Internasional

Nasib Pilu Wanita Suriah, Perang Sudah Sangat Menderita, Gempa Hancurkan Semuanya

Para korban gempa Suriah, khususnya wanita terus bertanya-tanya atas nasibnya yang terus menderita akibat perang ditambah lagi dengan gempa dahsyat.

Editor: M Nur Pakar
AFP/Mohammad AL-RIFAI
Seorang wanita menyelamatkan kompor kecil dan tabung gas, saat operasi pencarian dan penyelamatan berlanjut beberapa hari setelah gempa mematikan di Kota Jindayris, Provinsi Aleppo Suriah yang dikuasai pemberontak, pada 10 Februari 2023. 

SERAMBINEWS.COM, ATAREB - Para korban gempa Suriah, khususnya wanita terus bertanya-tanya atas nasibnya yang terus menderita akibat perang ditambah lagi dengan gempa dahsyat.

Seperti seorang perempuan bernama Aisyah yang terbungkus selendang wol tebal untuk melawan hawa dingin.

Dia menyeret kakinya bersaa cucu perempuannya yang masih balita mengikuti di belakangnya, saat berjalan kaki 15 menit dari tenda ke kamar mandi terdekat di gedung terdekat, tempat mereka mencuci.

Tujuh hari setelah gempa meratakan rumah mereka di Kota Atareb, Suriah baratlaut, wanita berusia 43 tahun itu masih tidak memiliki akses ke kebutuhan dasar.

Seperti air, listrik, atau panas untuknya dan 12 anggota keluarganya, semuanya dijejalkan di dalam satu tenda.

"Ketika saya melihat rumah kami, saya bertanya-tanya bagaimana ada orang yang bisa keluar hidup-hidup?" tanya Aisyah.

“Mungkin akan lebih baik jika saya mati,” tambahnya.

“Saya datang dari bawah puing-puing itu membawa puing-puing di pundak saya ke seluruh dunia,” katanya kepada AP, Selasa (14/2/2023).

Dia tidak tahu berapa banyak lagi yang bisa dia dan warga Suriah lainnya ambil.

Baca juga: Bantuan Mulai Mengalir ke Korban Gempa Suriah, Assad Buka Dua Titik Perbatasan ke Pemberontak

Wanita khususnya telah memikul tanggung jawab menjaga keluarga yang hancur bersama selama 12 tahun terakhir perang saudara.

Konflik dan keruntuhan ekonomi membuat jutaan orang bergantung pada bantuan internasional.

Sekarang ditambah kesulitan, kehancuran akibat gempa bumi, yang menewaskan puluhan ribu orang dan membuat jutaan orang kehilangan tempat tinggal di Turkiye selatan dan Suriah utara.

Dengan rumah sakit yang dibanjiri oleh korban gempa, Aisyah tidak bisa mendapatkan layanan medis untuk merawat dan memantau penyakit livernya.

Dia dan suaminya sama-sama kehilangan sumber pendapatan akibat gempa.

Taksinya hancur, dan stok pakaiannya yang pernah dia jual ke tetangga hancur.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved