merupakan salah satu bagian dari wilayah Jepang. Kala itu orang-orang Portugis hadir dengan membawa senapan tipe musket.

Bangsawan setempat pun merasa tertarik & kemudian membeli 2 buah di antaranya itu seharga 400juta Yen. Melihat peluang bisnis yang menggiurkan tersebut, dua tahun kemudian, Portugis datang lagi dengan membawa ratusan pucuk senjata untuk diperdagangkan.

Namun ternyata dalam kurun waktu tersebut, bangsawan jepang memerintahkan para pandai besi untuk meneliti senjata itu, dan mereka pun sukses membuat tiruan dari senapan tadi sekaligus menandai lahirnya senapan tanegashima.

Kendati pemahaman bangsa Jepang sangat minim mengenai senapan Eropa, hal ini menjadi salah satu contoh bagaimana terampil & kreatifnya bangsa Jepang.

Sementara tepat pada seratus tahun sebelumnya, yaitu tahun 1453 M, Sultan Muhammad Al-Fatih yang kala itu masih berusia 21 tahun, ia telah berhasil menaklukkan Konstantinopel yang menjadi benteng Kristen dibagian timur.

Pertempuran disana tidak hanya berlangsung di darat, namun juga terjadi di laut dan bawah tanah.

Kemenangan ini juga tak lepas dari dukungan teknologi yang mumpuni, salah satunya adalah hadirnya meriam raksasa hasil rancangan Insinyur Orban yang berasal dari Hungaria.

Efek dari penaklukan ini, perdagangan internasional di Konstantinopel akhirnya dikuasi oleh Utsmani, sehingga membuat negara-negara eropa memulai era penjelejahan samudra guna mencari komoditas dangang.

Sehingga tidak mengherankan ketika 100 tahun kemudian pelaut eropa seperti orang-orang Portugis  bisa berlabuh di Jepang.

Sebelum Portugis menginjakkan kaki di Jepang, menurut catatan sejarah, sejak tahun 1509 mereka sudah mendarat di kawasan Malaka, dan berhasil mereka kuasai pada tahun 1511.

Sejak saat itu pula berbagai upaya perlawanan telah dilakukan oleh penduduk local untuk mengusir mereka.

Pada tahun 1537 pertama kalinya Aceh mengirim ekpedisi ke Malaka guna mengusir Portugis. Jauh sebelum itu sebenarnya sudah ada perlawanan dari Bangsa Aceh terhadap Portugis yang hendak menguasai wilayah sumatra, yaitu sejak tiga dekade awal abad ke-16, dan Aceh berhasil mengusirnya dari Daya (1520), Pidie (1521), dan Pasai (1524).

Upaya melawan Portugis yang dilakukan oleh Aceh benar-benar dipersiapkan dengan baik, termasuk menghadirkan ahli senjata dari Turki Utsmani.

Namun serangan pertama pada tahun 1537 itu mengalami kegagalan, biarpun demikian Aceh tetap gigih melawan sehingga kembali melancarkan serangan lanjutan pada 1547, 1568, 1573,1574, dan 1577, akan tetapi serangan ini juga belum berhasil mengusir Portugis.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved