Internasional

Ratusan Remaja Putri Diracun di Iran, 30 Sekolah Masuk Asap Berbahaya, Orang Tua Larang ke Sekolah

Ratusan gadis muda yang bersekolah di berbagai sekolah di Iran telah diserang asap berbahaya yang masuk ke ruang kelas mereka dalam tiga bulan

Editor: M Nur Pakar
AFP
Seorang wanita muda terlihat berdiri di atap mobil tanpa jilbab untuk melihat kerumunan manusia dan kendaraan di Provinsi Kudistan, Iran, Rabu (26/10/2022). 

"Kita harus mencoba menemukan akar dari masalah ini," jelasnya.

Orang tua yang melarang anaknya sekolah telah menyebabkan penutupan beberapa sekolah di Qom dalam beberapa minggu terakhir ini.

Kasus keracunan itu terjadi di tengah-tengah tindakanan keras terhadap semua perbedaan pendapat yang berasal dari protes dan pelambatan internet yang diberlakukan oleh pemerintah.

Setidaknya 95 jurnalis telah ditangkap oleh pihak berwenang sejak dimulainya protes, menurut Komite Perlindungan Jurnalis yang berbasis di New York.

Secara keseluruhan, tindakan keras pasukan keamanan telah menewaskan sedikitnya 530 orang dan 19.700 lainnya ditahan, menurut Aktivis Hak Asasi Manusia di Iran.

Serangan terhadap wanita telah terjadi di masa lalu di Iran, terakhir dengan gelombang serangan air keras pada tahun 2014 di sekitar Isfahan.

Saat itu diyakini dilakukan oleh kelompok garis keras yang mengincar wanita karena cara mereka berpakaian.
Tetapi bahkan dalam kekacauan seputar Revolusi Islam, tidak ada yang menargetkan siswi untuk menghadiri kelas.

Jamileh Kadivar, mantan anggota parlemen dan jurnalis reformis terkemuka, menulis di surat kabar Ettelaat Teheran bahwa sebanyak 400 siswa jatuh sakit akibat keracunan itu.

Dia memperingatkan kelompok oposisi subversif mungkin berada di balik serangan itu.

Namun, dia juga mengemukakan kemungkinan ekstrimis domestik yang bertujuan menggantikan Republik Islam dengan kekhalifahan atau emirat Islam tipe-Taliban.

Dia mengutip komunike dari sebuah kelompok yang menamakan dirinya Fidayeen Velayat yang konon mengatakan:

"Studi tentang anak perempuan dianggap haram dan mengancam akan menyebarkan racnn ke anak perempuan di seluruh Iran jika sekolah anak perempuan tetap buka."

Para pejabat Iran belum mengakui kelompok apa pun yang disebut Fidayeen Velayat, yang secara kasar diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai "Devotees of the Guardianship."

Namun, Kadivar menyebutkan ancaman di media cetak tetap berpengaruh dalam politik Iran dan memiliki hubungan dengan kelas penguasa teokratisnya.

Kepala surat kabar Ettelaat juga ditunjuk oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved