Kupi Beungoh
ChatGPT dan Tantangan Dunia Pendidikan
ChatGPT memiliki keunggulan pada kemampuannya memberikan jawaban konkret ketika pengguna mengirimkan perintah membuat sesuatu dalam bentuk teks.
Kemudian pendidik dapat mengambil tindakan, bagaimana sebaiknya model pembelajaran yang sesuai dengan perilaku peserta didik saat ini.
Melarang mahasiswa menggunakan teknologi adalah percuma.
Bahkan pengajar pun terkadang menggunakan teknologi tersebut untuk keperluan pengajaran.
Namun para pengajar harus memahami apa tujuan mengizinkan peserta didik penggunaan teknologi.
Sebagai contoh, hanya untuk membantu mahasiswa mendapatkan bahan dan data saja, jangan sampai mendorong mahasiswa menyerahkan semua tugasnya ke mesin AI dan menerimanya mentah-mentah.
Di sinilah tantangan seorang pendidik sekarang.
Pembelajaran saat ini harus ditujukan ke arah kreasi atau penciptaan baru.
Boleh saja mahasiswa mendapatkan semua jawaban melalui AI, tetapi mereka harus diarahkan untuk merefleksikan kembali setiap jawaban yang sudah didapat, sehingga ‘jawaban’ tadi akan kembali menjadi pertanyaan yang harus mereka pecahkan sampai menghasilkan output baru.
Pendidik saat ini tidak bisa hanya berfokus pada jawaban normatif, tetapi jawaban substansial yang memiliki kejelasan konteks.
Pendidik sekarang harus mampu mendesain pertanyaan yang tidak mudah dijawab oleh kecerdasan buatan.
Level pemahaman patut ditingkatkan melalui pertanyaan yang bukan menghafal data dan fakta, mereka perlu diajak berpikir analitis.
Pemberian tugas yang bersifat teoritik tanpa kritik dan uji teori sudah harus dihindari.
Metode pembelajaran yang berfokus pada project based learning lebih diutamakan saat ini.
Metode ini juga akan mengarahkan peserta didik untuk bisa melakukan pemecahan masalah.
Selain sistem pengajaran yang harus dirubah, standar penilaian juga salah satu yang harus dipikirkan ulang.
Tuntutan terhadap hasil berpikir mahasiswa harus ditingkatkan. Ujilah mereka dari pemahamannya, bukan melalui tulisannya.
Bahkan saat ini lebih baik menilai mahasiswa melalui pertanyaannya, bukan jawaban tertulisnya lagi.
Karena saat ini, mencari pertanyaan lebih sulit dibandingkan mencari jawaban.
Terakhir dan yang terpenting, pembinaan karakter tetaplah perlu dilakukan pendidik.
Pengajaran dari segi inilah yang memberi pengaruh besar dalam mensukseskan tujuan pendidikan.
Misalnya membentuk karakter peserta didik untuk bersikap percaya diri dengan kemampuannya, sehingga mereka tidak perlu terlalu bergantung pada teknologi.
Membuat mereka yakin bahwa mereka semua berbakat dan memiliki keunggulannya masing-masing.
Yakinkan, bahwa tidak ada yang salah dengan perbedaan pendapat, perbedaan justru merupakan sesuatu yang ‘kaya’.
Karena pada dasarnya sebagian mereka cukup mampu, namun tidak percaya diri.
Sebagian mereka memiliki pemikiran yang cukup unik, namun khawatir akan berbeda.
Sebagian lainnya, cukup mampu namun perlu dorongan untuk bisa berkembang.(*)
*) PENULIS adalah staf pengajar di FISIP USK
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI
• Tarif Tol Sigli-Banda Aceh Mudik Lebaran 2023, Baitussalam hingga Kuta Baro Gratis Mulai Hari Ini
• Kasus 24 Ton BBM Jenis Solar Ditangkap Polda Aceh, YARA Lapor ke Mabes Polri
• Tiga Alat Inovasi Supernova Gampong Ajuen Masuk Radar Penilaian Tingkat Provinsi Aceh
Kurikulum Pendidikan Islam Itu "Berbasis Cinta", Solusi Masalah Lokal & Jawaban Tantangan Global |
![]() |
---|
20 Tahun Damai Aceh, Mengenang Dokter Muhammad Jailani, Penebar Senyum Menyembuhkan |
![]() |
---|
Aceh, Mesin Tanpa Bensin |
![]() |
---|
Rakyat Minta Tertibkan PT ALIS, Bukan Rampas Lahan Masyarakat |
![]() |
---|
Menanti Pemerintahan Mirwan-Baital Mukadis Memperjuangkan Legalisasi Tambang Rakyat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.