Jurnalisme Warga

Sabang, Kota Wisata Sunah Penghasil Cengkih

Sejak tahun 1896 Sabang dibuka sebagai pelabuhan bebas (vrij haven) untuk perdagangan umum dan juga berfungsi sebagai pelabuhan transit barang-barang,

|
Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/FOR SERAMBINEWS.COM
Dr Rita Meutia SE M Si Ak, Dosen Fak Ekonomi Universitas Syiah Kuala Melaporkan dari Kota Sabang 

Kemudian, pada tahun 1993 dibentuk Kerja Sama Ekonomi Regional Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) yang membuat Sabang sangat strategis dalam pengembangan ekonomi di kawasan Asia Selatan.

Pada tahun 1997, di Pantai Gapang, Sabang, berlangsung Jambore Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) yang diprakarsai BPPT dengan fokus kajian ingin mengembangkan kembali Sabang.

Disusul kemudian pada tahun 1998 Kota Sabang dan Kecamatan Pulo Aceh dijadikan sebagai Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet) yang bersama-sama Kapet lainnya diresmikan oleh Presiden BJ Habibie dengan Keputusan Presiden Nomor 171 Tahun 1998 pada 28 September 1998.

Harapan baru diberikan sejak tahun 2000 untuk Sabang, yaitu dicanangkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas oleh Presiden Abdurrahman Wahid, yaitu dengan diterbitkannya Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2000 pada 22 Januari 2000.

Kemudian berlanjut dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2000 tanggal 1 September 2000, yang selanjutnya disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang.

Aktivitas Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas Sabang pada tahun 2002 mulai berdenyut dengan masuknya masuk barang-barang dari luar negeri ke kawasan Sabang. Namun, pada tahun 2004 aktivitas ini terhenti karena Aceh ditetapkan sebagai daerah dengan status Darurat Militer.

Sabang juga mengalami gempa dan tsunami pada tanggal 26 Desember 2004, tetapi karena palung-palung di Teluk Sabang yang sangat dalam menyebabkan Sabang selamat dari tsunami.

Sabang kemudian dijadikan sebagai tempat transit udara dan laut yang membawa bantuan untuk korban tsunami di daratan Aceh. Badan Rekontruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh-Nias menetapkan Sabang sebagai tempat transit untuk pengiriman material konstruksi dan lainnya yang akan dipergunakan di daratan Aceh (Wikipedia). Namun, rencana ini hanya sebatas diseminarkan, tidak menjadi kenyataan.

Kehidupan keseharian warga Sabang terlihat ‘enjoy’ dan santai, di mana saat memasuki waktu zuhur sebagian besar masyarakat Sabang beristirahat hingga memasuki waktu asar. Istirahatnya aktivitas juga diperlihatkan oleh banyaknya pertokoan serta perdagangan yang tutup selama dua jam.

Istirahat siang yang dilakukan oleh masyarakat Sabang merupakan implementasi sunah Rasulullah di mana waktu antara zuhur dan ahar sangat baik digunakan untuk istirahat.

Pemerintah Kota (Pemko) Sabang memberi insentif pembiayaan bagi warga yang bersekolah mulai dari sekolah dasar (SD) hingga sekolah lanjutan tinggkat atas (SLTA). Subsidi dari pemerintah daerah tersebut menjadikan beban masyarakat semakin ringan. Hal ini juga yang membuat masyarakat sangat mensyukuri atas inisiatif cerdas dari pemerintah setempat, sehingga kehidupan masyarakat terlihat adem serta dapat menekan angka kriminal secara sangat signifikan.

Dengan panorama alam serta hampir semua sisi pantai yang begitu indah, membuat semua wisatawan terkagum-kagum. Bayak wisatawan asing dari Amerika Serikat dan Eropa khususnya yang bertandang ke Sabang, memperpanjang waktu berliburnya di kota wisata ini. Apalagi dengan harga-harga kebutuhan yang relatif murah, membuat wisatawan senang untuk berlama-lama di pulau yang masih sangat alami ini.

Tingkat toleransi antarumat beragama masyarakat di kota wisata ini yang sangat tinggi membuat penduduk dan para pelancong bagaikan komunitas yang penuh persaudaraan.

Selain berprofesi sebagai pegawai, pedagang, dan nelayan, juga terdapat banyak petani cengkih di pulau terluar Infonesia ini. Hasil cengkih yang begitu baik, menjadikan para petani semakin gigih dalam merawat rempah yang menjadi andalan ekspor hasil bumi Pulau Weh tersebut.

Untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat, seharusnya pemerintah kota perlu memperjelas “road-map” Wisata Syariah Kota Sabang. Banyak sekali potensi wisata yang belum dimanfaatkan dengan optimal.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved